Rezeki Saat Hujan; ‘Dor!’
Oleh Tim Reportase Santri
Sejak beberapa hari yang lalu, ma’had kami selalu dibungkus hujan setiap siangnya. Awalnya hanya mendung biasa, lalu dengan cepat akhirnya hujan benar-benar turun membasahi tanah di ma’had kami. Dan terus demikian selama beberapa hari.
Hujan memiliki pengaruh yang hebat bagi kehidupan santri di ma’had kami. Cucian jadi tak kunjung kering, bahkan sampai pakaian di lemari ludes semua. Imbasnya, jemuran –mungkin lebih tepatnya tempat penitipan pakaian- penuh sesak oleh pakaian-pakaian mamel yang tidak diangkat-angkat oleh pemiliknya. Cucian sebelumnya belum kering langsung ditambah cucian berikutnya.
Hujan juga menyisakan genangan air di beberapa titik di lapangan ma’had kami. Mengahalangi aktivitas olah raga santri di sore harinya.
Termasuk, jika hujannya deras, posisi duduk santri ketika murajaah berhalakah di masjid terpaksa merapat ke bagian tengah, lantaran tempias air hujan masuk ke masjid melalui jendela besar di sisi-sisinya.
Petugas piket kebersihan juga akan mendapat PR tambahan jika hujan turun. Daun-daun yang gugur karena dicecari hujan berserak di mana-mana. Begitu pula ranting yang patah tertiup anging kencang. –Belum lagi PR untuk membersihkan genangan-genangan air, agar tidak menimbulkan licin yang dapat mencelakai orang. Juga agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Musim Mangga
Tahun ini, musim hujan bertepatan dengan musim berbuahnya mangga di ma’had kami. Dari seluruh pohon mangga yang ada, hampir seluruhnya berbuah dan berstatus ‘siap panen’. Dari kejauhan, mangga-mangga itu tampak indah dan menggiurkan. Jika melihat ukurannya yang gemuk, pastilah dagingnya tebal-tebal. Menggoda setiap orang untuk asal memetiknya. Untungnya, kami punya tim khusus yang memiliki kuasa penuh dalam hal panen-memanen. Kalau tidak, bisa jadi akan habis semua mangga sebelum masak di pohonnya.
Nah, akhir-akhir ini, selalu ada yang ditunggu-tunggu ketika hujan turun, apalagi kalau bukan mangga jatuh?!. Bahkan sejak sebelum hujan turun –yang biasanya didahului dengan angin kencang, para santri sudah bersiap menunggu datangnya rezeki gratis tersebut.
Mangga yang hampir masak sangat rawan jatuh. Ukuran buah yang sudah semakin besar, membuat tangkainya rapuh dan tak kuat lagi menahan beban. Hanya dengan tiupan angin atau tetesan hujan, mangga-mangga itu akan rontok dari pangkalnya.
Ada sekitar empat pohon mangga di depan sakan Takhasus. Dan semuanya berbuah di musim hujan ini. Jika panen sendiri -tanpa persetujuan tim yang berhak- terhitung ilegal, maka santri lebih suka menunggu hujan yang akan memanenkan mangga untuk mereka secara alami.
Mangga ‘Dor’
Mangga yang jatuh memiliki bunyi yang sangat khas, apalagi jika jatuhnya di atas atap sakan. Maka sekali mendengar suara ‘dor’, beberapa santri akan segera bergegas menuju sumber suara, bersaing dengan santri lain yang memiliki tujuan sama. Peduli apa dengan hujan deras, halaman yang becek serta teras yang licin jika berhasil mendapat mangga gratis. Itu lebih menyenangkan daripada harus menghiraukan bajunya yang basah atau kakinya yang kotor akibat turun ke halaman tanpa sandal.
Jika berhasil mendapatkan mangga, teman sekamarnya juga akan ikutan senang. Berarti sebentar lagi mereka akan ikutan menikmati mangga gratis itu. Makanya, walaupun tidak ikut ‘berjuang’ menembus hujan, biasanya teman yang lain tetap memberikan dukungan dengan sorak-sorai dari dalam kamar.
Walaupun hanya sebuah mangga, tapi ini bukan tentang ambisi untuk mendapatkannya. Mungkin ini lebih mengarah kepada hiburan dan selingan, di sela-sela waktu belajar yang padat. Hanya sekedar menonton fenomena ‘mangga jatuh’ ini dari balik jendela saja sudah cukup menghibur jiwa yang suntuk; Warna-warni kehidupan pesantren yang menyenangkan.
Rezeki di Saat Hujan
Cerita di atas adalah tentang hujan yang membawa rahmat. Bahkan hujan itu sendiri adalah rahmat. Karenanya, di antara waktu terkabulnya doa adalah di saat turun hujan. Karena saat itu rahmat Allah sedang turun. Waktu yang sangat tepat untu bersyukur, berdoa, atau meminta solusi dari berbagai masalah yang sedang dihadapi.
Di saat hujan turun, juga ada syariat untuk berdoa memohon kepada Allah agar hujan yang turun itu benar-benar menjadi rahmat bagi dia dan kaum mukminin di sekitarnya. Karena bisa jadi, hujan yang turun justru membawa azab dan malapetaka. Sebagaimana hujan yang turun di zaman para nabi terdahulu, bukan membawa rahmat, malah menjadi azab bagi kaumnya.
Doa itu sudah masyhur di kalangan kaum muslimin. Ringkas, tapi padat maknanya. Namun banyak yang melalaikannya;
اللهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Ya Allah, (turunkan) hujan yang bermanfaat (bagi kami).” (HR. Ahmad: 24144)
Inilah doa yang dahulu Rasulullah ucapkan ketika turun hujan. Sebagaimana tersebut dalam hadis di dalam Shahih al-Bukhari dari ummul mukminin Aisyah radhiyallahu’anha. Dan maksudnya adalah, meminta tambahan nikmat dan barakah dari hujan itu.
Al-Qur’an dalam berbagai tempat menyebutkan, bahwa hujan merupakan sumber kehidupan. Allah Taala berfirman:
وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Allah menurunkan dari langit air hujan, yang dengan air itu Dia menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (QS. An-Nahl: 65)
Wallahu a’lam.
Penulis: Mush’ab Klaten, Takhasus
Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk ma’had antum juga ma’had2 lainnya, dan dijaga segala macam keburukan dan kejelekan. amin
Amin, ya Rabbal alamin. Jazakumullahu khairan katsiran atas doanya…