Godaan Dunia

 

Oleh Muhson, Jember

 

Ketika telinga kita mendengar kata dunia, maka yang terbetik adalah kenikmatan, keindahan, dan kejelekannya. Tergantung siapakah yang mendengar, jika yang mendengar adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada ilmu dan iman (terkhusus tentang hal dunia), maka ia akan takut terhadap fitnah dunia. Dia takut jika tidak bisa memanfaatkan dunia dengan sebaik-baiknya di jalan Allah.

Namun berbeda jika yang mendengar adalah orang yang cinta terhadap dunia, maka akan ada harapan-harapan dan keinginan-keinginan di dalam hatinya untuk mengejarnya hingga mendapatkannya. Tanpa peduli seberapa banyak akhirat yang akan ia lalaikan.

 

Dunia Mengancam Iman dan Takwa

Dunia memanglah menggiurkan, tak jarang orang terkecoh dengannya. Betapa banyak orang ingin meraihnya, memilikinya, dan menikmatinya. Baik orang dari kalangan atas, menengah, maupun rakyat jelata. Bahkan orang yang mengerti sekalipun tentang kejelekannya, juga ikut mengincarnya. Tanpa sadar, dunia akan mengancam keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.

 

Dunia yang Beraneka Ragam

Dunia bukan hanya harta, namun dunia bermacam-macam bentuknya. Mulai dari harta, anak-anak, jabatan, dan lain sebagainya yang sebagiannya mungkin telah kita miliki atau bahkan semuanya. Memang semuanya seolah-olah indah dan nikmat. Tapi, ketahuilah, bahwasannya dunia adalah cobaan bagi kita, bahkan bisa menjadi musuh terbesar bagi kita.

Tidakkah kita ingat hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bersabda,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bergegaslah dalam beramal sebelum datang fitnah yang datang seperti potongan-potongan malam yang sangat gelap. Di pagi hari seorang dalam keadaan beriman namun di sore hari sudah menjadi kafir. Atau di sore hari dalam keadan beriman namun di pagi hari sudah berubah menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan bagian yang sedikit dari dunia.” (HR. Muslim no. 186)

 

Banyak Kemaksiatan Muncul Karena Dunia

Tidakkah kita melihat, betapa banyak dunia menyeret kita ke dalam jurang kebinasaan. Batapa banyak kezaliman, kemungkaran, serta kemaksiatan terjadi karena dunia. Orang iri dengki karena dunia, orang berbohong karena dunia, malas mencari ilmu karena dunia, enggan menerima kebenaran, berat berdiri di atas al-hak, hingga pun orang saling senggol-menyenggol, sampai bunuh-membunuh pun, itu semua karena dunia.

Yah, dunia yang selama ini kita nikmati dan kita rasakan, ternyata tak jarang dia menjadi peluang terbesar untuk menyesatkan dan menghancurkan kita. Kenikmatan dunia adalah kenikmatan yang menipu, sekilas, dan fana.

 

Berbeda jauh denga kenikmatan yang terdapat di akhirat. Ibarat seseorang mencelupkan sebuah jarum ke laut lalu mengangkatnya, air yang tersisa di jarum itulah dunia. Dan semua air lautan itulah akhirat. Azab dunia pun juga sangat ringan jika dibandingkan dengan azab yang ada di akhirat.

Maka, benarlah sebuah kalimat yang berbunyi: “Cinta dunia, sumber dari berbagai kesalahan.” Memang benar, dunia bisa menyokong kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tak jarang dunia memalingkan kita dari jalan yang lurus. Oleh karenanya, sudah sepantasnya bagi kita sebagai seorang mukmin, untuk berhati-hati terhadap godaan dunia.

 

Dari Dunia Untuk Akhirat

Kita hidup di dunia ini untuk akhirat, bukan untuk dunia. Maka tak pantas jika seorang mukmin berambisi mengejar dunia. Apalagi kita telah mengetahui hakikat dunia yang sebenarnya. Tidakkah kita ingat hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa urusanku dengan dunia, tidaklah aku hidup di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang sedang berteduh di bawah pohon. Kemudian pengembara tersebut pergi meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377)

 

Renungan

Maka wahai mukmin yang jujur, kenikmatan apalagi yang kita cari di dunia ini, bukankah dunia ini sebentar dan kematian sudah di depan mata?! Segeralah kembali dan instropeksi diri sebelum penyesalan akan menghampiri. Bukankah kesederahanaan sudah mampu membuat kita bahagia di dunia dan di akhirat?

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk menghindari bahayanya fitnah dunia. Wallahu a’lam bis shawab.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.