Alhamdulillah, dia telah bergabung lagi
Oleh Abdullah al-Atsari Jogja Takhasus 1A
Tik…tik…tik…
Jarum jam menunjukkan pukul 21.00 malam di pondok kami. Tiba-tiba terdengar suara, “Assalamu ’alaikum!” Suara tersebut memecah keheningan malam itu, sontak kami menjawab dengan bahagia, “Wa’alaikumus salam.” Kesunyian kamar berubah seketika dengan sambutan kebahagiaan malam itu. Terasa lengkap dengan senyuman yang tersirat dari wajah-wajah kami, dinginnya malam terobati dengan hangatnya persaudaraan. Malam yang semakin larut dan gelap yang makin menutup tak sedikitpun mengurangi kemeriahan saat itu.
Itulah sekilas fenomena yang terjadi di detik-detik kedatangan sebagian kawan kami yang baru saja menyelesaikan program dari karantina selama 2 pekan. Mereka menjalani karantina karena pulang ke kampung kelahirannya dengan kebutuhan yang berbeda-berda. Alhamdulillah kini mereka kembali ke Ma’had, karena sadar akan berharganya ilmu agama.
Hal ini mengingatkan kami kepada ucapan Imam Ahmad rahimahullah yang pernah berkata:
العلم لا يعدل شيء لمن صحت نيته
“Ilmu itu tidak ada yang menandinginya jika niatnya benar.”
Jalinan ukhuwah imaniyyah
Saat-saat seperti inilah kami merasakan begitu nikmatnya ukhuwah. Terkhusus di masa-masa thalabul ilmi. Hari-hari yang diwarnai dengan sejuknya ukhuwah imaniyyah, karena mereka saling menerapkan sikap tanazul (saling mengalah), tafahum (saling mengerti), dan berbagai sikap terpuji lainnya.
Mereka bergabung kembali bersama kami, duduk bersimpuh menuntut ilmu syar’i. Di samping karena kesadaran mereka akan pentingnya ilmu ini. Mereka juga masih mengingat memiliki jalinan ukhuwah dengan kawan yang ada di Ma’had. Mereka ingin memberikan dukungan, semangat, dan motivasi dengan kedatanganya. Begitulah para thalabatul ‘ilmi, mereka mencontoh para salaf di setiap aspek kehidupannya.
Kami teringat dengan ucapan Imam Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah saat ditanya:
أي العمل أحب إليك؟ إدخال السرور على المؤمن
“Amalan apa yang paling engkau sukai? Beliapun menjawab: Memasukkan kebahagiaan kepada seorang mukmin.”
Kedatangan mereka mampu membangkitkan gelora semangat kami dalam menimba ilmu dari asatidzah al-Fudhola. Sebuah kenikmatan ketika kita memilki kawan yang rela berkorban untuk mewujudkan kebahagiaan saudaranya. Ini menuntut kami untuk banyak-banyak bersyukur. Di antara bentuknya adalah dengan bermuamalah yang baik kepada mereka.
Buah tangan sebagai “tanda setia kawan”
Kedatangan mereka dari kampung halaman, keluarnya mereka selepas karantina 2 pekan, menyimpan berbagai kisah dan kenangan. Di antara yang menarik perhatian adalah sebagian kawan kami yang datang dengan membawa buah tangan (oleh-oleh). Mereka menghadiahkan kepada kami dengan berbagai macam ide kreatif mereka.
Di antara mereka ada yang mengirimnya secara langsung, setelah melalui proses karantina barang selama 4 hari, kami menikmatinya tanpa ditemani oleh sang pemberi. Karena ia masih menjalani proses karantina mandiri selama 14 hari. Ada juga yang membawa dari kampung halamannya dengan porsi yang sangat banyak, sehingga selain dia menikmatinya di ruang karantina, dia juga bisa memberi buah tangan kepada kami selepas karantina.
Sebenarnnya bukanlah semata-mata ini yang sangat kami tunggu-tunggu, namun kedatangan mereka untuk kembali bersama-sama menimba ilmu yang sangat kami harapkan. Imam Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah pernah ditanya:
فما بقي لذتك؟
“Apa yang membuatmu senang dan bahagia?”
Beliau pun menjawab:
الأفضال على الإخوان
“Lebih mengutamakan saudara-saudara.”
Para salaf adalah teladan tholabul ‘ilmi, masih banayk contoh-contoh kisah dari mereka yang lebih mengutamakan saudara-saudaranya.
Bersama-sama menapaki jalan mulia
Alhamdulillah mereka saat ini sudah dapat melanjutkan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Ma’had. Mereka adalah para santri yang sangat antusias dengan ilmu. Meski 1,5 bulan tertinggal pelajaran, namun hal ini tidk memadamkan semangat mereka. Bahkan membakar semangat mereka, mereka tak bosan untuk menyalin faedah yang terlewatkan. Sunggub benar apa yang dikatakan oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis yang shahih,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangisapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Penutup
Sebagai penutup kami akan bawakan ucapan Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri rahimahullah:
ما عبد الله بشيء أفضل من العلم
“Tidaklah Allah diibadahi dengan perkara yang lebih utama dari ilmu.”
Mudah-mudahan Allah menggabungkan kita termasuk orang-orang yang diberi keistiqomahan di atas jalan thalabul ‘ilmi dan dijauhkan dari berbagai kejelekan. Amin