Akhlak Khawarij: Tidak mau menerima bimbingan ulama
Oleh Abu Abdillah Anton Purbalingga
Sejarah mencatat bahwa orang-orang yang terbelenggu akidah takfir (suka mengkafirkan kaum muslim), tidak akan berjalan di atas bimbingan para ulama kibar (besar) dalam menyikapi berbagai permasalahan.
Lihatlah kaum Khawarij terdahulu! Mereka mencampakkan bimbingan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, para ulama kibar (besar) di masa itu. Apa sebabnya? Tidak lain karena para sahabat tidak menyetujui penyimpangan-penyimpangan yang ada pada mereka.
Contoh akhlak tokoh khawarij
Lalu bagaimanakah dengan akhlak tokoh-tokoh khawarij zaman sekarang? Berikut ini kami nukilkan ucapan Usamah bin Laden dan Imam Samudra. Ternyata mereka tidak jauh berbeda dengan kaum Khawarij terdahulu. Untuk lebih jelasnya, simaklah penuturan mereka berikut ini:
- Usamah bin Laden
Dia berkata saat memperingatkan umat dari fatwa-fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, “Oleh karena itu, kami mengingatkan umat dari fatwa-fatwa bathil seperti ini yang tidak memenuhi syarat.” (Surat Usamah bin Laden, tanggal 28-8-1415, MAT hlm. 264)
- Imam Samudra
Dia berkata, “Pada saat ulama-ulama kian asyik tenggelam dalam tumpukan kitab-kitab dan gema pengeras suara. Mereka tidak lagi peduli dengan penodaan, penistaan, dan penjajahan terhadap kiblat dan tanah suci mereka….” (Aku Melawan Teroris, hlm. 93)
Dia juga berkata, “Ia (yakni Raja Fahd) dan gerombolan pembisiknya mengelabui Dewan Fatwa Saudi Arabia yang—dengan segala hormat—kurang mengerti trik-trik politik….” (Aku Melawan Teroris, hlm. 92)
Sebab melecehkan bimbingan ulama
Mengapa para ulama kibar disikapi oleh mereka sedemikian rupa? Jawabannya, karena para ulama kibar tidak menyepakati penyimpangan-penyimpangan yang ada pada mereka. Subhanallah, para tokoh teroris zaman sekarang sama persis dengan kaum khawarij zaman para sahabat yang enggan menerima bimbingan dari para ulama kibar.
Oleh karena itu, ketika para ulama kibar dicampakkan, tentu yang akan dijadikan rujukan adalah ruwaibidhoh yaitu orang dungu yang berani berbicara tentang urusan besar umat. Apabila demikian, maka jaminannya adalah kesesatan.
Sumber: Majalah asy-Syariah tentang ‘Sepenggal catatan tentang terorisme’ karya Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi hafidzahullah.