Imam Madzhab Tidak Mengajarkan Taqlid

Hujjah adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Siapapun orangnya, apapun ucapannya, kalau menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, maka wajib untuk meninggalkan perkataan orang tersebut dan kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
Berikut ini sebagian perkataan imam madzhab yang empat tentang wajibnya kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dan larangan untuk taklid kepada siapapun.
Abu Hanifah
إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِيْ.
“Jika suatu hadits telah dinyatakan shahih, maka itulah madzhabku.”
إِذَا قُلْتُ قَوْلاً يُخَالِفُ كِتَابَ اللهِ تَعَالَى وَخَبَرَ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم فَاتْرُكُوْا قَوْلِيْ.
“Jika aku mengatakan suatu perkataan yang menyelisihi Kitabullah ta’ala dan Hadits Rasulullah, maka tinggalkanlah perkataanku itu.”
Malik bin Anas
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِئُ وَأُصِيْبُ فَانْظُرُوا فِي رَأْيِيْ فَكُلُّ مَا وَافَقَ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْهُ وَكُلُّ مَا لَمْ يُوَافِقِ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ.
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, bisa salah dan bisa benar, maka lihatlah pendapatku, setiap yang mencocoki Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, maka ambillah, dan yang tidak mencocoki Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah.”
لَيْسَ أَحَدٌ بَعْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلاَّ وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ النَّبِي صلى الله عليه وسلم.
“Tidak ada seorangpun setelah Nabi kecuali perkataannya (terkadang) bisa diambil dan (terkadang) bisa ditinggalkan, kecuali (perkataan) Nabi.”
Asy-Syafi’i
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ.
“Kaum muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya sunnah dari Rasulullah, maka tidak dihalalkan baginya untuk meninggalkan sunnah tersebut karena perkataan seseorang.”
إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِيْ خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُوْلُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَدَعُوْا مَا قُلْتُ) . (وَفِي رِوَايَةٍ (فَاتَّبِعُوهَا وَلاَ تَلْتَفِتُوا إِلَى قَوْلِ أَحَدٍ.
“Jika kalian mendapati pada kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah, maka katakanlah (ambillah) Sunnah Rasulullah dan tinggalkan perkataanku.”
Dalam riwayat yang lain: “Maka ikutilah Sunnah Rasulullah dan jangan menoleh kepada perkataan seorangpun.”
إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِيْ.
“Jika suatu hadits telah dinyatakan shahih, maka itulah madzhabku.”
Ahmad bin Hanbal
لاَ تُقَلِّدْنِيْ وَلاَ تُقَلِّدْ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِيَّ وَلاَ الْأَوْزَاعِيَّ وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا.
“Janganlah taklid kepadaku, jangan pula bersikap taklid kepada Malik, Asy-Syafi’i, Al-Auza’i, dan Ats-Tsauri, ambillah dari mana mereka mengambil.”
مَنْ رَدَّ حَدِيْثَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ.
“Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah, maka ia telah berada di tepi jurang kebinasaan.”