Rindu santri untuk thalabul ilmi

 

Oleh Rasyid Ridha Sidoarjo

 

Tulisan ini terkait dengan liburan semester ganjil yang sudah berlalu. Berikutnya harapan santri untuk segera memulai kembali kegiatan belajar dan thalabul ilmi.

Sebuah kata hamdalah selalu terucap kepada Rabb semesta alam. Karena berbagai nikmat di masa pandemi ini tercurah kepada ma’had Minhajul Atsar. Satu sudut di ma’had terpadati dengan aktifitas belajar mengajar. Di lain sudut terlihat keramaian sahut-menyahut bacaan al-Qur’an para santri.

Begitu pula ikhwah sekitar ma’had, tetap menjalankan roda aktifitas layaknya masyarakat di luar. Kegiatan berupa mengajar di madrasah, wirausaha, sampai pembagunan ma’had. Namun seluruh aktifitas dan kegiatan tersebut, tetap berada di bawah protokol kesehatan dan imbauan pemerintah.

 

Curhatan seorang santri

Setelah kurang lebih satu pekan, kegiatan belajar mengajar dimulai kembali. Tepatnya pada hari Rabu 20 Januari 2021 ba’da Ashar sebuah muqaddimah (pembukaan) arahan halaqah (kelompok) al-qur’an menjadi sekapur sirih dari awal semester genap pada tahun ajaran 2020-2021.

Meski hawa liburan masih melekat di tangan dan kaki para santri, tapi hati dan pikiran mereka rindu dengan suasana belajar di ma’had. Hari hari yang biasa digunakan untuk meraih kemenangan di babak pertandingan di kala liburan, seakan menjadi hal yang mulai membosankan dan melelahkan.

Terbukti hal tersebut terucap dari salah seorang santri, “Mas, liburan ini sampai kapan ya? Lama juga ya liburannya, apa gak ada taklim? Ya…minimalnya dibuatin halaqah  aja mas.” Maklum liburan 2 pekan lebih itu benar-benar menjadi ganti 2 tahun selama di pondok.

 

Terlambat bukanlah penghambat

Akhirnya pada hari Rabu 27 Januari 2021 halaqah al-Qur’an kelas hifzh (menambah hafalan) dan Itqan (menguatkan hafalan) dimulai. Sebelumnya memang telah terbentuk halaqah, namun halaqah di awal semester adalah halaqah pembukaan yang disusun menurut kelas diniyah.

Satu pekan bukanlah waktu yang sebentar untuk memulai. Meski terhitung terlambat, namun keterlambatan bukanlah satu sebab yang dapat menghentikan langkah Qismul Qur’an untuk berbuat.

 

Lika-liku Qismul Qur’an

Sebenarnya dibalik waktu yang lama tersebut terdapat likaliku. Berawal dari ketertundaan penyusunan jadwal. Terkendala karena sebagian thullab (santri) pulang liburan di rumah. Sehingga membutuhkan komposisi ulang pasangan dengan tepat dan seksama.Di antara sebab lain, kurangnya musammi halaqah (penyimak bacaan al-Quran).

Namun sekali lagi, layaknya perahu di tengah lautan akan terus berlayar hingga ketepian walau badai menerpa. Bagaimanapun cara dan usaha harus ditempuh. Dengan melalui usaha dan doa, Allah Ta’ala beri pertolongan dan kemudahan untuk mencari jalan keluarnya.

 

Kantin, alternatif berinspirasi

Tak seperti sebelumnya, tahun ini terhitung berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab pada tahun ini dengan melandanya musibah covid-19 perencanaan berubah total. Seperti pada tempat halaqah al-qur’an. Tempat halaqah al-qur’an yang biasanya di masjid, tidak bisa digunakan dengan optimal.

Hal tersebut karena pada salah satu sudut masjid terdapat pembatas yang membatasi antara masjid dengan jalan menuju tempat karantina. Tempat karantina tersebut digunakan oleh santri baru yang telah lama mendaftar ke ma’had.

Sehingga dengan keterbatasan tempat halaqah di masjid mengharuskan beberapa halaqah pindah ke tempat yang lain. Sementara ini, lokasi tambahan untuk halaqah berada di kantin.

Perlu diketahui, selama ini kantin belum bisa beroperasi seperti biasanya. Sebab tempat kantin yang sekarang berpindah ke salah satu gazebo di taman. Namun, tak disangka di balik pandemi ini justru terdapat hikmah.

Karena kantin sejauh ini, selain dulunya sebagai tempat menjajakan dagangan para wirausahawan sekitar ma’had, ternyata sekarang justru menjadi tempat belajar. Baik dari lembaga Takmili maupun Takhasus turut mengisi tempat tersebut dengan dars (pelajaran) dan halaqah Al-Qur’an. Serta beberapa kegiatan lainnya yang insya Allah Ta’ala bermanfaat dan terhitung ibadah, dilakukan di kantin.

 

Jangan lupakan syukur dan sabar!

Pada akhirnya setiap insan yang beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya pasti akan menemui berbagai kendala dan problem. Kendala dan masalah sejatinya adalah perkara yang mesti dihadapi seorang insan. Baik yang dapat ia rasakan dari dirinya, maupun dari yang orang lain.

Namun ketika ia hadapi dengan ikhtiyar (berusaha) dan sabar, maka hal tersebut ternilai sebuah kebaikan baginya. Juga sebaliknya, setiap kemudahan serta keberhasilan merupakan pilihan dan ketetapan Allah Ta’ala. Tatkala seorang hamba memperoleh keberhasilan dan ia bersyukur maka akan terhitung kebaikan juga untuknya. Bukankah hal ini menakjubkan?!

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن: إن أصابته سراء شكر; فكان خيرا له، وإن أصابته ضراء صبر; فكان خيرا له

Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin! Seluruh perkaranya (terhitung) kebaikan. Dan tidaklah didapatkan pada seorangpun, melainkan pada diri seorang mukmin saja: Apabila ia mendapat kesenangan kemudian ia bersyukur, maka itu kebaikan untuknya. Dan apabila ia diuji dengan kesusahan lalu ia bersabar, maka itu (juga) kebaikan untuknya.” (HR. Muslim dalam Kitab Zuhud, Bab. Perkara seorang mukmin terhitung sebagai kebaikan no. 2295)

Dan jikalau kita mendapatkan berbagai kesulitan dan kepayahan, maka tanamkanlah pada diri kita bahwa segala kesukaran dan kesulitan pasti setelahnya akan diikuti kemudahan. Ini adalah sunnatullah (ketetapan dari Allah Ta’ala) yang tellah termaktub (tertulis) dalam firman-Nya,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

“Maka sungguh pada setiap kesulitan (pasti) ada kemudahan, (dan) pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6) Barakallahu fiikum

 

 

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.