Meniti jalan ulama saat belajar ilmu agama
Oleh Reihan Audi Sutopo 1A Takhasus
Imam al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah meriwayatkan di dalam kitabnya al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adabis Sami’, “Salah seorang pencari hadits yang menginginkan ilmu dan cinta kepadanya, maka dia akan menghadiri para ulama dan bersimpuh di majlis mereka. Ketika berlalu waktu, dia merasa ternyata tidak mampu mengambil faedah dan ilmu yang banyak. “Ilmu ini tidak sesuai untuk diriku.” ujarnya.
Lalu diapun meninggalkannya karena berprasangka pemahaman yang ada padanya tidak berkembang (buntu) atau merasa tidak mampu menuntut ilmu. Kemudian pada suatu hari, dia melewati batu yang mengalir air padanya. Setetes demi setetes dan mengakibatkan batu itu benar-benar berlubang.
Maka dia terdiam sembari memperhatikan, memikirkan, merenungi, dan berkata, “Lembutnya air telah meninggalkan bekas pada kerasnya batu ini, sedangkan akal dan hatiku tidak sekeras batu.” Lalu dia bertekad menuntut ilmu kembali, kemudian berhasil dan menjadi rujukan umat dalam menuntut ilmu.
Faedah
Hal ini memberimu faedah, bahwa menuntut ilmu membutuhkan tekad yang kuat tanpa jenuh. Tidak boleh berkata, “Aku telah belajar, faedah apa yang aku dapatkan?” Hendaknya dia meneliti kembali penyebabnya. Faktornya bukan karena mayoritas penuntut ilmu tidak paham, bahkan banyak dari mereka yang paham, akan tetapi penyebab gagalnya karena dia tidak menempuh dan menetapi metode ulama yang telah sukses dengan metode tersebut.
Langkah ini mudah, sederhana, dan lebih gampang dibandingkan metode kebanyakan atau mayoritas orang sekarang.
Penutup
Mudah-mudahan Allah memudahkan kami unuk senantiasa megikuti para ulama dalam mempelajari ilmu agama. Semoga Allah menjadikan ilmu yang kami pelajari bermafaat dan terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat. Amin