Potret Negeri Ini Pun Menjadi Pelajaran Bagi Kami

Gambar. Salah satu sudut pemandangan pantai Rajegwesi

Selama ini aktivitas kami hanyalah belajar dan belajar di dalam lingkungan pondok. Alhamdulillah, berkat pertolongan-Nya sajalah ilmu agama telah kami reguk dengan bimbingan para ustadz. Semoga Allah subhanahu wata’ala membalas kebaikan mereka.

Program PKL yang kami jalani ternyata juga memberikan pelajaran yang tidak kalah berharganya. Kami bisa langsung melihat kondisi kehidupan masyarakat pedalaman di nusantara tercinta ini.

Ilmu dan teori syukur yang selama ini kami pelajari dipondok, mesti diterapkan begitu melihat kehidupan masyarakat ekonomi lemah di pinggir pantai. Kenikmatan yang kami rasakan ternyata jauh lebih besar dibandingkan kenikmatan yang mereka rasakan.

Pelajaran tentang kewajiban bersabar nampaknya juga harus diwujudkan dalam praktek nyata, tatkala melihat mereka bersabar menghadapi terjalnya jalan hidup yang harus mereka tempuh. Mereka bisa bersabar, mengapa kami tidak?

Benar-benar PKL, praktek kerja lapangan. Alhamdulillah.

Rajegwesi. Adalah salah satu daerah yang masuk wilayah kabupaten Banyuwangi. Ya. Demikianlah teluk eksotis di bagian luar wilayah Taman Nasional Meru Betiri.

Di tengah nyiur melambai dengan suara gemuruh ombak pantai dan desiran angin sepoi-sepoi, seorang ibu nampak menyiapkan jaring dan perangkap udang lobster bersama sang suami. Keduanya mendorong gerobak roda dua yang ditumpangi perahu bersayap kanan dan kiri (jukung) ke bibir pantai.

Mesin perahu menyala disusul kemudian teman-teman nelayan mengarahkan ke samudra. Kebersamaan, semangat, dan kesabaran begitu kental terasa. Sang istri turun mengantar ke samudra, tak peduli air membasahi separuh badannya mengiringi kepergian suami dengan pandangan mata berharap akan kemurahan Sang Pencipta. Seakan tersirat sepenggal doa, mohon agar Dia mengembalikan sang suami tercinta beserta hasil usahanya.

Sesaat sang suami dengan jeli menghitung saat tepat memacu mesin, melesat, dan perahunya pun dengan gagah menerjang ombak yang datang bertubi. Akhirnya sampailah ia ke tengah samudera, lenyaplah kegalauan sang istri. Potret keluarga nelayan sehari hari.

Begitulah. Asa, haru, harapan, kebersamaan menjadi pelajaran kami di sore itu.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.