Di mana ada iman, di situ ada ujian

 

Oleh Hafidz Perawang Takhasus

 

Satu hal yang harus kita yakini bersama bahwa setiap orang yang mengaku beriman pasti ia akan diuji oleh Allah Tabaraka wa Ta`ala dengan berbagai bentuk ujian. Perlu diketahui bahwa yang Allah inginkan dari hamba-hamba-Nya bukanlah hanya pengakuan belaka. Lebih dari itu, Allah Ta’ala menginginkan adanya bukti kongkret yang nyata yang membuktikan kebenaran apa yang telah diikrarkan.

 

Hikmah dari musibah

Nah, untuk membuktikan benar atau tidaknya pengakuan yang kita klaim, Allah pun menyediakan berbagai bentuk ujian agar terbedakan mana orang-orang yang benar keimanannya dan mana yang hanya sekedar pengakuan semata. Allah Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan mengucapkan, ‘Kami beriman.’ Sementara mereka tidak diuji? Sungguh telah Kami uji orang-orang sebelum kalian. Maka dengan adanya ujian itu Allah mengetahui mana yang jujur dan benar dalam pengakuannya dan mengetahui pula mana yang dusta dalam pengakuannya.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)         

 

Di antara ujian yang Allah persiapkan untuk membongkar dan menampakkan kejujuran iman mereka adalah ujian yang berupa musibah. Ya, segala bentuk musibah yang menimpa seorang, sejatinya merupakan ujian yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepadanya apakah ia mampu bersabar, dan sabar itu merupakan sifat kaum mukminin. Ataukah dia berputus asa dari rahmat-Nya dimana ini bukanlah sifat kaum mukminin.

Mengenai ujian yang pertama ini, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, hilangnya harta benda, jiwa, dan buah-buahan yang kalian miliki. Maka berilah kabar gembira bagi orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

“Sungguh kalian pasti akan diuji pada harta benda dan jiwa raga kalian.” (QS. Ali-Imran: 186)

 

Pada dua ayat di atas dengan tegas Allah Ta’ala menyatakan bahwa Dia akan menguji kaum muslimim dengan berbagai macam bentuk musibah dan malapetaka yang Allah timpakan pada mereka, di antaranya adalah Allah uji mereka dengan bentuk penyakit yang menyerangnya.

Allah uji pula mereka dengan harta benda, berupa hilangnya apa yang mereka miliki. Allah Subhanahu wa Ta’ala uji pula pada keluarga mereka dengan cara Allah cabut dan mematikan orang-orang yang mereka sayangi. Allah uji mereka pada tanaman mereka dengan gagal panen dan yang semisal dengannya.

 

Lulus dan gagalnya ujian

Maka orang-orang yang mampu bersabar dan selalu mengharapkan ganjaran dari Allah, itulah orang-orang yang lulus dalam ujian. Adapun orang-orang yang tidak mampu bersabar bahkan dia mengeluh dan berputus asa darinya, mereka adalah orang-orang yang gagal dalam ujian ini.

 

Ujian paling berat

Nabiyullah Ayyub ‘alaihish shalatu wa salam adalah salah satu dari hamba-Nya yang Allah uji dengan berbagai bentuk ujian. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kumpulkan pada beliau berbagai musibah. Padahal awalnya beliau adalah orang yang memiliki harta melimpah dan dikaruniai banyak keturunan.

Akan tetapi takdir Allah berkata lain, ujian datang menghampirinya. Harta yang beliau miliki ludes sedikit demi sedikit sampai beliau tidak memiliki harta sama sekali. Demikian pula anak keturunan yang beliau miliki, satu persatu Allah Ta’ala cabut nyawanya hingga wafatlah semuanya. Yang tersisa hanyalah seorang istri setia yang sholehah, yang selalu merawatnya, dan setia menemani beliau selama Nabi Ayyub mengidap penyakit menjijikkan itu. Hingga tak ada satupun manusia yang berani mencoba mendekati beliau selain istrinya sendiri.

Beliau diuji dengan cobaan yang berat, akan tetapi beliau adalah seorang yang kokoh imannya. Nyatanya, berbagai ujian berat yang menimpanya tidak menjadikan beliau berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala hingga pada akhirnya ketika baliau berhasil dan lulus dalam ujan ini, Allah menurunkan rahmat-Nya dan memberikan keturunan kembali kepada beliau. Dan juga mengembalikan harta yang dahulu beliau punya, bahkan lebih banyak lagi dari yang pernah beliau miliki sebelumnya.

 

Akhir kata

Maka kita selalu memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar senantiasa membimbing kala musibah menerpa, agar kita bisa selalu dalam keadaan sabar dan ridho bahkan bersyukur kepada-Nya atas segala bentuk musibah yamg menghampiri kita.

Di zaman ini, Allah Ta’ala uji manusia dengan tersebar virus covid-19 yang berbahaya dan mematikan. Virus yang banyak menjangkiti manusia di berbagai belahan dunia. Maka dari itu, kita sebagai tholabul ‘ilmi adalah orang yang paling utama dan pertama dalam menghadapi musibah ini dengan sesuatu yang mendatangkan ridho Allah. Semoga bermanfaat, amin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.