Ahlussunnah Paling Penyayang Terhadap Umat, Bahkan Terhadap Ahlul Bid’ah Sekalipun

Tidak sedikit kaum muslimin yang menganggap Ahlussunnah Salafiyyin adalah kelompok yang paling keras serta tidak memiliki tenggang rasa dan toleransi sama sekali.

Buktinya, (menurut mereka) Ahlussunnah menganggap dirinya paling benar, seringkali mengkritik dan menyalahkan kelompok lain yang tidak sejalan, mulai dari permasalahan akidah, manhaj, hingga amaliah ibadah yang dianut dan dilakukan oleh kelompok lain. Dan sekian image negatif lain yang dialamatkan kepada Ahlussunnah Salafiyyin. Salafiyyin dianggap tidak memiliki rasa belas kasih terhadap saudaranya sesama muslim.

Anggapan-anggapan negatif terhadap Ahlussunnah tersebut sama sekali tidak benar. Justru dengan sikap Ahlussunnah yang (katanya) mengkritik dan menyalahkan itulah, menunjukkan bahwa Ahlussunnah adalah kelompok yang paling sayang terhadap umat ini, bahkan terhadap Ahlul Bid’ah sekalipun.

Ahlussunnah ingin agar kaum muslimin berada di atas jalan yang benar, sesuai dengan bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menjalankan kehidupan beragamanya. Sehingga ketika melihat saudaranya sesama muslim yang terjatuh ke dalam penyimpangan, Ahlussunnah segera bangkit untuk memberikan nasehat kepada mereka, agar penyimpangan yang dilakukan saudaranya tidak menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesesatan. Ahlussunnah tidak bermaksud menjelekkan dan menganggap dirinya benar. Sama sekali tidak.

Sebagaimana Ahlussunnah senang apabila tetap istiqomah di atas kebenaran dan jalan yang lurus, maka Ahlussunnah pun juga senang apabila saudaranya muslim tetap istiqomah di atas kebenaran dan jalan yang lurus.

Inilah wujud pengamalan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga ia senang sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga senang sesuatu itu untuk dirinya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Adapun ahlul bid’ah, yang mengusung kebid’ahan dan menebarkannya ke tengah-tengah umat, maka sungguh berarti ia telah menebarkan kemungkaran, mendakwahkan kebatilan, dan menyeru umat kepada dosa.

Melihat fenomena semacam inilah, Ahlussunnah pun bangkit memperingatkan umat dari bahaya kebid’ahan tersebut, sekaligus ini sebagai peringatan kepada ahlul bid’ah, agar tidak terus menerus mempromosikan kebid’ahannya di tengah kaum muslimin.

Ahlussunnah menginginkan agar saudaranya tidak terus menumpuk dosa disebabkan orang lain melakukan perbuatan dosa yang dipromosikan oleh dirinya.

Ingatlah akan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,

وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Dan barangsiapa yang mengada-adakan tuntunan (amaliah) yang buruk dalam Islam, maka ia terancam mendapatkan dosanya dan dosa orang setelahnya yang mengamalkan tuntunan (amaliah) buruk tersebut tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang melakukan tuntunan (amaliah) buruk tersebut sedikitpun.” (HR. Muslim)

Bukankah ini semua menunjukkan bukti kasih sayang yang dimiliki oleh Ahlussunnah terhadap umat ini?

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.