Nasehat Syaikh bin Baz untuk kaum muslimin
Oleh Abdul Malik Ian Pontianak Takhasus
Di akhir-akhir ini, banyak kaum muslimin memahami Islam hanya dengan sebagian sudut pandang saja. Begitu pula setiap kelompok menamai dirinya dengan sebuah nama tertentu, dengan mengamalkan sebagian syariat Islam dan meninggalkan lainnya. Lalu bagaimana bimbingan Islam menyikapi yang demikian? Berikut ini adalah nasehat dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah:
Wajib bagi para pemuda maupun orang tua, begitu pula setiap orang beriman untuk mengambil syariat Islam seluruhnya. Mempelajari semua yang disyariatkan tanpa meninggalkan sebagian darinya dan berusaha memperdalam ilmu agama. Kemudian mentadaburi apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasul sabdakan. Apa yang Allah dan Rasul-Nya syariatkan, maka dia berusaha istiqomah menjalankannya.
Tolong menolong dalam kebaikan
Janganlah berpegang teguh hanya sebagian, namun meninggalkan yang lainnya. Bahkan mempelajari agama Islam seluruhnya sedikit demi sedikit! Sehingga bisa memahami apa yang Allah perintahkan lalu mengamalkanya dan mengetahui apa yang Allah larang kemudian bisa meniggalkanya. Sehingga seluruhnya menjadi orang-orang yang saling menolong dan peduli.
Seluruh perkumpulan dan para pemuda di setiap tempat, wajib bagi mereka untuk tolong menolong di atas kebaikan dan takwa. Tidak memberikan gangguan maupun celaan terhadap sebagian mereka dengan sebagian yang lain, terlebih lagi jangan berbuat hasad. Jadilah orang yang saling membantu dan peduli satu sama lain. Apa yang Allah firmankan? Apa yang Rasul sabdakan? Apa makna ayat ini? Apa makna hadits ini? Apa hukum Allah atas permasalahan ini dan itu dan apa dalilnya? Demikianlah perbincangan mereka.
Memahami Islam dengan pemahaman para salaf
Mereka mengambil pendapat (perkataan) para ulama dan menjadikannya sebagai bantuan untuk memahami di dalam kitab-kitab mereka. Sungguh, para ulama menulis dan menjelaskan rahmat Allah kepada manusia, maka jadikanlah kitab-kitab meraka sebagai bantuan untuk memahami syariat Islam. Baik kitab besar maupun yang kecil, seperti kitab-kitab karya Ibnu Qudamah, an-Nawawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim, Ibnu Katsir, dan selain mereka dari para ulama.
Begitu juga kitab-kitab hadits beserta penjelasannya dan inilah penuntut ilmu. Tetapi bagi para pemula, hendaknya mereka memulai dengan kitab-kitab yang ringkas. Tidak menjerumuskan dirinya yang dia anggap baik, namun mulailah dengan kitab-kitab yang ringkas. Perlahan dia dalam mengahafal al-Qur’an, menghafal kitab at-Tauhid, aqidah al-Wasitiyah, Tsalatsatul Ushul, Kasfu Syubhat, Ushul Iman, Fadlul Islam, atau semiaslanya dari kitab-kitab yang ringkas. Sehingga dia mendapatkan manfaat sedikit demi sedikit, dan tidaklah dia menggurusi perkara umat yang tidak ia ketahui. Terlebih lagi perkara yang sulit, bahkan dia menyadari kadar kemampuan pada dirinya dan mampu berdiri ketika dalam kondisi sendirian.
Jalinlah persaudaraan dan jauhi perpecahan
Wajib bagi orang-orang yang memahami untuk bersatu padu, saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Menjauhi sebab-sebab perpecahan, serta membantu sebagian mereka dengan sebagian yang lain sesuai yang disyaraiatkan oleh dalil yang menunjukkan atasnya. Janganlah meremehkan ketika saudaramu membimbingmu atau saudaramu memberikan satu faedah, namun katakanlah kepadanya: “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”
Para ulama, jika ada yang memberikan bimbingan, maka mereka sangat senang dengan hal tsb. Seperti para sahabat, mereka orang yang lebih berilmu setelah para nabi. Dahulu sebagian mereka memberikan bimbingan dan petunjuk kepada sebagian yang lain. Sebagian sahabat mengatakan: “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda.” Ada yang mengatakan: “Aku telah mendengar fulan dari Rasulullah bersabda.”
Senang dengan kebaikan saudaranya
Para sahabat sangat senang tatkala mendapatkan faedah. Demikian pula para tabi’in dan setelah mereka, seperti Ibnu al-Musayib, Thawwus, Abi Salamah bin Abdirrahman, as-Sya’bi, dan semisal mereka. Satu sama lain saling membantu, demikian pula setelah mereka, seperti Malik, Abi Hanifah, as-Syafi’i. Setiap dari mereka, butuh terhadap ilmu dan saling membantu saudaranya.
Adapun orang yang enggan ketika diberikan bimbingan atau ia mengritiknya, sungguh perbuatannya menyelisihi sunnah. Setiap orang memiliki kesalahan, memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, dan terjatuh pada permasalahan yang tidak sama, maka berbahagialah bagi siapa yang yang telah dibantu dengan ditunjukan kepada kebaikan dan dibimbing keluar dari perkara yang tidak jelas/yang samar baginya.
Kemudian jadikanlah ta’awun ini sebagai timbangan dan tolak ukur antara semua perkara. Janganlah salah seorang pergi untuk menajamkan (senjatanya) agar bisa bersaing dengan sesamanya maupun musuhnya. Seperti ini adalah cara ahlul bid’ah, seperti kelompok Jahmiyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan selainnya. Adapun ahlus sunnah, mereka adalah orang-orang yang saling menolong, memberikan bimbingan serta saling membantu. Jadilah mereka kelompok yang satu, memiliki tujuan yang sama yaitu mengikuti al-Haq. Wallahu ‘alam.