Musibah Ghibah
Oleh Zaidan Baya’qub, Tahfizh Mutawassith
Ghibah termasuk diantara deretan dosa dosa besar. Didalam ayatnya Allah subhanahu wa ta’ala melarang kita untuk melakukan ghibah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
“Dan janganlah kalian saling mengghibahi sebagian dengan sebagian yang lain.” (Al Hujurat: 12)
Ar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadisnya menjelaskan tentang dosa besar yang satu ini, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
“Rasulullah bersabda kepad apara shahabat: “ Tahukah kalian apa itu ghibah?” maka para shahabat berkata: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahuinya” Maka rasul bersabda: “Engkau menceritakan tentang saudaramu apa yang tidak dia sukai.” Kemudian dikatakan: “Apa pendapat anda jika apa yang aku ceritakan tentang saudaraku tersebut memang benar ada padanya?.” Maka rasullullah menjawab: “ Kalau memang benar apa yang kau ceritakan tentang saudaramu itu ada padanya, maka kamu telah mengghibahinya. Tapi, apanila hal tersebut tidak ada padanya, maka engkau telah berbuat buhtan padanya.” (H.R Muslim)
Apa penyebab terjadinya ghibah? Mari kita simak firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
“ Wahai orang orang yang beriman, jauhilah oleh kalian berperasangka. Sungguh sebagian dari perasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling memata matai dan janganlah kalian saling menggibahi sebagian dengan sebagian yang lain.” (Al Hujurat: 12)
Urutan terjadinya ghibah adalah:
- Seorang bersu’uzhan kepada saudaranya.
- Kemudian dia mencari cari keasalahan saudaranya tersebut atas dasar perasangka buruknya tadi karena mengikuti bisikan setan dan hawa nafsu yang jelek.
- Setelah itu, dia menceritakan dan membeberkan kesalahan kesalahan saudaranya tersebut kepada orang lain.
Saudaraku…
Saking besarnya dosa ghibah ini, sampai samapi Allah mempermisalkannya dengan seorang yang tega memakan bangkai saudaranya yang telah mati, Allah berfirman:
أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“ Apakah salah seorang diantara kalian suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentu kalian pasti membencinya.” (Al Hujurat: 12)
Saudaraku…
Disana ada dosa yang lebih besar dari ghjibah, ya namanya adalah buhtan. Apa itu buhtan? Buhtan adalah engkau membeberkan kesalahan kesalahan saudaramu kepada orang lain, padahal hal tersebut tidak ada padanya.
Tidakkah cukup bagi kita firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (15)
“ (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamumkatakan dengan mulutmu sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya sedikitpun dan kamu menganggapnya remeh, padahal di sisi Allah hal tersebut adalah perkara besar.” (An Nur: 15)
Maka dari itu saudaraku…
Hati hatilah dari perbuatan dosa yang amat mengerikan ini. Nas’alullahas Salaamata wal ‘Afiyah. Amiin. Wallahu a’lam