al-Khabir (Seri Asmaul-Husna)
Oleh Abu Abdillah Anton Purbalingga
Di antara asmaul husna adalah al-Khabir yang memiliki sifat al-Khibrah. Nama Allah tersebut terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya:
وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
“Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Sempurna ilmu-Nya.” (QS. Saba: 1)
Makna al-Khabir
Allah ta’ala telah menyebutkan beberapa ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan kesempurnaan ilmu-Nya, di antaranya:
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاء وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit, dan apa yang naik darinya.” (QS. Saba: 2)
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِين
“Di sisi-Nyalah kunci-kunci perkara ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Allah mengetahui apa yang di darat dan di laut, dan tidaklah jatuh sehelai daun dari pohonnya kecuali Dia mengetahuinya. Tidak ada sebutir biji dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, kecuali telah tertulis dalam kitab lauh al-Mahfudz.” (QS. Al-An’am: 59)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menafsirkan surat al-An’am ayat 59 dalam sabdanya:
مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ، ثُمَّ تلَا قَوْلَهُ تَعَالَى:
“Kunci-kunci perkara ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. (HR. al-Bukhari no. 4627, 4697, 4778, dari hadits sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
”Sesungguhnya di sisi Allah lah ilmu tentang hari kiamat dan turunnya hujan. Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidaklah seorang mengetahui apa yang akan dilakukan esok hari, dan tidak pula mengetahui di bumi manakah dia akan meninggal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Sempurna ilmu-Nya. ” (QS. Luqman: 34)
Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah menjelaskan:
بِمَعْنَى كَمَالِ الْعِلْمِ، وَوُثُوقِهِ، وَالْإِحَاطَةِ بِالْأَشْيَاءِ عَلَى وَجْهِ التَّفْصِيلِ، وَوُصُولِ عِلْمِهِ إِلَى مَا خَفِيَ ودقَّ مِنَ الْحِسِّيَّاتِ وَالْمَعْنَوِيَّاتِ
“Makna al-Khabir adalah sempurnanya ilmu, kokoh tentangnya, mengetahui segala sesuatu secara rinci. Begitu pula ilmu-Nya kepada perkara yang tersembunyi dan samar dari yang tampak ataupun tidak tampak.” (Syarh al-Aqidah al-Wasitiyah)
Lalu apa perbedaan nama Allah al-‘Alim dan al-Khabir?
No. | Perbedaan | Al-‘Alim | Al-Khabir |
1. | Kandungan sifatnya | Mengandung sifat al-Ilmu. | Mengandung sifat al-Khibrah. |
2. | Cakupan ilmu | Keluasan ilmu yang umum dan tampak. | Keluasan ilmu yang lebih detail, meski tersembunyi. Sehingga al-Khabir memiliki makna yang lebih dibandingkan al-Alim. |
3. | Menurut orang arab | Ilmu adalah mengetahui sesuatu. | Khibrah adalah mengetahui dan mahir tentang apa yang diilmui. |
Meluruskan Akidah Kaum Muslimin
- Allah mengetahui dengan sifat ilmu-Nya, bukan mengetahui dengan dzat-Nya.
Pada ayat yang telah kami sebutkan, menunjukkan bahwa Allah mengetahui dengan sifat ilmu-Nya. Berbeda dengan kelompok Mu’tazilah yang menolak sifat-sifat Allah, mereka mengatakan bahwa Allah mengetahui dengan dzat-Nya. Mereka menyakini jika menetapkan sifat-sifat, berkonsekuensi menetapkan bersama Allah sesembahan yang banyak.
Tujuan ucapan mereka sebagaimana asy-Syahrastani rahimahullah katakan: “Makna ucapan mereka adalah menolak sifat bagi Allah. Keyakinan ini telah banyak diyakini oleh kelompok Mu’tazilah, Khawarij, Murji’ah, dan sebagian az-Zaidiyyah.” (al-Milal 1/49-50)
- Penjelasan salahnya yang menafsirkan ilmu dengan tidak bodoh.
Di antara kelompok Mu’tazilah ada yang menafsirkan nama-nama Allah dengan makna meniadakan. Mereka berkata: “Allah Maha Mengetahui maknanya tidak bodoh.” Ayat yang telah kami sebutkan di atas adalah hujjah dan bantahan kepada mereka. Sungguh telah Allah kabarkan tentang kesempurnaan ilmu-Nya yang mencakup segala sesuatu, sampai pengetahuan-Nya tentang kapan seorang ibu akan melahirkan dan bagaimana prosesnya.
Karena seseorang yang menetapkan ilmu, berarti dia meniadakan kebodohan. Adapun yang meniadakan kebodohan, belum tentu menetapkan ilmu. Sebagaimana orang yang mengatakan tentang tembok, “Sesungguhnya tembok itu tidak bodoh.” Bukan berarti tembok itu berilmu, karena tembok itu tidak bodoh dan tidak pula berilmu.
- Bantahan bagi yang menolak ilmu Allah.
Kaum filsafat mengingkari ilmu Allah ta’ala secara bagian-bagian, hanyalah ilmu Allah kata mereka secara keseluruhan. Misalnya Allah menciptakan bumi, maka Allah mengetahui bumi secara umum. Namun Allah tidak mengetahui bagian-bagian dari bumi, seperti apa yang terjadi di atas muka bumi dari perbuatan makhluk.
Kaum filsafat telah mengingkari ilmu Allah, sebagaimana pula kaum Qadariyah yang ekstrim telah mengingkarinya. Adapun keyakinan mereka bahwa Allah akan mengetahui perbuatan makhluk setelah terjadi. Menurut mereka kalau Allah mengetahui sebelum terjadinya, maka ini mengharuskan bahwa Allah memaksa hamba-Nya untuk sesuai dengan ilmu-Nya. Ini adalah kesesatan yang nyata dan setiap agama akan mengingkarinya.
Buah mengimani nama al-Khabir
Di antara buah mengimani nama al-Khabir adalah:
- Semakin menguatkan muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah.
- Merasa tenang dengan hukum syariat, karena berasal dari ilmu dan hikmah Allah.
- Akan menambah rasa takut kepada Allah, karena Dia Maha Mengetahui yang tampak dan tersembunyi.