Raih pahala saat musibah menimpa
Oleh Afiq Abqari Banjarnegara Takhasus
Kehidupan di dunia ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Pasti ada saja problem yang menjadi batu hambatan untuk meraih kebahagiaan.
Demikianlah ketentuan Allah Ta’ala kepada manusia, bahwa mereka akan terus diuji, baik dengan kebaikan maupun keburukan. Bahkan ujian seorang hamba akan semakin membesar sesuai dengan tingkat keimanannya. Layaknya sebuah pohon, semakin tinggi menjulang ke angkasa semakin dahsyat angin yang menerpanya.
Besarnya pahala selaras dengan besarnya ujian
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Hikmah dan Maha Pengasih mengetahui bahwa anak Adam itu makhluk yang lemah. Mereka tidak akan bisa menerjang badai melainkan dengan kekuatan dan pertolongan-Nya. Oleh sebab itu Allah Ta’ala menghibur dan memotivasi mereka melalui lisan Nabi-Nya yang mulia agar tetap tegar menghadapi penderitaan.
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
”Sesungguhnya besarnya pahala itu selaras dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum pasti akan mengujnya. Barang siapa yang ridho terhadap ujian yang menimpanya maka baginya keridhoan Allah, namun apabila dia marah maka dia mendapatkan kemurkaan Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahumullah)
Pahala melimpah saat musibah
Dalam hadis yang mulia ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa pahala yang akan diraih seorang hamba berbanding lurus dengan ujian yang dirasa. Karena Allah Ta’ala itu Maha Adil dan tidak akan membalas seseorang yang berbuat kebajikan dengan pahala yang lebih kecil dari pengorbanannya.
Tidaklah sama janji yang Allah Ta’ala persiapkan bagi orang yang tertusuk duri dengan orang yang kakinya harus diamputasi, walaupun kedua-duanya bersabar. Sebagaimana tidak sama antara bintang dan rembulan.
Semua ini menunjukkan betapa adilnya Allah Ta’ala kepada para hambanya dan bahwa Allah Ta’ala tidak pernah menzalimi mereka. Di samping dari yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan sebagai penghibur seorang muslim atas ujian yang menimpanya.
Merekalah kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Namun, ternyata berbagai ujian yang kita alami, beribu permasalahan yang kita hadapi, tidaklah seberat penderitaan para pendahulu kita. Perhatikanlah apa yang disampaikan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada permulaan munculnya Islam.
Para sahabat telah merasakan berbagai siksaan, mereka meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdo’a kepada Allah Ta’ala agar diberikan kemenangan. Beliau justru menjawab,
قَد كَانَ مَنْ قَبْلكُمْ يؤْخَذُ الرَّجُلُ فيُحْفَرُ لَهُ في الأَرْضِ فيجْعلُ فِيهَا، ثمَّ يُؤْتِى بالْمِنْشارِ فَيُوضَعُ علَى رَأْسِهِ فيُجعلُ نصْفَيْن، ويُمْشطُ بِأَمْشاطِ الْحديدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعظْمِهِ، مَا يَصُدُّهُ ذلكَ عَنْ دِينِهِ
“Dahulu sebelum kalian ada orang yang dibuatkan lubang kemudian ia dikubur hidup-hidup, juga ada orang yang dari kepalanya di gergaji sampai badannya terbelah dua, dan orang yang disisir dengan sisir besi sampai mengikis daging dan tulang kepalanya. Yang demikian itu tidak memalingkan mereka dari agamanya.” (HR. Al-Bukhari: 6943)
Demikian pula pernyataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إن من أشد الناس بلاء الأنبياء، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم
“Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang yang di bawahnya, kemudian yang setelahnya dan setelahnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, dan al-Hakim, disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani di dalam as-sahihah)
Berdasarkan hadis ini kita dapat mengetahui bahwa ternyata orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi ‘alaihimussalam. Padahal mereka adalah manusia yang paling mulia dan sangat Allah Ta’ala cintai. Merekalah kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh benar apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan,
وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ
”Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti akan mengujinya.”
Kunci mendapatkan pahala di kala duka
Pembaca yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sekarang, apakah kita tidak ingin menjadi seperti mereka, menjadi kekasih Allah Ta’ala yang akan ditolong di kala suka maupun duka?
Setiap orang yang masih ada keimanan dalam hatinya meski hanya secuil biji sawi pasti menginginkannya. Dia rela mengorbankan segalanya demi kecintaan dan keridhaan-Nya. Maka perhatikan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melanjutkan potongan hadis di atas,
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
”Barang siapa yang ridha terhadap ketentuan Allah yang menimpanya, maka baginya ridha Allah. Namun bagi yang marah, maka dia akan mendapatkan kemurkaan Allah.”
Inilah kunci agar kita bisa mendapatkan keutamaan dan pahala melimpah meskipun ditimpa musibah. Yaitu, sabar dan ridha.
Penutup
Semoga Allah mengaruniakan dua sifat ini kepada kita, dan mengokohkan kita ketika ujian dan musibah menerpa, sebagaiman Allah Ta’ala mengokohkan para Nabi. Amin.