Penuhi Hati dengan Lantunan Ayat Suci

al quran

Belum sempat mentari pagi keluar dari tempat kediamannya, kegaduhan langkah para santri seakan mengukir hari baru bagi mereka. Semangat yang terpatri dalam sanubari, membuat mereka berolomba untuk membuat halaqah murajaah kala itu. Ya, itulah santri. Harinya penuh dengan menghafal, memurajaah dan membaca al-Qur’an. Semuanya seakan beruasaha untuk menjadi penghafal kalam ilahi. Semuanya beruasaha untuk menjadi penerus estafet dakwah salafiyyah yang berdasar al-Qur’an dan sunnah serta bimbingan salafus shaleh. Alhamdulillah, suara hati mereka pun terbukti dengan antusias mengulang bacaan al-Qur’an. Di antara mereka ada yang membaca dengan nada sedang, nada tinggi bahkan ada yang sampai berteriak. Di antara mereka pula ada yang berzikir dan menelaah kitab-kitab ulama. Sungguh pemandangan yang menabjubkan.

Betapa tidak semangat itu menggebu? Semuanya berharap untuk bisa menjadi anak yang membanggakan kedua orang tuanya. Mereka ingin memakaikan perhiasan surga kepada ayah dan ibunya, mereka ingin memberikan pula mahkota bercahaya laksana mentari kepada orang tua yang selama ini telah membesarkan mereka. Apalah kata, sungguh balasan budi itu tak bisa dibayar dengan apa. Pengorabanan orang tua pun menjadi saksi atas mereka. Oleh karenanya birrul walidain menjadi motivator pelecut semangat untuk belajar di pesantren.

            Pembaca rahimakumullah..

Anak saleh merupakan dambaan setiap insan, siapalah yang tak ingin anaknya terus memintakan ampun untuknya setelah ia wafat. Tak ada pilihan lain saat itu melainkan doa anak yang saleh kepada kedua orang tuanya. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

           “Bila saja anak Adam itu meninggal dunia sungguh seluruh amalannya terputus kecuali tiga yaitu sedekah jariyaah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak saleh yang mendoakan dirinya”[1]

Sungguh sangat bahagia seorang manusia yang meninggalkan dunia ini dengan keturunan yang saleh salehah. Tanpa diragukan lagi, perkara tersebut sangat besar peluang untuk merainya di lingkungan pondok pesantren. Ya, pondok pesantrenlah atas izin Allah bisa mengeluarkan generasi umat yang berbakti. Generasi yang hidup sesuai dengan tuntunan Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

 

[1] Lihat Sahih Muslim 3/ 1255

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.