Ujian Hifzhul-Qur’an Bulanan
Oleh: Rasyid Ridho Sidoarjo Mas’ul Qismul Qur’an
Di masa pandemi ini tiada kata berhenti untuk terus berbuat. Terutama ketika bulan Rabiuts Tsani 1442 H, menurut kabar yang beredar telah terpapar beberapa kasus Covid-19 yang menembus angka 8.000 per hari. Berbagai upaya preventif dilakukan untuk menekan angka kasus yang mulai melonjak tinggi. Untuk itu, dibutuhkan sinergi yang baik dan kerja sama untuk mencapai tujuan Indonesia bebas covid-19.
Alhamdulillah ma’had Minhajul Atsar Jember semakin hari semakin berbenah. Pada akhir Rabiuts Tsani program Takhasus Ma’had Minhajul Atsar mengadakan Imtihan Hifdzul Qur’an (IHQ) – Ujian Hafalan al-Qur’an-. Kegiatan imtihan ini berlangsung selama 2 hari, bertepatan pada tanggal 5-6 Desember 2020 atau 20-21 Rabiuts Tsani 1442. Imtihan kali ini merupakan agenda bulanan yang berbeda dari imtihan yang sebelumnya.
Mengapa demikian? karena pada imtihan kali ini, selain peserta imtihan dari thullab kelas 2 dan 3 takhasus, juga diikuti para santri lulusan Lumajang dan Situbondo yang telah menjadi santri kelas 1 angkatan 2020-2021. Kegiatan ini sekaligus orientasi bagi kelas 1 tahun ini. Dengan diadakannya imtihan perdana bagi santri baru ini, maka harapannya bisa memberikan nilai positif dan motivasi bagi yang lain.
Sebagaimana disinggung sebelumnya, pada kali ini peserta yang ikut serta dalam IHQ berjumlah 108 santri takhassus dan 25 santri takmili. Sehingga total jumlah yang hadir 133 santri. Jumlah ini tercatat lebih banyak dari bulan sebelumnya. Adapun lokasi, berlangsung di masjid Ma’had Minhajul Atsar Jember.
Target Dan Penitikberatan
Kegiatan imtihan ini sejatinya adalah upaya untuk mengevaluasi hafalan santri. Namun disisi lain, kegiatan ini memiliki nilai sendi kemasyarakatan dan sosial. Dari segi, para thullab saling menyetorkan ujian hafalannya dengan teman pasangannya hingga target ujiannya selesai. Mereka dilatih bersabar dan saling memahami.
Di sisi lain juga terkandung nilai ibadah, yaitu santri berupaya menghadirkan hatinya dan khusyuk dalam menyimak bacaan al-Qur’an. Sehingga antar santri bisa saling mengamalkan kandungan al-Qur’an. Dan masih banyak lagi nilai-nilai positif yang akan diperoleh dari kegiatan ini.
Pra Ujian
Sebelum kegiatan ini berlangsung, jauh-jauh hari panitia IHQ telah melakukan persiapan. Persiapan dimulai satu pekan sebelum hari imtihan. Dimulai dari pembuatan pengumuman imtihan, penentuan pasangan, pembuatan denah, sampai pembentukan pengawas.
Termasuk juga penentuan jumlah hafalan yang akan diujikan sesuai dengan programnya. Agar tempat yang digunakan untuk imtihan kondusif, maka sehari sebelum imtihan lokasi dipersiapkan sebaik mungkin, seperti pemasangan tiang, papan shaf, penempelan jadwal, denah, serta persiapan yang lainnya. Persiapan di lakukan agar para thullab mempersiapkan diri dalam menghadapi imtihan dan imtihan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan, biidznillah.
Selama Ujian Berlangsung
Kegiatan IHQ dimulai dari ba’da subuh hingga malam. Agar optimal dan memenuhi target, jadwal KBM untuk program Takhassus sementara waktu diliburkan. Meski sedang imtihan, namun para santri tetap antusias melaksanakan tugas piket kebersihan dan berbagai ta’awun. Kegiatan Imtihan Hifdzul Qur’an terbagi menjadi 5 sesi dan setiap sesinya disertai dengan dua pengawas ujian yang akan menemaninya. Berikut rincian jadwal imtihan:
Sesi Imtihan | Jam |
Sesi 1 | ba’da subuh – 06.00 WIB |
Sesi 2 | 07.45 – 09.00 WIB |
Sesi 3 | 09.15 – 10.30 WIB |
Sesi 4 | ba’da ashar – 16.15 WIB |
Sesi 5 | ba’da isya’ – 20.15 WIB |
Para santri diupayakan memaksimalkan waktu tersebut untuk setoran dengan pasangannya. Untuk target imtihan dikelompokkan menjadi 3 bagian; kelompok 5 juz, 7 juz, dan 10 juz. Target akan disesuaikan dengan kelas hafalan. Adapun teknis bisa dilakukan secara kondisional antar pasangan. Tentu dengan memperhatikan protokol kesehatan dan imbauan pemerintah. Hafalan yang telah disetorkan akan dicatat pada lembar catatan ujian yang telah tersedia di dalam qaimah (buku) al-Qur’an harian.
Suplemen Ujian
Tak seperti imtihan biasa, imtihan al-Qur’an di Ma’had Minhajul Atsar ada moment yang dinanti oleh para peserta. Moment tersebut adalah moment suplemen. Suplemen akan dibagikan oleh tim konsumsi (baca: Tiki) edisi imtihan antara sesi 2 dan sesi 3 selama imtihan berjalan. Suplemen tersebut bisa terdiri dari jajanan usaha ikhwan dan minuman buatan santri.
Mudah-mudahan dengan sebab itu, imtihan akan berjalan dengan baik dan memberikan semangat baru. Pada imtihan kali ini dihari pertama para peserta dapat menikmati mini panada dan roger –roti goreng- ditemani wedang secang susu. Dan dihari kedua para peserta mendapat sajian kue ringan dengan es sirup jeruk segar. Alhamdulillah bini’matihi tatimmushalihat.
Pasca Ujian Al-Qur’an
Setelah 2 hari berlangsung, para santri yang telah menyelesaikan imtihan menyerahkan buku qaimah kepada panita IHQ. Buku qaimah yang telah dikumpulkan nantinya akan dinilai dan direkap. Selain untuk dinilai dan direkap, fungsi dari buku tersebut untuk memantau perkembangan dari imtihan kali ini dengan imtihan sebelumnya. Setelah usai dari imtihan, rencana setelahnya adalah memaksimalan target hafalan dan muraja’ah.
Dan Alhamdulillah kegiatan imtihan hifdzul qur’an kali ini berjalan dengan lancar dan optimal. Semua itu murni karena keutamaan dari Allah Ta’ala, kemudian sedikit dari buah kerja sama dan musyawarah bersama.
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ
“Dan saling bermusyawarahlah pada perkara mereka.” (QS. Ali Imran: 159)
Ada Kisah Dibalik Imtihan Hifdzul Qur’an
Kegiatan imtihan ini juga memberi kesan positif dari santri. Di antaranya santri asal Jambi, Utsman. Beliau adalah santri kelas 1 lulusan Ma’had Minhajul Atsar Situbondo program Takmili. Kurang lebih selama 2 tahun beliau bermulazamah di Ma’had Situbondo. “Mudah-mudahan dengan pindah ke Jember ini bisa menambah semangat baru lagi…” ujar lelaki kelahiran Jambi tersebut.
Kala itu ia meminta keringanan untuk melanjutkan hafalan, namun sebagai gantinya ia akan berusaha mengulang dari hafalannya yang dahulu sempat dihafal lalu lupa. “Ya… walau mengulang dari awal berat, tapi tidak mengapa.” Ia tetap semangat meski umurnya sudah memasuki angka dua puluh tiga. Bahkan semangat beliau melebihi santri muda yang lainnya.
Sebelum imtihan, beliau menyatakan berat menyetorkan hafalan lamanya, “Ya, mungkin sampai surat al-Mujadilah. InsyaAllah…”. Namun ketika pengumpulan buku, ternyata hafalan yang disetorkan melebihi yang ditargetkan.
Juga tak kalah semangat dari yang pertama, santri kelas 1 yang berasal dari Lampung, Abdullah. Terbukti ketika imtihan, beliau adalah santri yang paling pertama menyelesaikan ujiannya di sesi ke 2 pada hari yang pertama, MasyaAllah… Dan ternyata lelaki kelahiran Sukarame tersebut menyelesaikan ujiannya dengan pasangannya, Utsman.
Abdullah menyetorkan hafalannya ke Utsman hingga selesai disela-sela waktu istirahat. Memang pasangan imtihan ini adalah satu dari sekian pasangan serasi dan saling menyemangati. Barangkali dalam hati mereka telah tertanam hasungan berlomba-lomba dalam sebuah kebaikan,
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah dalam perkara kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Banyak kesan dan pesan tentang imtihan al-Qur’an dari para santri. Seperti penuturan salah satu santri kelas 2, Iqbal “Alhamdulillah, bulan ini sudah bisa setor surat al-Fath sampai Luqman, perjuangan Mas…” tutur santri yang berasal dari kota Aceh tersebut. Beliau bertekad akan menyiapkan hafalan untuk ujian berikutnya, “InsyaAllah bulan depan Mas, ana usahakan setor sampai selesai.” Imbuhnya sambil tersenyum lebar.
Lain cerita sebuah perjuangan dari seorang santri kelas 3 dari Purwodadi. Pada imtihan kali ini qadarullah beliau tertimpa musibah. Kaki kanannya harus dirawat di Poskestren (pos kesehatan pesantren) karena cedera ketika sepak bola. Namun musibah bukanlah menjadi penyurut semangat baginya.
Beliau bertekad menyetorkan hafalannya di tempat ia dirawat. Sebagaimana disampaikan oleh pasangan setorannya ba’da subuh sebelum imtihan, ”InsyaAllah ana tetap setoran sama Rifa’i mas. Rifa’i bilang masih bisa imtihan di UKS.” Namun qadarallah keadaan beliau tidak memungkinkan pagi itu dan belum pulih sepenuhnya. Hingga membuat kehilangan kesempatan imtihan pada bulan ini. Meskipun tidak bisa setoran, perjuangan dan kegigihannya patut diberi acungan jempol.
Semua kisah tersebut menghasung kita untuk merenungi bahwa Allah ta’ala akan memberi kemudahan demi kemudahan bagi orang-orang yang mau berusaha. Keyakinan tersebut membantu mencapai usaha mereka. Allah ta’ala berjanji dalam firman-Nya,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya bersama kesusahan pasti ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Juga firman-Nya,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Niscaya Allah akan jadikan setelah kesusahan menjadi kemudahan.” (QS. Ath-Thalaq: 7)
Itulah sekelumit kisah inspiratif pada imtihan bulan ini dan masih banyak cerita lainnya. Semoga dengan ini Allah Ta’ala senantiasa menjaga Ma’had kita dalam naungan hidayahnya. Serta menjaga keistiqomahan para penghafal al-Quran dan pembawa estafet dakwah ahlus sunnah hingga akhir hayat. Allahumma Amiin