Jangan mencela masa dan angin!

Oleh Maulana Syifa’ Lampung Takhasus
Angin yang berhembus, membuat daun pepohonan bergoyang dan ombak bergelombang. Sungguh Maha Kuasa sang pencipta alam semesta ini. Mengatur, menumbuhkan, serta memberikan kebutuhan setiap yang berjiwa.
Sampai ada seorang atheis yang menolak Sang Pencipta tidak bisa menjawab dari paparan an-Nu’man bin Tsabit, yang dikenal dengan Imam Abu Hanifah rahimahullah. Beliau mengkiyaskan seperti kapal penuh muatan yang siap membawa ke seberang pulau tanpa pengatur. Bergerak tanpa penggerak, berlayar tanpa awak. Apakah ini mungkin terjadi?
Jauhi 2 sifat tercela
Sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin justru mencela angin dan masa. Apakah mereka tidak ingat siapa yang mengatur angin dan masa?
Meskipun sifat angin terkadang berubah menjadi topan yang dapat merobohkan pepohonan dan menghancurkan rumah. Tetap tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk mencelanya, karena angin terkadang diperintahkan untuk mendatangkan keburukan.
Dalil larangan mencela angin
Dari sahabat yang mula Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تسبوا الريح، فإذا رأيتم ما تكرهون فقولوا: اللهم إنا نسألك من خير هذه الريح وخير ما فيها، وخير ما أمرت به، ونعوذ بك من شر هذه الريح وشر ما فيها، وشر ما أمرت به
“Jangan kalian mencela angin. Jika melihat sesuatu yang dibenci, maka ucapkanlah: “Ya Allah kami memohon kebaikan angin ini, kebaikan yang ada di dalamnya, dan kebaikan yang Engkau perintahkan. Kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada di dalamnya, dan keburukan yng Engkau perintahkan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2252 dan dishohihkan oleh Syaikh Albani dalam Shohih al-Jami’ no. 7192)
Inilah bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat angin, beliau tidak mencelanya. Karena tidaklah angin berhembus, melainkan atas perintah Sang Pencipta. Seorang yang mencela angin, menunjukkan atas kosongnya iman yang ada padanya.
Dalil larangan mencela masa
Demikian pula kita dilarang mencela masa, karena barangsiapa yang mencelanya berarti dia telah menyakiti Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ
“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup. Tdak ada yang akan membinasakan kita kecuali masa.” (QS. Al-Jatsiyah: 24)
Dari sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: «يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ»
”Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: ”Bani Adam menyakiti-Ku, dia mencela masa, sedangkan Aku (Pengatur) masa. Aku menggilirkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 2246)
Dan adapun jika tujuannya murni hanya memberi kabar, maka diperbolehkan. Seperti seorang mengatakan kita lelah karena cuaca panas pada hari ini. Karena amalan tergantung niatnya, ucapan seperti ini boleh untuk memberi kabar. Dalilnya perkataan Nabi Luth ‘alaihis salam: “Ini hari yang sulit.”
Kita memohon kepada Allah agar dijadikan hamba yang selalu berserah diri dan tidak berkeluh kesah atas ujian yang menimpa. Amin
Sumber: Kitab al-Qoulul Mufid karya Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.