Ta’awun, Konsep Hidup Bermasyarakat yang Harus Terus Dibangun

dakwah

Ta’awun adalah istilah yang begitu akrab di telinga kami, para santri. Taawun diambil dari bahasa Arab yang artinya saling menolong. Kegiatan ini merupakan menu wajib bagi para santri. Dalam bidang apapun, semua kegiatan yang dilakukan oleh santri dibangun di atas prinsip taawun. Nah, pada edisi kali ini kami akan kisahkan salah satu aspek taawun yang biasa dan rutin dikerjakan oleh para santri.

Ya, taawun kali ini di bidang kebersihan pondok. Ada divisi khusus yang menangani kebersihan pondok. Namanya DKP, Divisi Kebersihan Pondok. Divisi ini dilengkapi dengan susunan pengurus, program kerja hingga alat kerja yang lumayan bagus.

Ta’awun ini dikhususkan untuk mengelola sampah pondok. Harapannya lingkungan pondok lebih bersih dan sehat. Alhamdulillah saya berta’awun di amalan yang mulia ini. Semoga ilmu yang kami pelajari semakin berkah karena amal yang besar ini.

Di antara kelebihan ta’awun ini adalah mendapat uang dari hasil penjualan barang bekas. Seperti kardus, botol plastik, dan lain-lain yang kami jual sehingga menambah kas pemasukan. Biasanya kami mengadakan acara makan-makan dari uang kas tersebut. Terkadang, kami mengundang teman-teman yang mendapat ta’awun di bidang lain untuk bersama-sama mencicipi makanan dari acara kami. Semoga menjadi amal shalih bagi kami.

Kebetulan saya menjabat sebagai bendahara ta’awun ini. Ta’awun ini ketika itu memiliki dua uang kas, satunya dana dari pondok untuk kebutuhan pengelolaan ta’awun seperti pembelian tong sampah, cat, pembayaran retribusi kepada TPS (Tempat Pembuangan Sampah) atau TPA (Tempat Pebuangan Akhir), dll.

Kas ini didapat dari bendahara umum podok kami. Kas kedua adalah untuk kebutuhan semisal snack ketika kerja bakti, acara makan-makan, dan konsumsi lainnya. Uang ini didapat dari hasil penjualan barang-barang bekas. Semoga kita menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur.

Tugas kami dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

  1. Tugas harian, yang kami beri istilah dengan ‘mbuang’ dan ‘narik’.

Setiap pagi hari, kami membuang sampah pondok ke TPS (atau TPA jika terlambat). Adapun malam hari, menarik dan mengelilingi pondok, memungut sampah yang berada di tong-tong sampah pondok kami.

  1. Tugas mingguan, kerja bakti gudang dengan membersihkan sampah yang ada, merapikan gudang, mengikat kardus, mengumpulkan botol-botol kemudian menjualnya.

Pada keadaan seperti ini, biasanya kami membeli makanan dan membuat minuman yang dikonsumsi setelah selesai kerja bakti. Semoga tali persaudaraan kami erat di atas iman dan takwa.

Kami berjumlah empat belas santri, sehingga dapat dibagi setiap harinya dua orang dalam satu pekan. Untuk apa? Menjalankan tugas harian ‘narik’ dan ‘mbuang’. Jika sudah satu bulan, rapat ta’awun pun dilaksanakan. Di antara yang kami musyawarahkan adalah evaluasi dan pengelompokan tugas harian. Demikianpula berbagai permasalahan, tak kalah memusingkan.

Tapi, inilah rasa manisnya hari-hari menuntut ilmu kami. Dengan ta’awun ini -biidznillah-, dapat mengusir kejenuhan. Itu semua kami lakukan di tengah target pelajaran yang sedang kami upayakan.

Selama setahun, kami mengemban amanah ini. Suka dan duka kami jalani bersama. Bau sampah yang tidak biasa bagi kami, namun kami menjadi akrab dengannya. Terlebih jika musim hujan datang, bau sampah terasa ‘lebih’ dibandingkan biasanya. Hujan malam hari mengguyur badan dan gerobak ekspedisi kami. Kami hanya dituntut untuk selalu ikhlas dan ingat ayat berikut ini:

{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [المائدة: 2]

“Saling tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa. Janganlah kalian saling tolong menolong di atas kejelekan dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. al-Ma’idah: 2)

Bapak-bapak di TPS yang makin hari makin akrab dengan kami pun memberi kesan tersendiri. Berbicara sesama mereka dengan bahasa yang tidak kami pahami (bahasa Madura), namun ketika bersama kami, mereka berbahasa negeri bumi pertiwi.

Saling membantu antara kami dan mereka, membuat mereka semakin mengenal siapa kami. Akhlak yang kami tunjukkan harus sangat hati-hati. Para penarik sampah ini memang dikenal murah hati, sekalipun mereka tidak mengenal siapa yang mereka temui. Semoga dakwah salaf ini tumbuh dalam sanubari mereka.

Kalau sampah di pondok sangat penuh, maka dikumpulkan menjadi dua gerobak. Gerobak pertama, kami membuang sampah di TPS, yang kedua kami buang di TPA. Perjalanan ke TPS kurang lebih 10-15 menit dari pondok kami. Adapun ke TPA, dapat ditempuh hingga setengah jam, dengan kembalinya menjadi satu jam.

Perjalanan ke TPA cukup menyulitkan. Dengan menggunakan motor tua milik pondok, kami berjalan melewati jalan berlubang, sawah-sawah, dan pelosok pemukiman. Jalan yang kami lewati semakin terasa berat karena menanjak dengan motor tua yang kami paksa, membuatnya terkadang hampir mundur tatkala menanjak.

Teringat momen berharga, tatkala saya dan teman bertugas ‘narik’ di malam Idul Fitri. Takbiran terdengar di sana-sini. Namun, kami harus memungut sampah pondok. Terlebih malam itu sangat banyak sampahnya, yang membuat penuh gerobaknya.

Momen yang serupa, tatkala mendekati liburan. Kami tetap berta’awun membuang sampah pondok. Rasa rindu keluarga di rumah, tidak membuat kami melalaikan tugas ini.

Di antara pekerjaan lain yang dapat kami lakukan adalah mengecat gerobak dan tong sampah. Di ta’awun ini, tidak terlihat perbedaan di antara kami dari sisi keluarga terhormat maupun orang kaya. Masing-masing kami dalam satu keadaan, yaitu sama-sam narik gerobak dan membuang sampah.

Inilah sedikit kisah kami, selama menjabat ta’awun kebersihan pondok. Semoga menjadi pemberat amal shalih dan penghapus dosa-dosa kami.

Bagi teman-teman yang belum merasakan manisnya ilmu agama, jangan putus asa. Berdo’alah kepada Allah Yang Maha Kuasa, supaya dimudahkan jalan untuk belajar agama.

Harapan kami bagi para penerus ta’awun ini dan semua ta’awun yang ada di pondok kami adalah untuk menjalankan tugas dengan ikhlas dan sepenuh hati. Supaya kalian mendapat kemudahan dalam thalabul ilmi  -biidznillah-.

Semoga Allah memberikan kami kebaikan dan asatidzah kami.  Mengamuni dosa-dosa dan memberikan keistiqamahan hingga ajal menjemput. Amin.

 

Salam hangat dari Tim DKP Thullab Takhasus

Ahad, 8 Rabiul Awwal 1442 H pukul 10:30 WIB.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.