Keberanian sejati

 

Oleh Yahya Sukoharjo Takhasus

 

Tidak semua orang memiliki keberanian sejati, tahukah anda apakah keberanian sejati itu? Keberanian sejati adalah sikap bersedia dikoreksi bila salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang memiliki kedudukan lebih rendah dari kita.

Berkata memang mudah, namun untuk mempraktekkannya, mewujudkannya tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh pengorbanan dan perjuangan yang sangat besar, bahkan terkadang taruhannya nyawa.

 

Amal tak semudah membual

Orang yang berbicara dengan kata yang diolah sedemikian rupa dan disusun dengan rapi nan indah sehingga mampu membuat orang yang mendengarnya terkesima, biasanya mudah diacungi jempol dan dianggap orang hebat. Namun yang disayangkan, terkadang dalam kesempatan lain dia melanggar dan menelan perkataannya sendiri.

Bilamana sebuah penilainan tentang kebenaran hanya diukur dengan banyaknya pengikut atau biasa yang disebut dengan mayoritas, maka berhati-hatilah karena sesungguhnya Allah telah memberikan instruksi kepada nabi-Nya supaya tidak mengikuti kebanyakan orang,

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu mengikuti mayoritas orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah, mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.” (QS. Al-An’am: 116)

 

Guru teladan

Guru teladan adalah guru yang siap menerima nasihat apabila salah dan siap kembali kepada kebenaran apabila tersesat tanpa menggugat kebenaran itu, dan tanpa meremehkan siapa yang membawanya. Sebab benarnya sebuah ajaran atau sebuah perkara tidak dilihat dari banyaknya pengikut ataupun tingginya kedudukan seseorang.

Dahulu ada di antara para nabi yang hanya memiliki satu atau dua pengikut, bahkan ada di antara mereka yang tidak memiliki pengikut sekalipun, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits tentang al-Haudh (telaga) para nabi.

 

Kebenaran adalah modal keselamatan. Kebenaran  itu lebih berharga dari pada diri kita sendiri, sehingga jadikanlah kebenaran menjadi akhir dari setiap usaha kita, karna dengannya kita telah menjunjung tinggi amanat Allah ketika Allah mengabarkan,

والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين ءامنوا وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar benar dalam keadaan merugi kecuali orang orang beriman dan beramal sholih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”(QS. Al-‘Ashr: 1-4)

 

Sifat kaum mukminin

Menerima nasihat dalam kebenaran menjadi tujuan yang meliputi lubuk hatinya, kapan saja dia mendengar kebaikan dan di mana menemukannya, dia segera mengambil dan berpegang teguh dengannya.

Keberanian dan sikap tegas dalam menerima kebenaran adalah keberanian yang terpuji dan sejati, yang dengannya Allah mensifati kaum yang beriman dalam firman-Nya,

فلا وربك لايؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدون في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” ( An Nisaa: 65)

 

Penutup

Semoga Allah senantisa memberikan hidayah dan taufiknya kepada kita agar menjadikan kita sebagai orang orang yang pemberani, menerima nasihat bila salah dan siap kembali kepada kebenaran apabila tersesat di manapun dan kapanpun. Amiin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.