Berkarya di Ruang Karantina

 

Oleh Abu Abdillah Anton Purbalingga

 

“Assalamu ’alaikum.” salam salah satu santri Takhasus kepada calon santri Tahfidz yang sedang asyik bermain bulu tangkis bersama temannya. “Wa’alaikumus salam wa rohmatullah.” Jawab anak kecil itu sambil melihat penuh perhatian.

Musyrif (pembimbing) calon santri itu langsung memberitahu bahwa yang memberi salam adalah Abdullah yang terkadang ditanya keberadaannya. Dua anak kecil itu berasal dari Sidoarjo dan Ambon.

 

Kabar kedatangan santri baru

Alhamdulillah Ma’had Minhajul Atsar Jember menerima calon santri tahfidz pada periode kedua ini sekitar 72 santri. Mereka berdatangan silih berganti sesuai jadwalnya. Adapun gelombang pertama sekitar 21 santri yang datang, umur mereka sekitar 13-15 tahun.

Asatidzah dan pengurus dibantu tim medis bekerja keras untuk menyiapkan dengan baik proses kedatangan mereka, begitu pula memberikan berbagai kegiatan selama masa karantina 14 hari. Dengan mencanangkan konsep karantina yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

 

Sinergi pengurus dan para santri

Demi mengoptimalkan pelayanan selama proses karantina, para santri yang dewasa ikut dilibatkan. Ma’had Jember sudah melakukan proses karantina bagi santri-santrinya semenjak akhir tahun 2020. Mungkin lebih dari 200 santri yang telah menjalani proses karantina. Alhamdulillah asatidzah dan segenap pengurus tetap melakukan evaluasi agar proses karantina berjalan lebih baik.

Melayani santri yang dikarantina memang butuh perjuangan dan kesabaran lebih. Apalagi yang dihadapi adalah anak-anak yang masih kecil, sehingga butuh inovasi dan kreasi agar tetap memberikan kemanan, kenyamanan, dan menyenangkan.

 

Bertemu dengan adik kecil

Abdullah sangat senang, tatkala mendengar salah satu santri karantina yang berasal Sidoarjo. Karena Abdullah pernah PKL Tarbiyah di pondoknya 2 tahun yang lalu, waktu itu ia masih kelas 4 MTP. Adapun sekarang, kira-kira umurnya sudah 13 tahun.

Pada malam Jum’at, 26 Syaban 1442 H/8 April 2021 M, Abdullah bertemu dengan santri Tahfizh yang sedang bermain bulu tangkis bersama teman karantinanya. Meski di tempat karantina, alhamdulillah mereka masih bisa berolahraga dan beraktivitas seperti anak-anak lainnya.

 

Hasil karya santri karantina

Berikut ini adalah contoh hasil karya santri asal Sidoarjo, dia memang suka melukis seperti Abahnya. Kebiasaan melukis tetap dia lakukan selama menjalani masa karantina 14 hari. Karantina tidak membuatnya berhenti berkarya, apalagi mengeluh dan menangis ingin pulang.

Selain karya lukisan di atas, kami merasa kagum terhadap hasil kreasi di bawah ini. Karena menunjukkan tekad yang kuat untuk belajar diiringi dengan kedewasaan dalam menjalani protokol pemerintah.

Mudah-mudahan Allah memperbanyak para penerus yang membela agama-Nya. Meski masih muda belia, namun memiliki tekad yang kuat dan tidak mudah menyerah dan mengeluh.

Semoga Allah senantiasa kokohkan hati-hati kami dan kalian di atas al-Haq (kebenaran) dan melindungi dari berbagai fitnah yang tampak atau tersembunyi. Amin

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.