Kedudukan Ilmu dan Ulama dibandingkan harta dunia

Oleh Difi Yunandra K 3B Takhasus
Telah berlalu zaman yang di sana disebut nama-nama besar semisal Ahmad bin Hanbal, Asy Syafi’i, Al Bukhari, Asy-Syaukani dan yang lainnya. Nama-nama yang begitu indah jika terdengar oleh telinga. Nama-nama yang mencerminkan sosok tauladan tentang perjuangan dan pengorbanan. Nama-nama mereka begitu tinggi dan mulia jika disebut di hadapan manusia.
Merupakan sebuah kehormatan apabila meniti jalan mereka. Merekalah yang jika disebut namanya akan selalu diiringi dengan ucapan Rahimahullah (semoga Allah merahmatinya). Terkadang pula diucapkan doa, “Nafa’allahu bi ‘ulumihi fid-dunya wal-akhirah” (semoga Allah memberikan kemanfaatan kepadanya di dunia dan akherat dengan sebab ilmunya).
Lantas apa yang membuat nama-nama mereka dikenang walaupun mereka telah tiada? Apakah karena di sisi mereka ada perbendaharaan dunia yang begitu mempesona? Ataukah karena mereka memiliki harta benda yang begitu mewah? Tidak lain karena yang mereka kumpulkan adalah ilmu agama. Yang mereka sebarkan ke seluruh penjuru dunia dengan penuh perjuangan. Serta kesabaran dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan.
Maka dimanakah para saudagar kaya ketika itu? Di manakah orang-orang yang selalu bergelimang dengan dunia tatkala itu? Apakah jasad mereka tidak pernah ada di muka bumi ini? Bahkan mereka ada dan hidup bersama dengan pemilik nama-nama besar itu. Namun kenapa mereka tidak pernah dikenang? Kenapa nama-nama mereka tidak pernah terdengar? Tidak lain karena mereka selalu berjuang dan berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat Rasulullah takutkan. Yaitu, harta dunia.
Adapun pemilik nama-nama besar itu, mereka selalu mencari dan berjuang untuk mengambil dari Rasulullah sebaik-baik harta warisan. Yaitu, ilmu agama. Semoga kita bisa mengambil pelajaran.