Enam Amalan Sunnah Terkait dengan Shalat Jum’at

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang amalan sunnah yang semestinya dilakukan oleh orang yang hendak keluar menuju shalat Jum’at.

Beliau menjawab:

Disunnahkan baginya membersihkan diri dan memakai wewangian, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,

لا يغتسل رجل يوم الجمعة ويتطهر ما استطاع من طهر، ويدهن من دهنه، أو يمس طيباً من طيب بيته ثم يخرج فلا يفرق بين اثنين، ثم يصلي ما كتب له، ثم ينصت إذا تكلم الإمام إلا غفر له ما بينه وبين الجمعة الأخرى

“Tidaklah ada seseorang yang mandi pada hari Jum’at, lalu bersuci sesuai dengan kemampuannya, meminyaki rambutnya, atau memakai wewangian dari rumahnya, kemudian keluar (menuju shalat Jum’at) dan tidak memisahkan antara dua orang, kemudian melaksanakan shalat sesuai dengan yang ditentukan dan diam ketika imam (khathib) sedang berkhutbah, (tidaklah yang demikian itu) kecuali akan diampuni dosa yang dilakukan pada Jum’at itu dan Jum’at berikutnya.”

Disunnahkan pula memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam dahulu menyediakan pakaian terbaiknya (khusus dipakai) untuk menerima utusan dan shalat Jum’at.

Disunnahkan pula bersegera sepagi mungkin menuju shalat Jum’at, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,

من اغتسل يوم الجمعة ثم راح في الساعة الأولى فكأنما قرب بدنة، ومن راح في الساعة الثانية فكأنما قرب بقرة، ومن راح في الساعة الثالثة فكأنما قرب كبشاً، ومن راح في الساعة الرابعة فكأنما قرب دجاجة، ومن راح في الساعة الخامسة فكأنما قرب بيضة

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at kemudian pergi pada tahap waktu pertama, maka seolah-olah ia berkurban seekor unta, barangsiapa yang pergi pada tahap waktu kedua, maka seolah-olah ia berkurban seekor sapi, barangsiapa yang pergi pada tahap waktu ketiga, maka seolah-olah ia berkurban seekor kambing, barangsiapa yang pergi pada tahap waktu keempat, maka seolah-olah ia berkurban seekor ayam, barangsiapa yang pergi pada tahap waktu kelima, maka seolah-olah ia berkurban sebutir telur.”

Disunnahkan pula keluar menuju masjid dengan berjalan kaki, berdasarkan sabda Nabi alaihish shalatu wassalam dengan lafzah,

ومشى ولم يركب

“Dan berjalan kaki tanpa berkendaraan.”

Dan karena dengan berjalan kaki itu akan mengangkat derajat dan menghapus kesalahan pada setiap langkahnya.

Disunnahkan juga mengambil posisi dekat dengan imam, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam,

ليلني منكم أولو الأحلام والنهى

“Hendaknya yang berada di belakangku adalah orang-orang yang memiliki akal (dan pandangan yang jernih).”  

Disunnahkan mandi sebagaimana mandi janabah. Ada yang berpendapat mandi itu wajib, dan ini pendapat yang benar, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,

غسل الجمعة واجب على كل محتلم

“Mandi Jum’at itu wajib bagi setiap orang yang sudah baligh.”

(Majmu’ Fatawa wa Rasail ibn Utsaimin, no. 1259)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.