Amalan Sunnah di Bulan Muharram yang Penuh Berkah

 

Oleh Tim Mading at-Tibyan

 

Masa bergulir dengan cepat. Umur dunia semakin dekat dengan kiamat. Ramadan telah berangkat, berlalulah hari-hari yang berberkah, amalan puasa yang sangat dirindukan telah usai. Bulan mulia itu diakhiri dengan hari besar kaum muslimin Idul Fitri.

Satu bulan berjalan, datanglah bulan mulia lainnya. Bulan yang diawali dengan hari-hari penuh keutamaan, amalan padanya lebih Allah Taala cintai dari amalan yang dilakukan di hari selain hari yang sepuluh itu.

 

Hari Id dan Hari Tasyrik padanya menambah kebahagiaan mereka. Hari yang dijuluki sebagai harinya makan, minum serta berzikir kepada Allah Taala. Jauh beribu kilo meter dari kita, sebagian kaum muslimin sedang melakukan ritual ibadah mulia. Haji di baitullah, wukuf di Arafah, bermalam di Mina dan berbagai kesibukan rangkaian ibadah haji lainnya.

Tak terasa masa-masa indah itu bergulir dengan cepat tanpa kita sadari. Serasa baru kemarin kita melaluinya, kini kita telah memasuki awal tahun 1443 H.

Namun, jangan berkecil hati wahai saudaraku, karena saat ini kita berada di salah satu bulan-bulan haram yang empat. Bulan pertama di tahun baru kaum muslimin Hijriah. Ya, Muharram nama bulan tersebut.

 

Yang Bisa Kita Lakukan di Bulan Muharram

Di antara amalan mulia di bulan Muharram adalah puasa Asyura, yang ganjarannya berupa ampunan tuk dosa satu tahun silam. Sebagaimana penuturan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

وسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ؟ فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ»

“Nabi pernah ditanya tentang puasa Asyura. Maka beliau menjawab: “Puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun lalu.” (HR. Muslim no. 1122, dari Abu Qatadah al-Anshari)

Termasuk sunnah pula, puasa Tasu’a pada hari ke-9, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

«لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ»

 “Jikalau aku masih hidup hingga masa mendatang, benar-benar aku akan berpuasa tasu’a.” (HR. Muslim no. 1133)

 

Para pembaca yang semoga Allah rahmati..

Perlu kita ketahui bahwa puasa Asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Adapun tasu’a pada tanggal 9.

Imam an-Nawawi mengatakan: “Para ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa puasa Asyura itu pada tanggal sepuluh Muharram. Adapun tasu’a pada hari kesembilan, demikianlah pendapat mayoritas ulama.” (al-Majmu’ Syarhu al-Muhadzab)

Di antara hikmah puasa tasu’a adalah menyelisihi kaum Yahudi, karena mereka hanya mencukupkan dengan puasa di tanggal sepuluh.

 

Mari Beramal

Wahai saudaraku, apalagi yang kita tunggu? Sudah saatnya kita menyambut amalan ini. Karena, tentu para thalabatul ilmi harus menjadi yang terdepan untuk mengerjakannya.

Ayo jangan sia-siakan kesempatan ini. Karena kita tidak tahu, apakah tahun depan masih berkesempatan untuk mengamalkannya.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.