Sepucuk Surat untuk Kawan Lama

Laporan

             Oleh Humam Reza At Tamimi Tahfizh Mutawassith

 

Syukur, tasbih, dan tahmid terbingkai sangat indah dalam pujaan hamba untuk Dzat yang maha mulia. Dialah yang dengan taufik dan hikmah-Nya memilihkan untuk hamba-Nya derajat yang tinggi kepada sebagian dan hina yang berkepanjangan kepada lainnya.

Shalawat dan salam tersusun rapi dalam setiap doa hamba kepada baginda besar kita nabi Muhammad bin Abdillah al-Qurasyi. Karena beliaulah dengan kasih sayang-Nya telah mengarahkan kami kepada jalan-jalan mudah menuju kebaikan.

Kawan…..

Rasanya telah lama kita tidak berjumpa, ada rindu yang sangat sebenarnya, jika sekian lama kita berpisah, karena engkau adalah sahabat dekatku, sebab kita pernah berjalan dan hidup bersahabat.

Namun itu dahulu, saat kita semua disatukan dengan majelis ilmu, saat semangat kita kian membara layaknya api besar yang tak mudah untuk dipadamkan. Ya, di saat kita merasakan sesuatu yang baru dan mengesankan dalam menuntut ilmu. Semangat yang tiada duanya layaknya banjir yang tak terbendung. Itulah masa-masa indah di dalam menuntut ilmu.

Kawan….

Masihkan engkau seperti yang dulu? Semangat membara untuk fokus dan serius di dalam belajar ilmu-ilmu agama?

Kawan….

Sedih rasanya ketika kini mendengar tentangmu, cahaya ilmu yang terang benderang terpancarkan dari wajahmu, kini mulai terganti dengan warna lain. Rukuk dan sujudmu yang tertukar menjadi langkah-langkah tercela. Dzikir dan doamu telah terganti dengan lantunan yang lain. Na’udzubillah.

Kawan….

Di sini aku menyeru kepada dia yang dulu pernah mengenakan pakaian thalabul ilmi dan kini telah meninggalkanya. Atas dasar apa engkau tidak membutuhkan terhadap ilmu?

Padahal kawan kebutuhanmu jauh lebih besar dan lebih penting dibandingkan kebutuhanmu terhadap segala hal, bahkan terhadap makan dan minum sekalipun. Karena kebutuhanmu terhadap makanan hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, sedangkan kebutuhanmu terhadap ilmu bersifat darurat karena ia di butuhkan di setiap saat.

Kepada dia yang rela menebus secuil dari kemewahan dunia yang fana dengan sebuah kenikmatan akhirat yang jauh lebih mulia berlipat-lipat ganda. Kau relakan kenikmatan abadiyang berujung surga dengan sebuah kenikmatan yang sebentar lagi kau akan meninggalkanya.

Kawan….

Sepucuk surat ini ku hadiahkan untukmu, mudah-mudahan engkau teringat kembali dengan tekad dan cita-citamu menjadi thalibul ilmi (penutup ilmu) sejati yang bermanfaat bagi islam dan kaum muslimin. #salam thalabul ilmi

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.