Lakukan ini agar berhasil dalam tarbiyah, insyaallah

 

Oleh Ishlah Lahamido Palu

 

Perkara Yang Membantu Proses Tarbiyah

Tarbiyah merupakan kesempatan dan peluang besar untuk istiqamah di atas kebenaran. Karena amalan ini pada dasarnya adalah menolong dan membantu saudara-saudara kita dalam mendidik putra putri mereka. Menjadikan anak-anak kaum muslimin yang shalih dalam ibadah, adab, dan akhlak mereka.

Tentu, ini merupakan kesempatan dan peluang besar untuk meraih pertolongan Allah Ta’ala. Karena kalau bukan karena Allah dan pertolongan-Nya, niscaya kita tidak bisa istiqamah di atas jalan yang lurus. Mengingatkan kita kepada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah Ta’ala selalu menolong hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim 2074)

Maka dari itu, ada beberapa perkara yang hendaknya ditempuh untuk memudahkan proses tarbiyah. Di antaranya adalah,

  1. Banyak berdoa

Agar dibantu dan ditolong dalam melakukan amalan ini, maka menuntut kita banyak berdoa kepada Allah. Kita benar-benar bergantung kepada Allah dan menyandarkan keberhasilan tarbiyah hanya kepada-Nya, maka perbanyaklah berdoa.

Seorang pengajar yang shalih, dia tidak akan melupakan doa untuk anak didiknya. Dia akan menyempatkan di waktu-waktu mustajab, mendoakan kebaikan untuk anak didiknya.

  1. Senantiasa belajar dan musyawarah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu kewajiban atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah 1/81)

Demi kekokohan amalan tarbiyah, kita butuh berthalabul ilmi. Kita sendiri butuh berthalabul ilmi, thalabul ilmi secara umum terkait iman, akidah, akhlak, dan ibadah. Juga thalabul ilmi secara khusus terkait tarbiyah. Bagaimana tarbiyah itu menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kita wajib berthalabul ilmi dengan membaca, bertanya kepada para ulama, dan membaca fatwa-fatwa mereka. Kemudian kita sering berdiskusi dan sabar selama berjalannya diskusi. Kalau pencari dunia memiliki waktu-waktu khusus untuk mendiskusikan pekerjaan dunia mereka. Ada evaluasi harian, pekanan, dan bulanan. Ada pula evaluasi yang sifatnya parsial, dalam bidang A, bidang B, dan evaluasi menyeluruh.

Kita yang beramal untuk akhirat, menginginkan derajat yang tinggi di sisi-Nya, dan kualitas yang terbaik, maka lebih pantas dan wajib untuk mengevaluasi dan mendiskusikannya. Mendiskusikan tentang kurikulumnya, tentang modul-modul yang layak dan mana yang harus dibenahi.

Begitu pula mendiskusikan dan memusyawarahkan terkait perkembangan tiap anak, teknis pendidikan keseharian, kendala-kendala yang muncul, dan lainnya. Tidak boleh dibiarkan begitu saja kendala-kendala yang muncul tanpa ada diskusi tentangnya.

Muncul masalah pada anak didik, lalu dibiarkan sebulan, dua bulan, tanpa adanya jalan keluar. Hendaknya kita mengevalusi dari waktu ke waktu, mencari jalan keluarnya.

Demikianlah yang seharusnya dilakukan oleh para pendidik di ma’had-ma’had ahlus sunnah. Harus ada upaya agar amalan kita tetap berada di dalam koridor al-Qur’an dan as-Sunnah. Butuh adanya evalusi yang berkesinambungan.

  1. Saling menasihati

Butuh adanya saling menasihati di atas kebaikan dan kesabaran, agar amalan kita kokoh. Tidak setengah-setengah, karena amalan yang kita lakukan ini adalah proyek besar, mercusuar dakwah ahlus sunnah.

Tarbiyyah merupakan proyek besar, terkhusus di negeri ini. Puluhan bahkan lebih dari seratus Ma’had telah tersebar di seluruh wilayah negeri kita. Mudah-mudahan lahir anak-anak yang tangguh pada imannya dan akhlaknya. Maka penting adanya saling menasihati di atas kebenaran dan kesabaran secara berkelanjutan.

  1. Rajin mencatat

Demi kekokohan amalan yang sedang kita lakukan, penting bagi kita untuk selalu mencatat perkembangan-perkembangan yang terjadi. Jalan keluar yang disepakati, kemudian dijalankan untuk mengatasi kasus demi kasus agar mempermudah untuk dievaluasi.

Setiap pengajar dan musyrif punya buku catatan pribadi, mencatat kasus demi kasus dengan tatsabut. Jangan sampai seorang pengajar atau musyrif hadir dalam majelis musyawarah, kemudian datang dengan tangan hampa.

Jika terjadi musyawarah tiap pekan, namun salah satu pengajar tidak ada catatan atau evaluasi, maka ada indikator bahwa pengajar tersebut kurang serius. Seharusnya dia punya buku kecil untuk mencatat perkembangan anak, dalam kedisiplinannya, adab, dan akhlaknya.

Misalnya terjadi kasus saat berwudhu, terjadi kasus saat anak shalat, terjadi kasus saat anak naik turun tangga. Dia selalu menyiapkan catatan itu. Kenapa? Karena dia punya keseriusan terhadap pendidikan. Sehingga saat dia hadir di musyawarah, dia punya catatan-catatan yang dia catat dengan tatsabut yang dia saksikan, dia lihat, dia dengar, untuk dicarikan solusi bersama.

Contoh lain saat dia menyimak, dia lihat anak ini mengantuk, mengeluh karena sakit perutnya, yang menyimak mencatatnya. Fulan bin fulan mengeluh sakit perutnya, akan ana sampaikan kepada wali kelasnya dan kepada ayahnya. Kenapa anak ini sakit, karena seorang pengajar tersebut memiliki keseriusan. Dia merasa anak ini adalah anaknya.

Anak-anak adalah calon mujahid yang akan berjuang membela agama Allah. Sehingga seorang pengajar benar-benar serius dalam menangani amalan yang besar ini.

Penutup

Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian. Semoga Allah memberikan barakahnya kepada pendidikan kaum muslimin dan melahirkan para mujahidin yang siap membela agama-Nya. Amin

Sumber: Audio Ustadz Luqman tentang nasehat bagi pengajar dan musyrifun di Ma’had Minhajul Atsar Jember.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.