Di pagi yang gelap gulita

 

Oleh Abdul Aziz Shodiq Jember Tahfidz

 

Rumus perjalanan anak Adam, tak ada yang mampu memahami dan menerawangnya, satu dari jutaan manusia sudah membuktikannya. Betapa tidak, jika meraka bercengkrama serta terlihat akrab bersama, tidak mustahil, jika esok harinya telah terpisahkan dengan dua alam yang berbeda.

 

Jika mereka di sore harinya bahagia dan tertawa ria, tak menutup kemungkinan kalau di paginya pemandangan indah dan menawan itu tertimbun tuk selamanya. Dia seorang diri harus meneguk minuman yang bernama kematian. Tergeletak tak berdaya, hanya sekedar mengadu saja tak kuasa. Dia berada di ambang pintu yang akan mengantarkan ke negeri akhirat, mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat. Maka persiapkanlah wahai saudaraku!

 

Kala ajal menjemput

Hari itu adalah hari jum’at, di siang hari yang cukup bersahabat. Sang mentari memancarkan sinar dengan pesonanya, awan-awan di atas tampak sebagaimana biasanya. Di sebuah jalan, di tengah hingar bingarnya kota itu, terlihat seorang lelaki yang sedang membonceng anaknya di atas motor yang sederhana, kedua orang itu tak lain adalah aku dan ayah kandungku.

Di kejauhan sana, terlihat seorang kakek tua yang sedang asyik mengemudi motor kunonya, mendahului kendaraan-kendaraan yang ada di hadapannya. Dia tak sadar kalau ajal sedang mengintai dirinya, seolah tak merasa kalau malaikat akan turun menjemputnya.

 

Setelah berlalu beberapa saat, ayahku melihat sekelompok polisi turun kejalanan. Merasa aneh, ayahku langsung memarkir kendaraannya di pinggir jalan. Kemudian berjalan menuju tempat kejadian. Setelah kembali, aku segera bertanya kepada ayahku tentang kondisi yang baru saja terjadi, lalu ayahku menjawab bahwa ada seorang kakek yang kecelakaan.

Dengan sikap yang agak terburu-buru, ayahku langsung menaiki motornya menuju lokasi insiden menyeramkan itu. Ketika sampai di lokasi, aku melihat mayat yang tergeletak di tengah jalan, dengan jemari kaki yang masih sedikit bergerak tanda dia sedang sekarat.

 

Kronologi kejadian

Menurut kronologi peristiwa berdarah itu, di saat sang kakek hendak mendahului (menyalip) kendaraan lainnya, dia tidak melihat di bahu kanan jalan. Tepat di jalur lawan, terdapat sebuah mobil pick-up yang mengangkut telur dengan muatan penuh.

Seakan tak lagi punya pilihan, selain terus melaju, kakek itu menabrak mobil itu. Si tua tadi terpelanting jatuh, tepat kepala sang kakek berhadapan dengan ban mobil itu. Sayang seribu sayang, mobil itu melanjutkan laju lambatnya, dengan sekejap, kepala kakek itu remuk dan megeluarkan isinya. Otaknya berceceran di jalanan, kedua matanya hilang entah ke mana. Ruhnya pun lepas dari badanya dan kedua kelopak matanya terpejam tuk selamanya.

 

Aku melihat mayatnya tergeletak tak berdaya, dalam keadaan darahnya mengalir. Sungguh kondisi yang sangat mengenaskan, begitulah kematian tak diduga. Dia telah ada di hadapan mata, seolah tak menunggu lagi persiapan dari mangsanya.

 

Renungan

Kini kenangan tinggal kenangan, banyak manusia telah mendahului kita. Suatu saat nanti, kita juga akan mendahului orang lain, mau tidak mau! Begitulah kehidupan dunia, semuanya fana dan pasti binasa. Seiring begulirnya waktu dan masa, esok kita akan dibawa menghadap kepada yang Maha Kuasa. Kelak akan menyesal, orang-orang yang kala di dunia bergelimang dosa. Akan beruntung orang-orang yang ibadah dan ikhlasnya luar biasa, maka ikutilah jejak mereka.

 

Saudaraku, kematian itu tak hanya datang kepada orang yang berumur 60 tahun. Atau hanya mendatangi orang yang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Ketahuilah, kematian itu tak kenal umur dan tempat.

 

Penutup

Ini hanya sebuah coretan tinta yang mengisahkan sekelumit dari jutaan kisah perjalanan bani Adam. Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran darinya. Aku akhiri tulisan ini dengan sebuah ayat:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

”Tidak seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34)

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. Anggit Alhafis berkata:

    Alhamdulillah sebuah bacaan yang bagus , baik untuk dibaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.