Gara-Gara Lisan Berakhir Penyesalan

 

Oleh Tim Mading at-Tibyan

 

Renungan Awal Tahun

Detik jam terus berputar seiring dengan embusan nafas, berganti menjadi menit, jam kemudian hari. Menembus tiap serpihan kehidupan manusia, tak peduli dimanfaatkan ataukah dilailaikan.

Tak terasa bulan Muharam 1443 H telah berada di penghujungnya, serasa baru kemaren wabah Corona masuk ke negeri kita. Sungguh waktu berlalu begitu cepat, pertanda kesempatan beramal kita semakin singkat dan kematian pun semakin dekat.

 

Menjaga Lisan tuk Dapatkan Jaminan

Pembaca at-Tibyan rahimakumullah…

Dengan penuh hikmah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga, tak lain agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga menjanjikan serta menjamin surga bagi mereka yang dapat menjaga lisannya.

Seorang sahabat sekaliber Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata, ”Tidak ada sesuatu yang lebih butuh dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisanku.”

 

Maka dari itu wahai saudaraku… Jagalah lisan kita! Berapa banyak waktu yang kita sia-siakan dengan ucapan yang tak bermanfaat. Berapa banyak hati saudara kita yang tersakiti akibat ucapan kita. Betapa banyak suara keras dan teriakan yang ternyata mengganggu tetangga kita, sadar maupun tidak sadar.

Cepatlah berbenah! Sungguh, semua itu tak berlalu begitu saja, semua itu ada pertanggung jawabannya. Amalan terus tercatat, sementara waktu tak pernah kembali. Penyesalanlah bagi mereka yang lalai. Padahal Allah Taala berkata,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang ia ucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

 

Gara-Gara Lisan, Berakhir Penyesalan

Wahai saudaraku, coba izinkanlah dirimu sejenak, untuk sekedar mendengarkan hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata kepada Muadz bin Jabal radhiallahu’anhu,

كُفَّ عَلَيكَ هَذَا يَعنِي لِسَانَهُ-. قُلتُ: يَا رَسُولُ الله! وَإِنَا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِه؟ قَال: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذ! وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِم أَو قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمإِلَّا حَصَائِدُ أَلسِنَتِهِم؟!

“Tahanlah olehmu benda satu ini (lisan)!” Aku (Muadz) pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan mendapat hukuman karena ucapan kami?”

Beliau menjawab, “Celaka engkau Muadz! Bukankah manusia itu ditelungkupkan dan diseret ke neraka di atas wajah-wajah mereka –dalam riwayat lain: di atas hidung-hidung mereka- melainkan akibat lisan mereka?!”(HR. Al-Bukhari No. 6474)

 

Jika ayat dan hadis tak kunjung membuatmu berbenah, tak kunjung menghentikan ucapanmu yang tidak berfaedah dan menghentikan ucapan pedasmu yang membuat orang lain marah, apakah saat wajahmu tersungkur di neraka baru kau akan berbenah?! Sadarlah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.