Modus Kristenisasi: Dari Bingkisan Sampai Sabung Ayam
Gambar. Jalan raya dusun Muara Dua
Adalah Samadi. Namanya cukup terkenal di Kampung Laut. Pendeta Nasrani yang cukup militan dari kecamatan Gandrung, Cilacap ini sekarang tinggal di dusun Muara Dua bersama keluarganya. Ia tinggal di gereja Bethel dekat rumah pak RT yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari masjid Jami’ Al-Khoir.
Ini menunjukkan bahwa upaya kristenisasi yang dilakukan para penyembah salib ini senantiasa terus ada. Tidak akan pernah berhenti. Bahkan semakin gencar.
Tiap natal warga diundang ke gereja. Mereka datang berbondong-bondong karena terdorong makanan dan bingkisan yang dijanjikan ke mereka. Beras, susu, gula, kopi, teh, dan lain-lain menjadi senjata para misionaris.
Program pipanisasi air bersih sekelas RO ke rumah-rumah warga dari gereja juga menjadi agenda mereka. Masjid kita, karena kurangnya dana sempat dihina, “Ini masjid apa jemuran padi?”
Lain lagi di Ujung Alang.
Salah satu pengurus gereja katolik pengikut Romo Carolus telah menyediakan area untuk sabung ayam. Bahkan ketika bulan suci Ramadhan, sabung ayam masih tetap berlangsung.
Pemandangan yang sangat menyedihkan menjadi santapan di sore hari. Ketika matahari sudah terbenam, ketika malam mulai menyelimuti dermaga desa Ujung Alang, terdapat kurang lebih 30-40 pemuda yang sedang mabuk karena miras. Hal tersebut terjadi hampir setiap malam, Allahul musta’an.
Padahal mayoritas mereka adalah kaum muslimin dan sebagian kecil saja dari kristen maupun katolik.
Inilah di antara makar Kristen, menjauhkan kaum muslimin dan para muallafnya dari melaksanakan syariat Islam, menjauhi masjid, dan meninggalkan kewajiban shalat lima waktu. Perlahan namun pasti, semakin menjauh dari Islam, semakin jauh semakin jauh. Wal ‘iyadzubillah.
Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami. Kokohkanlah mereka di atas Islam dan Sunnah.