Cara Mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan Benar

Oleh Ismail bin Silmi, Takhasus
Meraih kecintaan Allah Taala bukanlah perkara yang mudah. Ya, setiap orang boleh saja mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Namun banyak dari mereka yang hanya mengklaim semata. Pasalnya, banyak perbuatan mereka yang masih menyelisihi perintah Allah maupun utusan-Nya.
Lalu bagaimana cara jitu meraih kecintaan Allah dan Rasul-Nya yang dapat menghilangkan klaim semata? Berikut ini akan kami paparkan secara ringkas tips-tips yang dapat mengantarkan kepada apa yang banyak diklaimkan oleh para hamba-Nya.
Tips-Tips Agar Meraih Kecintaan Allah dan Rasul-Nya
- Perhatikan perkataan Allah Taala di bawah ini:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Imron: 31)
Ayat di atas menunjukkan bahwa kecintaan kepada Allah hanya terwujud dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menaati apa yang beliau perintahkan dan meninggalkan apa yang beliau larang, sesuai dengan hadis-hadis sahih yang Nabi jelaskan kepada manusia. Kecintaan itu bukan dengan banyak bicara yang tidak disertai dengan mengamalkan petunjuk dan perintah beliau.
- Mengutamakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari segala-galanya. Beliau bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah akan sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai ia menjadikan aku orang yang paling ia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari No. 15)
Hadis ini mengandung penjelasan bahwa iman seorang muslim tidaklah sempurna sampai ia mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kecintaannya terhadap anaknya sendiri, kedua orang tuanya dan seluruh manusia. Sebagaimana ditegaskan pada hadis lain “Hingga kecintaannya melebihi dirinya sendiri.”
Pengaruh cinta itu akan tampak ketika terjadi pertentangan antara perintah dan larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan hawa nafsunya, dengan keinginan istrinya, anak-anaknya serta seluruh manusia yang ada di sekitarnya.
Cinta yang Benar dan Salah
Apabila kecintaan itu dusta, maka hal itu dapat mengantarkan kepada perkara yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. Dia akan lebih menuruti setan dan hawa nafsunya. Namun, jika ia benar-benar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia akan mendahulukan perintahnya dan tidak menuruti kehendak hawa nafsu, keluarga atau orang-orang sekitarnya.
Jika anda menanyakan kepada seorang muslim, “Apakah anda mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Ia akan menjawab, “Ya, aku korbankan segala jiwa dan hartaku demi beliau.”
“Kenapa anda melakukan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang beliau perintahkan dan melanggar perintahnya dalam masalah ini dan itu. Anda tidak meneladaninya dalam hal penampilan, akhlak dan ketauhidan Nabi?”
Dia akan menjawab, “Kecintaan itu letaknya di hati. Dan alhamdulillah, hati saya baik.”
Maka kita katakan kepadanya, “Seandainya hatimu baik, niscaya akan tampak secara lahiriyyah bahwa engkau itu mencintainya. Baik dalam penampilan, akhlak maupun ketaatanmu dalam beribadah. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal darah. Bila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad itu. Dan bila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Al-bukhari dan Muslim)
Kecintaan kepada Rasulullah bukanlah dengan menyenggelarakan maulid, pesta, berhias dan menendangkan syair yang tidak syar’i. Demikian pula bukan dengan berbagai macam bidah yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam.
Tetapi, kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengikuti petunjuknya, berpegang teguh dengan sunnahnya serta menerapkan berbagai ajaran yang beliau bawa.
Penutup
Sungguh alangkah indah ungkapan seorang penyair tentang hakekat kecintaan sejati:
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَعْتَهُ … إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
Jikalau kecintaanmu itu jujur, niscaya engkau akan menaatinya
Sesungguhnya yang mencintai akan selalu setia dan taat kepada sosok yang dicintainya
Demikianlah sekilas tentang hakekat sebenarnya mencintai Allah dan Rasul-Nya. Semoga bermanfaat.