Sinergi kami di kantin santri
Oleh Muhammad Arifin Takhosus 2B
Terlihat burung-burung melintasi cakrawala. Hinggap dan bertengger dari satu dahan ke dahan lainnya. Dengan mata yang terus menyorot ke setiap titik kordinat yang diiginkannya, dia terus mencari rezeki Allah yang tersedia. Walaupun dia tidak tahu, apakah akan mendapatkan suplai makanan di hari itu, namun yang dia mampu hanyalah bertawakal dan berusaha.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لو أنكم تتوكلون عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ, لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ, تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Jika saja kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam as-Shohihah)
Bertawakal hanya kepada Allah
Sudah hampir tiga hari raya, wabah COVID-19 masih menyelimuti belahan bumi. Dengan bersabar, usaha-usaha preventif tetap harus dijalani, termasuk karantina mandiri yang dilakukan Ma’had as-Salafi.
Segala kegiatan yang dulunya dilakukan di luar wilayah, kini harus terhenti. Walhamdulillah jalan rezeki itu semuanya telah diatur. Ya, walaupun dalam situasi seperti ini, tetapi kita masih tetap memiliki Allah Ta’ala sebagai tempat bertawakkal dan berserah diri,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar baginya. Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Jalan keluar itu pasti ada
Alhamdulillah para ikhwan bersyukur, mereka tetap dapat mengais rezeki walau di masa pandemi. Jalan keluar terus diupayakan oleh Ma’had, tentunya dengan pertolongan Allah Ta’ala semata.
Banyak dari ikhwan yang diberikan pekerjaan oleh Ma’had. Ya, semua itu dilakukan demi menjaga amanah yang dibebankan oleh pemerintah kepada Ma’had, agar menjaga warga yang dinaunginya. Lebih dari 80 ikhwah telah bekerja di bawah naungan satgas Ma’had.
Gazebo berganti menjadi kantin
Udara sejuk di kantin santri terasa begitu menyegarkan di raga. Bangunan yang tebuat dari susunan bambu-bambu itu tepat di bawah naungan pohon-pohon rindang dan hijau. Sepoi-sepoi angin menambah suasana menjadi semakin bersahabat, ditambah kicauan burung yang tak kenal lelah menemani.
Bangunan yang dahulunya adalah gazebo, kini menjadi kantin tempat jajanan para santri. Letak posisinya dekat dengan taman bermain, di sebelah timur masjid yang dipisahkan oleh lapangan serba guna, serta selatan asrama takmili.
Kantin santri menyediakan berbagai jenis jajanan
Berbagai jenis menu jajanan memadati beberapa rak kayu yang terpasang di gazebo itu. Ada piscok, bolu, aneka gorengan, cilok krispy, pentol bakar, martabak, terbul, donat, dan yang lainnya. Selain itu ada juga hidangan minuman yang beraneka ragam, seperti wedang sari kedelai, kunir asem, es susu, teh dingin, dll.
MasyaAllah, kenikmatan yang melimpah berkat perhatian Ma’had kepada para santrinya, sehingga para santri terpenuhi segala kebutuhan mereka, baik dari sisi agama maupun penunjangnya.
Setiap pagi sekitar pukul 07:00 WIB terlihat dari kejauhan gerombolan para santri mendekati area kantin. Mereka begitu semangat memilih dan menikmati jajanan kesukaannya. Sebelum akhirnya mereka harus duduk bersimpuh menikmati ilmu dengan tenang hati. Sekali lagi, para santri bersyukur, hanya dengan kenikmatan-Nya amal shalih mejadi sempurna.
Bersinergi dalam ta’awun santri
Pagi hari dalam proses pergiliran waktu. Sinar alami dari sang mentari mulai muncul menyinari bumi. Perlahan masuk melalui fentilasi kamar-kamar santri memberi kehangatan untuk para pejuang ilahi.
Setelah durus pagi mereka lalui, rasa lelah melapisi wajah-wajah mereka. Kini saatnya mereka melakukan aktifitas pribadi, ada yang olahraga, murajaah, piket, istirahat, dll.
Terlihat di sana dua orang santri berjalan menuju keluar asrama. Walaupun terlihat darinya rasa lesu setelah satu setengah jam duduk dengan ilmu, mereka tetap melangkah ke arah timur. Langkah merekapun terhenti saat melihat anak-anak kecil membawa berbagai tempat yang berisi jualan orang tuanya. Rasa takjub menghampiri meraka, lelah yang mereka rasakan perlahan sirna, semangat santri itupun terbuncah akibat pemandangan itu.
Jarang sekali didapati anak-anak sekecil mereka di luar sana yang dengan rela dan setia berbakti kepada kedua orang tuanya. Santri itupun segera menghampiri anak-anak itu dan bertanya, “Untuk kantin ya?” “Iya mi.” Jawab mereka polos. “Ya, sini ami bawain.” Jawaban salah satu dari kami.
Dua santri itupun segera menuju ke arah gazebo kantin dan mendapati para santri sudah tidak bersabar menunggu ami-ami yang menjaga kantin itu. Dua orang itu adalah kami, santri yang diamanahkan untuk melayani sesama santri dalam kebutuhan jajan mereka.
Tugas tim kantin
Kami berjumlah empat orang, bergiliran jaga dua orang tiap hari. Tugas kami dimulai jam 7 pagi hingga pukul setengah 10 siang, diselingi tiga materi pelajaran yang harus kami ikuti dengan durasi setengah jam per pelajarannya.
Di sore hari, tugas kami menotal setiap jualan dan mengembalikannya kepada para produsen. Selain menjaga jajanan kantin, kami juga menyediakan angkringan malam dangan menu-menu spesial. Seperti bakso, siomay, mie ayam, ketoprak, dan lainnya. Kami juga melayani kebutuhan jajan santri melalui pemesanan makanan, ada spagetti, pizza, menu krispy dengan saus spesial, nasi kebuli, dan lain-lain.
Ini semua merupakan pelajaran dan pengalaman berharga
Rasa lelah dan letih tentu menghampiri, arti-arti pengorbanan dan perjuangan tak sedikit yang kami rasakan. Mondar-mandir membawa makanan, menawarkan pesanan kesana-kemari, menagih hutang, terkadang kantin kami kehujanan, dan banyak hal lainnya.
Namun itu semua memberi kami pelajaran yang begitu indah dan berharga, sehingga berbagai pengalaman dan pelajaran kami dapatkan. Rasa lelah dan letih yang dirasakan, kami sadar tidak ada bandingannya dengan besarnya pengorbanan, perjuangan, dan kesabaran para astidzah dalam membimbing dan menghibur kami para santri.
Akhir kata
Ucapan syukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk hidup dari kecil di pondok hingga tumbuh, berkembang, dan dapat memberikan sedikit manfaat untuk Ma’had.
Rasa terima kasih sebesar-besanya untuk para pembimbing kami, di samping pula mohon maaf tidak terhingga atas segala khilaf dan kekurangan kami. Harapan yang menjulang tinggi supaya kami masih bisa di sini hingga menjadi orang-orang yang bermanfaat dan membalas budi para pejuang kami. Semoga bermanfaat, wallahu ‘alam.