NASEHAT-NASEHAT PENTING DARI AL-USTADZ FAUZAN

بسم الله الرحمن الرحيم

MUHADHARAH BERSAMA AL-USTADZ ABU ‘UBAIDILLAH FAUZAN

(Pengasuh Ma’had Darussalaf, Pendem, Sragen)

Dalam Kunjungannya ke Ma’had As-Salafy Jember, 21 Oktober 2008

  • NASEHAT-NASEHAT PENTING DARI AL-USTADZ FAUZAN:

1. Hendaknya kita selalu bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala baik ketika kita sedang sendiri atau

Di hadapan orang banyak.

ü    Wasiat taqwa ini adalah wasiat terhadap setiap umat, sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala :

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ [النساء/131]

“Dan sungguh telah kami wasiatkan kepada orang-orang sebelum mereka dan kepada kalian yaitu untuk bertaqwa kepada Allah.” [An-Nisa` : 131]

ü      Dengan taqwa, Allah akan mudahkan kita dalam menuntut ilmu dan akan dibuka pintu-pintu ilmu untuk kita, sebagaimana firman-Nya:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ [البقرة/282]

“Dan bertaqwalah kalian kepada Allah, niscaya Allah akan ajarkan kepada kalian ilmu.” [Al-Baqarah : 282]

ü        Dengan taqwa, Allah Tabaraka wa Ta’ala akan berikan kepada kita Al-Furqan yaitu pembeda antara al-haq dan al-bathil, sehingga ia akan tetap berjalan di atas jalan yang lurus ini. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا [الأنفال/29]

Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian Al-Furqan.” [Al-Anfal : 29]

2. Sudah seharusnya bagi kita untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah Tabaraka wa Ta’ala yang begitu banyak ini dengan selalu beramal di atas ilmu yang kita miliki.

Karena hanya dengan memiliki ilmu semata tanpa beramal dengan ilmu tersebut maka ilmunya tidak akan bermanfaat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ  [فاطر/28]

” Hanyalah yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” [Fathir : 28]

ü      Allah subhanahu wata’ala meingatkan Nabi Dawud ‘alaihis salam dan kaumnya untuk beramal dengan ilmunya sebagai bentuk syukur atas kenikmatan yang telah Allah subhanahu wata’ala  berikan kepada mereka, seperti dalam firman-Nya:

اعْمَلُوا آَلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ [سبأ/13]

Beramallah wahai keluarga Dawud sebagai bentuk rasa syukur. Sungguh sedikit dari hamba-hambaku yang mau bersyukur.” [Saba` : 13]

ü     Hendaknya kita takut ketika nanti di Hari Kiamat Allah Tabaraka wa Ta’ala akan bertanya kepada kita tentang nikmat ilmu yang telah kita dapatkan, tetapi kita tidak bisa menjawabnya. Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Iqtidha`ul ‘Ilmi wal ‘Amal, yang dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( لا تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع : عن عمره فيما أفناه، وعن علمه ماذا عمل فيه، وعن ماله من أين اكتسبه وفيما أنفقه، وعن جسمه فيما أبلاه ))

“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba pada Hari Kiamat sampai dia ditanya tentang empat hal : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan? Tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan? Tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya dan kemana ia belanjakan? Dan tentang fisiknya, untuk apa ia gunakan?”

3. Ikhlaskan niat kita dalam menuntut ilmu hanya untuk mengharap wajah Allah Tabaraka wa Ta’ala, bukan karena manusia, kedudukan, atau untuk mengais rizki dengannya.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ [البينة/5]

“Dan tidaklah mereka itu diperintahkan kecuali untuk mengikhlaskan agama ini bagi Allah semata.” [Al-Bayyinah : 5]

ü      Penyakit yang sering menjangkiti para penuntut ilmu adalah rasa ingin dipuji oleh orang lain karena ketinggian ilmunya, riya’, untuk dikatakan sebagai seorang yang hafizh, dan senang untuk menjadi orang yang terkenal. Hal ini karena tidak adanya keikhlasan dalam menuntut ilmu.

ü      Penting untuk ditanamkan pada diri kita bahwa tidaklah ilmu itu hanya karena banyaknya riwayat, tetapi ilmu adalah yang dapat mendatangkan rasa takut pada Allah, khusyu’, dan tawadhu’.

ü      Jangan merasa tinggi di hadapan manusia, karena bisa jadi ketika kita merasa tinggi di hadapan manusia, ternyata di hadapan Allah kita rendah. Sesungguhnya orang yang tinggi (derajatnya) adalah orang yang ditinggikan oleh Allah.

4. Hendaknya senantiasa kita waspada dari berbagai macam kemaksiatan. Karena kemaksiatan akan menghalangi datangnya ilmu pada kita.

Al-Imam Asy-Syafi’i suatu ketika pernah berkata kepada gurunya yaitu Al-Imam Waqi’ Ibnu Jarrah;

شكوت إلى وكيع سوء حفظي … فأرشدني إلى ترك المعاصي

وقال اعلم بأن العلم نور … ونور الله لا يؤتاه عاصي

“Aku pernah mengadukan pada Waqi’ tentang jeleknya hafalanku.

Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan kemaksiatan.

Beliau berkata : sesungguhnya ilmu ini adalah cahaya,

dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.