Terus Maju, Pupuk Semangatmu dalam Mencari Ilmu
Oleh al-Faiz Banjarnegara 4B Takhasus
Saudaraku, istilah Covid-19 sudah tidak asing lagi di telinga kita. Virus yang berbahaya ini ba’dallah telah menyebar ke berbagai Negara, bahkan salah satunya negara kita. Oleh karenanya berbagai kegiatan pun berubah total.
Berbagai tempat pendidikan menjadi libur, tentu karena imbauan pemerintah. Begitu pula pesantren-pesantren ada yang terpaksa meliburkan para santrinya. Keadaan ini sejatinya membuat hati kita sedih karena harus sejenak dari mondok di pesantren.
Alhamdulillah, pondok pesantren yang aku belajar di dalamnya, Ma’had as-Salafy Jember tidak meliburkan para santrinya. Hal ini karena amanah dan imbauan dari pemerintah, seperti imbauan Pak Wapres, Kemenag, Rekomendasi Komisi IX DPR RI dan disambut baik oleh Kemenkes maupun Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dan itu semua demi kemaslahatan bersama.
Proses KBM pun berubah selama aku belajar di masa pandemi ini. Kami harus jaga jarak ketika belajar, wajib menggunakan masker, CTPS di mana pun, jam tidur menjadi maju, dan memperhatikan berbagai adab ketika batuk atau bersin. Yang demikian ini tidak menjadikan semangat kami turun. Justru, membuat kami semakin bersyukur kepada Allah.
Alhamdulillah ma’had telah menyediakan berbagai fasilitas untuk kami, mulai dari fasilitas pasar atau dalam bahasa kami Mlijo, fasilitas freezer untuk persiapan daging-daging, berbagai lomba, kegiatan-kegiatan seru, dll. MasyaAllah.
Akhi fillah…
Rasa jenuh terkadang datang. Dan itu adalah sunnatullah akhi.. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasullulah, bahwa setiap perbuatan seseorang pasti di sana akan dihinggapi rasa jenuh. Rasullulah bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban bahwa beliau bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَإِنَّ لِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً
Dari Abdullah bin umar berkata rasullulah telah bersabda sesugguhnya setiap perbuatan itu ada masa semanngatnya dan sesungguhnya setiap masa semangat ada masa jenuhnya.
Lalu apa obat dari rasa jenuh tersebut? Tentu sebaik-baik obat adalah dengan kita menengok sirah perjalanan hidup para ulama saat melakukan rihlah thalabul ‘ilmi.
Atas dasar ini, melalui tulisan ini, aku ingin menceritakan sedikit sejarah para ulama. Harapannya semoga yang aku sampaikan ini menjadi motivator untuk diriku sendiri dan teman-teman semua.
Di antara kisah yang menarik untuk kita bisa jadikan contoh adalah kisah perjalanan thalabul ‘ilmi dari seorang sahabat mulia, Abdullah bin Abbas. Ketika itu beliau mendatangi rumah-rumah kaum Anshar dalam rangka mencari hadits. Dari sini beliau menuturkan kisahnya sebagaimana terdapat di dalam Sunan ad-Darimi,
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، ” طَلَبْتُ الْعِلْمَ، فَلَمْ أَجِدْهُ أَكْثَرَ مِنْهُ فِي الْأَنْصَارِ، فَكُنْتُ آتِي الرَّجُلَ، فَأَسْأَلُ عَنْهُ، فَيُقَالُ لِي: نَائِمٌ، فَأَتَوَسَّدُ رِدَائِي، ثُمَّ أَضْطَجِعُ حَتَّى يَخْرُجَ إِلَى الظُّهْرِ “، فَيَقُولُ: مَتَى كُنْتَ هَاهُنَا يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَأَقُولُ: «مُنْذُ طَوِيلٍ»، فَيَقُولُ: بِئْسَ مَا صَنَعْتَ. هَلَّا أَعْلَمْتَنِي؟ فَأَقُولُ: «أَرَدْتُ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيَّ، وَقَدْ قَضَيْتَ حَاجَتَكَ»
Berkata Ibnu Abbas [semoga Allah meridhainya] aku mencari ilmu dan tidak aku dapati ilmu tersebut melainkan kebanyakannya aku dapat dari kaum Anshar. Maka tatkala aku mendatangi salah seorang dari kaum anshar aku bertanya tentangnya, kemudian dikatakan kepadaku dia sedang tidur. Lalu aku jadikan sarungku sebagai bantal kemudian aku berbaring sampai waktu Zhuhur. Tatkala melihatku, ia pun berkata; “Berapa lama engkau menunggu, wahai anak paman Rasullulah?” “Sudah lama aku,” jawabku. Anshar tadi berkata, “Alangkah jeleknya perbuatanmu! Kenapa engkau tidak memberitahuku?” Jawabnya. Aku menjawab, “Aku ingin Anda keluar menemuiku dalam keadaan Anda telah menunaikan hajat Anda (istirahat).”
Lihatlah sosok Ibnu Abbas! Beliau begitu semangat dalam thalabul ‘ilmi. Beliau sampai rela menunggu sampai berbantal sarung, debu yang mengenai beliau, terik matahari yang begitu panas terlebih pada zaman tersebut di padang pasir, pasti sangat panas menyengat. sungguh semangat yang sudah terpatri di dalam sanubari beliau menjadi faktor semangat. masyaAllah.
Kalau terjadi pada diri kita kita, mungkin bisa jadi kita akan merasa jenuh, malas, bahkan berkeluh kesah. Semoga apa yang dilakukan para salaf bisa menjadi motivator kita. Kita diperintahkan untuk meneladani mereka serta mengikuti jalan mereka sebagaimana yang dikatakan sahabat Abdullah bin Mas’ud,
من كان منكم مستنا فليستن بمن قد مات. فإن الحى لا تؤمن عليه الفتنة أولئك أصحاب محمد، كانوا أفضل هذه الأمة: أبرها قلوباً، وأعمقها علما، وأقلها تكلفاً. اختارهم الله تعالى لصحبة نبيه، ولإقامة دينه، فاعرفوا لهم فضلهم، واتبعوهم على أثرهم وسيرتهم، فإنهم كانوا على الهدى المستقيم”.
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin mengambil teladan, maka ambillah teladan dari orang-orang yang sudah mati. Sebab, orang yang masih hidup tidak aman dari ujian/godaan/fitnah. Mereka itulah para sahabat MUHAMMAD. Mereka adalah sebaik-baik umat, mereka paling bersih hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit sikap memberat-beratkan diri. ALLAH pilih mereka untuk menemani nabi-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka ketahuilah keutamaan mereka. Ikutilah jejak mereka dan perjalanan hidup mereka karena mereka di atas petunjuk yang lurus.
Atsar ini dibawakan oleh Imam Ibnul Qayyim di dalam kitab Ighotsatullahafan Min Mashayidisy-Syaithan.
Oleh karena itu mereka amat sayang terhadap umat NABI MUHAMMAD sebagaimana dikatakan oleh Yahya bin Mu’ad ar-Razi di dalam kitab Mukhtashar Nasihah Ahlil Hadits. Kata beliau,
العلماء ارحم بامة محمد من ابا ءهم وامها تهم قيل كيف ذالك قال لان ابا ءهم وامهاتهم يحفظونهم من نار الدنيا والعلماء يحفظونهم من نار الاخرة
Para ulama itu lebih sayang terhadap umat NABI MUHAMMAD shallahu ‘alaihi wa sallam daripada ayah dan ibu mereka. “Kenapa bisa seperti itu?” Beliau menjawab, “Ibu dan ayah mereka melindungi umat Muhammad dari api dunia, sedangkan para ulama melindungi mereka dari api neraka akhirat.”
Oleh sebab itu, mereka tidak diam melihat umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dirundung rasa jenuh mereka selalu memotivasi para penuntut ilmu. Di antara dalilnya adalah ucapan sahabat mulia Ibnu Mas’ud yang disebutkan oleh Imam ad-Darimi.
عَلَيْكُمْ بِالْعِلْمِ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ، وَقَبْضُهُ أَنْ يُذْهَبَ بِأَصْحَابِهِ، عَلَيْكُمْ بِالْعِلْمِ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَتَى يُفْتَقَرُ إِلَيْهِ أَوْ يُفْتَقَرُ إِلَى مَا عِنْدَهُ،
Wajib bagi kalian untuk menuntut ilmu sebelum ilmu tersebut dicabut. Maka dicabutnya ilmu tersebut adalah dengan hilangnya para ahlul ‘ilmi. Oleh karenanya wajib atas kalian menuntut ilmu karena kalian tidak mengetahui kapan kalian dibutuhkan atau ilmu kalian yang dibutuhkan.
Dari sini kita mengetahui betapa butuhnya kita terhadap ilmu kita harus meningkatkan ihtimam/perhatian dan semangat kita terhadap ilmu. Karena menuntut ilmu adalah amalan paling besar setelah amalan wajib. Oleh sebab itu, apabila kita dirundung rasa jenuh lihatlah atsar para salaf. Maka kita akan melihat semangat mereka bagaikan terumbu karang yang tidak goyah walaupun ombak terus menerjang.
Sebagai penutup kita bawakan atsar salaf yang harapanya bisa membangkitkan semangat kita yaitu atsar Sufyan ats-Tsauri di dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih,
اطْلُبُوا الْعِلْمَ؛ فَإِنَّهُ شَرَفٌ فِي الدُّنْيَا وَشَرَفٌ فِي الْآخِرَةِ
Tuntutlah ilmu karena ilmu adalah kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Bersemangatlah kalian di dalam rihlah menuntut ilmu meskipun jauh dari orang tua di saat musibah melanda. Selalulah berdoa dan bermunajat kepada-Nya.
Lihatlah salaf kita! Mereka rela meninggalkan kampung halaman hanya untuk Allah semata. Tidak tersisa bagi kita kecuali mengikuti jalan mereka. Wallahu a’lam.