Resensi Kitab Tanbihul Ghafilin
Terjemah fatwa oleh Saad Pangkep, Takmili
Dalam kesempatan kali ini, kami hendak membawakan sebuah resensi tentang Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abul Laits as-Samarqandi. Sebuah resensi dari seorang ulama besar di zaman ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, sebagaimana yang termaktub dalam kitab beliau Kitabul Ilmi.
Kitab Tanbihul Ghafilin sendiri banyak tersebar di kalangan masyarakat luas. Baik kitab aslinya maupun yang berupa terjemahan. Mereka menjadikan kitab tersebut sebagai bahan renungan, motivasi, dan nasehat.
Tapi bagaimanakah pandangan seorang ulama besar tentangnya? Biarkan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang menjawabnya.
Berawal dari pertanyaan, beliau pun menjawabnya dengan tegas dan lugas. Di sela-sela jawaban, beliau menyelipkan prinsip yang benar dalam menghadapi kitab-kitab yang semisal dengannya.
Resensi Kitab Tanbihul Ghafilin
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah:
“Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan sebuah kitab nasihat. (Namun), kebanyakan kitab nasehat memuat hadis-hadis lemah atau bahkan maudhu’ (palsu) dan cerita-cerita yang tidak benar. Para penulisnya ingin membuat hati-hati tersentuh dan mata menangis.
Namun, ini bukanlah metode yang benar. Cukuplah sebagai nasehat ayat-ayat yang terdapat di dalam Kitabullah dan hadis-hadis sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak boleh menasihati orang lain dengan perkara-perkara yang tidak sahih. Baik itu disandarkan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau kepada orang-orang saleh yang terkadang mereka keliru dalam ucapan atau perbuatan tertentu.
Di sisi lain, kitab ini juga mengandung hal-hal yang boleh-boleh saja. Namun, aku tidak menyarankan untuk membacanya kecuali orang yang memiliki ilmu, pemahaman yang baik dan dapat membedakan antara hadis sahih, daif dan maudhu (palsu).”
Baca Juga: Rekomendasi Kitab untuk Wanita Muslimah
Kesimpulan
Demikianlah jawaban dari beliau rahimahullah. Kesimpulannya, bahwa beliau tidak menyarankan untuk membaca kitab Tanbihul Ghafilin kecuali orang yang memang memiliki ilmu dan pemahaman tentang agama ini, serta dapat membedakan antara hadis yang sahih dari yang lemah atau palsu.
Begitu pula kitab-kitab lainnya yang semisal dengannya. Karena sebenarnya, Al-Quran dan hadis yang sahih sudah cukup untuk menjadi nasehat.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Kitabul Ilmi, fatwa no. 75
Artikel Kami: Mengenal Lebih Dekat Imam Syafi’i rahimahullah