Maqshaf, bukan sekedar tempat belanja biasa

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Matahari mulai sayup tatkala si Sa’ad menerima tas plastik besar belanjaannya. Sambil kepayahan, anak kecil itu menerimanya dari salah satu petugas maqshaf. Meski kedua tangannya memegang belanjaan, tak membuatnya lupa ucapkan terima kasih kepada ami petugas maqshaf. Ami berjenggot itu merasa kasihan, kemudian bertanya, “Kuat gak?” “Kuat kok mi..” Jawabnya dengan penuh yakin.

 

Bawah tangga itu

Semenjak pondok menerapkan karantina mandiri, fenomena seperti ini biasa terlihat di sana. Tempat itu menjadi sangat ramai, anak-anak kecil menyemut di tangga turun itu, mereka menunggu siapapun yang bisa menerima titipan mereka di maqshaf. Meski pihak maqshaf telah menyiapkan petugas khusus untuk  melayani mereka, namun tetap saja, siapa saja yang lewat tak selamat dari rayuan anak-anak itu.

Di jam tertentu, mereka tidak boleh masuk, batas mereka adalah ambang pintu belakang maqshaf. Sesekali mereka menengok ke dalam, menanti pesanannya yang tak kunjung datang, atau mencari siapapun yang lapang dada mau membantu mereka.

 

Semangat berbakti kepada kedua orang tua

Sebenarnya sore hari merupakan waktu bermain mereka, namun karena ini adalah amanah dari orang tua, mereka rela meninggalkan bermain demi menjalankan titah orang tua.

Mereka memang tak sama dengan anak-anak kecil lain pada umumnya, mereka bukan anak yang cengeng dan bukan anak yang manja. Mereka adalah anak-anak yang semenjak kecil terdidik dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka anak yang berbakti, tak mudah mengeluh, tak gampang meminta, dan tak mudah menyerah.

 

Contohlah si Sa’ad, meski tak ringan membawa tas plastik besar itu, apalagi dengan tubuh yang masih kecil, namun karena iming-iming berbakti, semua itu ia lakukan dengan lapang.

Maqshaf telah banyak menyimpan kisah-kisah indah anak-anak semisal Sa’ad, ketekunan dan kepatuhan mereka yang patut dicatat dengan tinta emas. Maqshqf telah membuka lebar peluang bagi mereka untuk menuai pahala sebanyak-banyaknya.

 

Semangat ta’awun dari para santri

Adapun si Wahyu, dia adalah santri Takhossus kelas tiga. Belum genap setahun dia menjadi karyawan maqshaf, karena pandemi ia direkrut secara dadakan. Tugasnya di maqshaf, di samping melayani titipan-titipan, ia juga menata dan menjaga kerapian gudang bawah yang kebetulan berhadapan langsung dengan pintu belakang maqshaf. Oleh karena itu, dia ditugaskan juga menerima titipan anak-anak itu.

Meski terhitung baru, namun jasa dia di maqshaf tak bisa dikesampingkan. Mungkin dia adalah kurir favorit anak-anak, karena sikapnya yang lembut dan pembawaannya yang ramah. Di samping itu, gudang bawah adalah tempat kerja yang paling sibuk jika dibanding dengan yang lainnya. Semangat ta’awunnya (kerja sama) membuat dia hampir tidak pernah absen berangkat ke Maqshaf.

 

Kelas tiga adalah kelas terpadat dengan pelajaran di antara seluruh jenjang Takhasus. Di samping Wahyu berta’awun, ia juga memanfaatkannya sebagi penghibur dan peluntur kepenatannya selama belajar. Setidaknya jam kerja dia di maqshaf membuatnya terhibur. Semangat dan antusias ta’awunnya yang tinggi, membuat ia tak pernah absen kerja.

 

Bukan hanya sekedar tempat belanja

Masih banyak lagi cerita-cerita apik di maqshaf, karena maqshaf, di samping tempat belanja, maqshaf juga menjadi lapangan pahala dan hikmah bagi santri. Di sanalah terlukis jelas persahabatan dan persatuan mereka, tak membedakan kelas, ras, daerah ataupun warna, mereka tetap kompak meski tak satu rupa.

Buktinya, selama ini, maqshaf tetap berjalan lancar walaupun di sebagian jamnya dioperasikan oleh santri. Bahkan berkat mereka –ba’dallah- maqshaf meningkat kerapian dan kebersihannya. Semua ini semata-mata karena taufik dari Allah, kemudian bukti kejujuran karyawan maqshaf yang sebagian besarnya adalah para santri itu sendiri.

 

Motivasi mereka ketika hanya untuk bekerja, tak cukup hanya untuk bekerja, atau sebagai hiburan, atau hanya dalam rangka menjalankan tugas yang dibebankan kepada mereka. Lebih dari itu, mereka jadikan hal ini sebagai bentuk pelaksanaan amanah dari pondok, sehingga amalan ini akan bernilai pahala yang besar di sisi Allah Ta’ala.

Semoga jasa mereka di maqshaf dapat membuat mereka semakin istiqamah di atas al-Qur’an dan as-Sunnah, karena barangsiapa yang mengisi waktu luangnya dengan ilmu atau hal-hal yang bermanfaat, niscaya Allah akan menjaga agama dan prinsipnya. Semoga bermanfaat, wallahu a’lam.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.