Pintu kebaikan bagi remaja

Oleh Santri Takmili Cabang Lumajang

Suatu bangunan yang tak begitu mewah berdiri kokoh di tenggah rindangnya pepohonan sengon. Bangunan sederhana itu menjadi “rumah” bagi para pejuang agama. Mereka bersama-sama dengan giat menempuh jalan yang mulia. Sebuah jalan yang akan mengantarkan mereka menuju kejayaan yang takkan pernah sirna. Ya, kejayaan yang hakiki di akhirat nanti, insyaallah.

 

Dari berbagai penjuru Nusantara mereka datang

Dari Sabang sampai Merauke,dan dari Nias hingga Rote. Mereka bersatu padu berjalan bersama menimba ilmu. Tak henti di situ, mereka juga dilatih untuk bahu-membahu dalam membantu jalannya kehidupan di “rumah santri” (pondok). Di sinilah kami dilatih untuk mandiri. Di sebuah pondok yang di sana kami belajar untuk menjadi pribadi yang bertakwa sekaligus menjadi orang yang ringan tangan dalam membantu sesama

Di sela-sela itu semua, ada agenda besar yang semoga berguna dan memacu kaum muda Salafy untuk terus berkarya. Pada kesempatan kali ini, aku mencoba menuangkan tinta untuk menulis sebuah karya yang sederhana, dengannya berharap wajah Allah Yang Maha Mulia.

Ketahuilah wahai saudaraku, kebaikan seremeh apapun jangan dipandang sebelah mata. Bisa jadi suatu kalimat yang terucap dari mulut kita atau suatu karya yang kita tulis pada selembar kertas akan terdengar atau terbaca oleh orang lain. Kemudian orang tersebut mengambil banyak manfaat dari yang telah kita sampaikan atau pun kita tulis. Dia pun juga menyampaikan lalu membagikannya pada teman-temannya.

Demikian seterusnya, maka pahala yang kita dapatkan akan mengalir deras, baik semasa hidup kita atau pun setelah kita tiada. Selama manfaatnya masih berputar menaungi manusia, pintu pahala akan tetap terbuka untuk kita, luar biasa!

 

Beranjak dari sabda Rasulullah :

        ( سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله -منهم:- شاب نشأ في عبادة ربه )

Tujuh golongan yang akan Allah naungi dengan naungan-Nya pada hari itu tidak ada naungan selain naungan Allah, salah satunya adalah pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabbnya.” (HR. Al-Bukhari)

Saat itulah pikiranku melayang-layang, menyusuri jengkal-jengkal kehidupan, menyisir kembali tujuan penciptaan mahluk di muka bumi. Satu persatu ayat-ayat tentang akhirat yang pernah aku dengar bermunculan lagi, tersusun rapi, menjadi pesan-pesan ilahi: “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. ”

Kemudian sabda Rasulullah: “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeming di hari kiamat nanti sebelum ia dimintai pertanggung jawaban atas empat hal: Masa mudanya, untuk apa saja ia habiskan, usianya untuk apa ia gunakan.”

 

Aku tahu di masa remaja memang berat bagi kita untuk mengolah hati, menata jiwa dan mengontrol darah muda. Jujur sebagai seorang pemuda yang berusaha untuk tetap tumbuh di atas ketaatan kepada-Nya begitu sulit. Namun di situlah tantangannya, sebagai pemuda segala keindahan ingin diraih, segala rahasia ingin di singkap, segalanya ingin dicoba. Ia selalu berkhayal setiap hari berganti angan-angan, padahal kemampuan terbatas. Jatah nafas ini juga sudah di takar, lalu apakah yang menjadikan kita berkhayal menjadi segala-galanya ??

Demikianlah masa muda dan usia remaja,sebuah usia yang sedang mengalami masa transisi, mencari jati diri. Apalagi hidup di zaman sekarang yang mana dapat kita saksikan para pemuda dan pemudi, mereka asyik dengan urusan mereka masing-masing, sehinga lupa dari mengingat Allah. Allahul Musta’an.

 

Tatkala kumandang adzan  terdengar dari sudut-sudut jalan. Memanggil kaum muslimin, yang mana sudah saatnya berbagi waktu untuk Sang Penguasa jagat raya. saatnya menyudahi segala aktivitas, sudah saatnya mempersiapkan diri untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid. Namun masih kita dapati pemandangan yang begitu kurang enak kebanyakan kaum muslimin acuh terhadap ibadah yang mulia ini (sholat).

Wahai saudaraku, sadarlah engkau sekarang masih berada di lingkungan yang dengan izin Allah masih melaksanakan syariat-syariat-Nya, bersungguh-sungguhlah dalam mempersiapkan perbekalan dangan banyak beramal selagi masih muda, karena mati tidak harus tua, atau pun sakitnya raga dia akan datang saja secara tiba-tiba tanpa menyapa. Maka janganlah engkau sia-siakan umurmu dengan perkara yang tidak bermanfaat bagimu.

Wahai saudaraku, kita tidak selamanya remaja muda. Hidup ini justru berputar-putar. Usia remaja begitu sebentar. Masa muda akan segera pudar. Untuk apa kita berangan-angan, mari kita mentadaburi ayat-ayat ilahi, dengannya kita mengetahui, ternyata kita terlahir bukan untuk dunia, bukan berfoya-foya, bukan hanya bekerja bukan pula main-main, tetapi lebih dari pada itu, yaitu mengabdi kepada Yang Maha Kuasa, sebagaimana firman-Nya, “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”

 

Kalimat yang tulus kepada Allah adalah yang ku cari dalam hidup ini, Inilah yang diistilahkan oleh para ulama sebagai Tauhid atau Ikhlas. Apapun yang kita kerjakan hanya kepada Allah, kita harapkan balasannya, hanya kepada-Nya kita mambaktikan segala amalan, bukan demi pujian, sanjungan imbalan atau semisalnya.

Jadi dalam hidup ini kita harus berusaha dalam membaktikan diri kepada Allah secara Ikhlas , ini adalah prinsip pertama dalam nuansa islam.

Wahai saudaraku, berbuat baiklah selama engkau mampu, meski engkau takkan bisa melakukan seluruhnya, kapan lagi kau mengerjakan banyak hal kalau sedikit saja kau tinggalkan.

Maka dari itu luruskan niatmu dalam beramal dan berthalibul ilmu untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri, sedikit demi sedikit. Berjuanglah hingga kita mampu meraih kemuliaan disisi-Nya, berupa kemuliaan ilmu Al-Quran & Sunnah. Di mana ilmu tersebut  adalah ilmu yang mampu menaikkan derajat kita di sisi-Nya.

Allah berfirman,

“Katakan apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.”

Pembaca rahimakumullah,..                     

Selagi kita masih mendapat taufik untuk meniti jalan Thalabul Ilmi, sebuah amalan yang besar, maka bersyukurlah dengan memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. Mari berlomba-lomba dalam mengambil ilmu warisan para nabi dengan sebanyak-banyaknya.

Iringilah ilmu ini dengan mengamalkannya, karena tidaklah ilmu dicari melainkan untuk di amalkan. Imam Ats-Tsauri pernah berkata: “Tidaklah ilmu itu di cari kecuali agar bertaqwa kepada Allah.”

Mengamalkan ilmu juga membuat ingatan menjadi kuat, seperti ucapan salaf: “Dahulu kita terbantu ketika menghafal hadits dengan mengamalkannya.”

Sebagai seorang santri hendaknya kita memiliki tekad untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Berkata Asy-Syeikh As-Sa’di, tatkala beliau menafsirkan ayat ke 19 dari surat Ali Imron “ Yaitu dia (Rasul) memerintahkan mereka agar menjadi Rabbany. Yakni Orang-orang yang berilmu, bijaksana, murah hati, mengajarkan ilmu kepada manusia dan mendidik mereka dengan Shigharul Ilm sebelum Kibarul Ilm serta mengamalkan ilmu tersebut. Mereka memerintahkan dengan ilmu, amalan dan mengamalkan ilmu tersebut, yang semua itu adalah sumber kebahagiaan dengan sebab pengajaran kalian kepada orang lain berupa Ilmu & Sunnah Nabi-Nya, yang mana dengan itu ilmu agama akan terus ada dan kokoh (di sisi manusia), kalian akan menjadi orang-orang Rabbany.”

Maka, sepatutnya bagi seorang Thalibul Ilmi untuk memegang erat cita-cita yang tinggi ini. Sehingga, tujuan dalam belajarnya jelas kemudian dia berusaha untuk mengamalkannya dan merealisasikannya kelak di kemudian hari. Allahul Musta’an.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.