Dari santri untuk negeri

 

Oleh Abu Shafiyyah al-Hafizh Takmili Lumajang

 

Era globalisasi, era dimana segala sesuatu yang dulunya susah untuk dicapai kini mudah terasa. Secara bahasa, globalisasi bermakna proses masuknya ke ruang lingkup dunia.

 

Mirisnya keadaan pemuda-pemudi masa ini

Mari sejenak kita berpikir jernih. Silahkan anda tengok hasil ‘sementara’ dari era tersebut. Tanpa menafikan dampak positif tentunya. Betapa banyak kita dapati dampak negatif entah langsung atau melalui media sosial. Aparat kepolisian menggerebek tempat hiburan malam adalah salah satu contohnya. Dari tempat tersebut, aparat meringkus beberapa pemuda-pemudi yang terbukti secara valid telah mengonsumsi salah satu dari berbagai macam narkotika, sebut saja sabu atau ganja.

Setelah dimintai keterangan oleh pihak berwenang, mereka menjawab bahwa tujuan mereka adalah mencari sensasi, coba-coba, menghilangkan stres, dan seterusnya adalah di antara sekian alasan dari banyak alasan yang melatarbelakangi perbuatan rusak mereka.

Inilah sekelumit problematika kehidupan di masyarakat, secara global pastinya. Belum lagi jika kita uraikan lebih dalam lagi. Pemuda pemudi, kita ambil sebagai sempel tema kali ini.

 

Antara dulu dan sekarang

Jika kita mau mengulas sejarah bangsa ini, niscaya kita dapati bagaimana getolnya kaum muda mendesak bapak proklamator untuk segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini. Hal ini merupakan cerminan bagi kita betapa tingginya budi luhur para pemuda kala itu. Juga menunujukan betapa jauhnya cara berpikir mereka yang mana mereka ingin adanya rasa damai dalam keberlangsungan hidup mereka dan generasi setelahnya.

Namun, jika kita perhatikan muda-mudi masa kini, hanya segelintir saja yang dapat diandalkan untuk memegang tongkat estafet penerus bangsa. Selainya, yang kita lihat hanyalah kejadian-kejadian miris dan membuat kita geleng-geleng kepala. Peristiwa diskotik yang telah kami sajikan sebelumnya, belum lagi fenomena lain, seperti pergaulan bebas, geng motor, tawuran, bolos pelajaran, menghias kehidupan pemuda “zaman now”. Inilah peristiwa konkret yang terjadi di masa kini.

Sungguh, setelah membaca kejadian pada alinea-alinea sebelumnya, ini membuat kita geli sendiri. Akankah kita biarkan semua ini terjadi terus-menerus tanpa henti? Tanpa adanya upaya dan usaha untuk mengehentikannya? Tanpa adanya keseriusan untuk membuatnya lebih baik?

 

Jangan berpangku tangan!

Silakan anda jawab sendiri! Marilah… kita tak selamanya harus seperti ini. Mari kita bangkit dengan semangat membara tapi sesuai dengan koridor syariat. Bukan hanya sekedar semangat semu yang tiada untung darinya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr: 1-3)

Perihal ayat di atas, Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan:

لو ما أنزل الله حجة على خلقه هذه السورة لكفتهم

“Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah satu pun kepada makhluk-Nya melainkan surat ini, niscaya itu sudah mencukupi mereka.”

Sampai di sini kami teringat ucapan Imam Ahmad rahimahullah yang kami nukilkan secara makna, “Tidaklah aku menganggap masa muda melainkan bagai benda yang aku letakan di atas bahu, lalu benda tersebut jatuh.” Maksudnya karena saking cepatnya masa muda berlalu.

 

Penutup

Mungkin ini saja yang bisa kami sajikan pada kesempatan kali ini. Sebagai penutup, masa depan bangsa dan agama di tangan kita, masihkan kita berleha-leha? Semoga Allah mempertemukan kita dalam keadaan yang lebih baik. Amin

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.