Ujian semester di depan mata, santri-santri sibuk murajaah pelajaran mereka

Siang ini, hujan tidak sedang turun di pondok kami. Justru langit biru yang tampak di atas sana, dilapisi oleh awan tipis yang tak dapat menaungi dari sengatan matahari. Hawa terasa panas. Walaupun masjid kami (Masjid Ali bin Abi Thalib) telah dilengkapi dengan 22 buah kipas angin, itu tetap tidak mengusir gerah yang terasa, dan tidak dapat menahan peluh yang menetes.

Nampak di dalam sana, puluhan santri sedang memurajaah pelajaran. Ya, mereka tidak terganggu dengan cuaca panas seperti ini. Toh, mereka juga bisa mencari tempat-tempat yang terkena kipas angin, menunggu kipas tersebut menoleh ke arah mereka, lalu meniupkan semilir angin yang sejuk.

Sedari tadi para santri itu fokus dengan kitab-kitab yang ada di hadapannya. Setelah melakukan shalat ratibah bakda zhuhur, mereka langsung berpencar di berbagai penjuru masjid, mencari posisi paling nyaman untuk murajaah. Sebagiannya bersandar di tembok atau tiang, sebagian lagi justru mencari tempat yang paling dekat dengan kiblat.

Sebenarnya pemandangan seperti ini adalah hal yang biasa disaksikan. Namun di hari-hari ini, semakin banyak santri yang memanfaatkan waktu bakda zhuhur untuk murajaah. Ujian Akhir Semester Ganjil yang akan berlangsung beberapa hari ke depan, membuat mereka semakin serius mengulang kembali pelajaran, melengkapi catatan yang masih kurang, atau menghafal matan dari kitab yang telah diajarkan. Entah sudah berapa paragraf yang mereka ulang, berapa lembar catatan yang telah mereka buka kembali, itu semua agar ilmu yang telah dipelajari semakin kokoh menancap dalam sanubari. Sebagaimana yang dikatakan:

مَا تَكَرَّرَ تَقَرَّرَ

“Apa yang senantiasa diulang-ulang, maka itu akan semakin kokoh.”

Tidak ada jam tersendiri untuk murajaah pelajaran yang memang ditetapkan oleh pondok. Sehingga para santri memurajaah pelajarannya secara mandiri. Dengan kedewasaan yang dimiliki, mereka sudah bisa membagi waktu dengan baik, kapan harus murajaah, kapan bertaawun, dan kapan pula melakukan aktivitas lainnya.

Dalam suasana Covid ini, murajaah di masjid dilakukan dengan menerapkan protokol Covid yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Seperti memakai masker, menjaga jarak, dan lain sebagainya. Memang, siapa yang tidak merasa berat ketika harus membaca pelajaran dalam keadaan mulut tertutup masker, namun dalam rangka menaati pemerintah, itu semua tetap harus dilakukan. Sesekali mungkin terasa sesak, menyebabkan sebagian santri harus mencopot sebentar masker yang dikenakan, untuk kemudian mengenakannya kembali setelah merasa nyaman.

Para santri baru beranjak meninggalkan masjid pada pukul satu siang, ketika Tim Kebersihan Masjid melakukan penyemprotan disinfektan ke seluruh area masijd.

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. Tsabit berkata:

    Semangat..smoga Allo mudahkan dlm segala urusan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.