Benarkah Tidak Perlu Tatsabbut pada Khabar Tsiqah?

Mengubur

Dalam masalah ini ada faidah dari Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah. Beliau pernah ditanya,

بعض الدعاة يتهم داعية آخر، فإذا قيل له في ذلك قال: حدثني رجل معروف بعلمه وعدله.

فإذا قلت: تثبت. قال: التثبت فيما إذا كان الناقل فاسقاً. فما رأيكم في هذا؟

هذا صحيح، كلامه صحيح من حيث الظاهر؛ أنه إذا أخبرك رجل ثقة فلا حاجة للتثبت؛ لأن الله قال: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا} [الحجرات:6] لكن قد يكون الإنسان ثقة ولكن له هوى فتضعف الثقة من هذه الناحية.

Sebagian dai menuduh dai lainnya. Jika ia ditanya tentang hal itu, ia menjawab: telah menyampaikan berita kepadaku seorang laki-laki yang telah dikenal dengan keilmuan dan keadilannya (tsiqah). Jika dikatakan kepada dia: Hendaknya engkau mengonfirmasi berita terlebih dahulu. Ia berkata: Konfirmasi (tatsabbut) itu jika yang menukil adalah orang yang fasik. Bagaimana pendapat Anda dalam hal ini?

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjawab,

Ini benar. Ucapannya benar secara zhahir. Bahwasanya jika seorang yang terpercaya mengabarkan kepadamu, tidak perlu klarifikasi lagi. Karena Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seorang fasik menyampaikan berita, pastikanlah terlebih dahulu kebenarannya.” (QS. al-Hujurat: 6)

Namun, kadangkala seorang itu tsiqah, akan tetapi ia memiliki hawa nafsu. Sehingga dengan sebab ini, sisi keterpercayaan yang ada pada dia menjadi lemah. (Liqa’ al-Baab al-Maftuh 182/28)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.