Abdurrahman al-Ghafiqi, Sang Rajawali Quraisy (Seri 1)

Abdurrahman al-Ghafiqi

 

Oleh Muslim Kolaka, Kelas 2 Takhasus

 

Jika kita pernah membaca dan menelaah buku-buku yang berbicara tentang sejarah Andalusia, tentu kita mengenal sosok Abdurrahman al-Ghafiqi rahimahullahu Ta’ala. Seorang panglima muslim sekaligus gubernur Andalusia yang berhasil menaklukkan berbagai kota di Prancis hingga sampai ke jantung Eropa.

Wafatnya tokoh yang agung ini pada pertempuran Bilath Syuhada[1], merupakan awal fase kelemahan Islam di semenanjung Iberia. Kala itu kondisi kaum muslimin di sana benar-benar sangat memprihatinkan. Berbagai upaya kudeta terus terjadi. Karena kaum khawarij memanfaatkan kondisi lemahnya kaum muslimin ini demi melakukan revolusi.

 

Ditambah lagi dengan fanatisme kesukuan yang menjangkiti kaum muslimin kala itu, membuat mereka berpecah-belah dan semakin melemah. Hingga akhirnya runtuhlah kekuasaan Islam di bumi Andalusia.

Lantas, apakah kondisi ini dapat kembali stabil? Siapakah yang mampu menyatukan kaum muslimin di Andalusia (lebih dari itu di Eropa) dan mengembalikan kejayaan mereka? Adakah Abdurrahman lain selain Abdurrahman Al-Ghafiqi yang bisa membawa Andalusia menuju kejayaan?


Baca Juga: Kisah Sulaiman bin Yasar


Runtuhnya Dinasti Umayyah di Timur

Sekarang kita sedang berada di tahun 132 H (750 M), di tahun runtuhnya Daulah Bani Umayyah di Timur. Daerah Irak, Syam dan sekitarnya.

Setelah berhasil mengambil alih kekuasaan, pihak Abbasiyah membunuh semua orang yang dianggap layak menjadi khalifah dari kalangan Umayyah. Para pengeran, putra-putra mereka, bahkan cucu-cucunya mereka bantai. Tercatat ada sekitar 80 orang Bani Umayyah yang terbunuh dalam setiap harinya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya korban yang berjatuhan pada peristiwa tragis itu!

Motif dari pembantaian masal itu tidak lain adalah kekhawatiran pihak Abbasiyah akan ancaman Bani Umayyah yang bisa saja bangkit dan melakukan pembalasan dendam. Ini adalah ancaman besar bagi eksistensi Daulah Abbasiyyah yang baru saja didirikan itu. Karena selama masih ada seorang Umawi atau keturunan Umayyah yang hidup, pasti ia akan terus memikirkan cara pengembalian kekuasaannya yang dirampas.

 

Abdurrahman Cucu Hisyam bin Malik al-Umawi al-Qurasyi

Namun sayang, ternyata masih ada dari kalangan Umawiyyun yang luput dari tindakan berdarah itu. Di antara yang lolos adalah cucu Hisyam bin Malik, khalifah bani Umayyah yang berkuasa pada tahun 105 H (723 M) hingga tahun 125 H (743 M).

Konon, cucu Hisyam inilah yang dimaksud dalam nubuwwat yang pernah dimiliki Maslamah bin Abdul Malik. Nubuwwat tersebut memberitakan bahwa kekuasaan Bani Umayyah akan lenyap di Timur. Dan seorang pemuda dari mereka melarikan diri untuk menghidupkan kembali di Negeri al-Maghrib.

 

Hanya saja tidak ada bukti dalam buku sejarah yang sampai kepada kita yang menunjukkan bahwa nubuwwat ini telah ada sebelum terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.

Terlepas dari itu semua, data-data sejarah telah membuktikan bahwa isi nubuwwat tersebut benar-benar terjadi. Cucu Hisyam bin Malik ini berhasil mendirikan kekuasaan Bani Umayyah di negeri Hispania setelah runtuhnya di timur. Ia mampu mengembalikan Andalusia seperti sedia kala, kaum muslimin kembali bersatu setelah sebelumnya tercerai-berai.

Dengan itu, kembalilah kejayaan kaum muslimin Andalusia dan bertambah kewibawaan mereka di mata orang-orang Kristen. Tentunya, semua ini berkat pertolongan Allah Taala melalui perantara cucu Hisyam bin Malik yang dikenal dengan nama Abdurrahman.

Bersambung..


Artikel Kami: Mengenal Lebih Dekat Aqidah Imam al-Bukhari


[1] Secara harfiyyah bermakna: Tanah para syuhada’, dinamakan demikian karena saking banyaknya pejuang Islam yang gugur di sana. Dalam pertempuran ini kaum muslimin mendapati ujian yang berat berupa terpukul mundur oleh pasukan musuh. Wallahu a’lam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.