Kebersamaan Allah

 

Oleh Abdullah 4A Takhasus

 

Segala puji hanya milik Allah semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para pengikut, serta para sahabat beliau.

Sungguh, telah berulang kali pertanyaan tentang pernyataan seseorang bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatu dan bercampur dengan para makhlukNya, dan bahwa inilah makna yang dikehendaki dari sifat al-Ma’iyyah al-‘Ammah.

Mereka juga menyebarkan syubhat (kerancuan) dengan berdalil perkataan Allah Ta’ala,

وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ

Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat.” (QS. al-Qashash: 44)

Dan firmanNya:

وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ

Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi).” (QS. Ali Imran: 44)

Dan firmanNya:

وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” (QS. Ali Imran: 44)

 

Makna ayat-ayat ini sebagimana pemhaman mereka

Makna dari ayat-ayat tersebut adalah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berada di sisi mereka, namun Dzat Allah Ta’alalah yang bersama mereka. Karena Dia berada di segala tempat, (menurut ucapan mereka).

Manakala si pengucap ucapan tersebut telah salah dalam memahami, dan terjatuh pada kesalahan fatal serta menyelisihi akidah (keyakinan) yang benar, yang dibawakan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah serta yang diyakini oleh para pendahulu umat ini, maka saya berpandangan untuk menjelaskan kebenaran dan menjelaskan perkara yang tersamarkan oleh si pengucap terhadap ucapan tersebut terkait urusan agung yang berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah.

 

Kaedah dasar dalam menetapkan sifat untuk Allah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala disifati dengan segala sifat yang Ia sifatikan pada diriNya, dan disifati dengan apa yang disifatkan oleh RasulNya (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), sesuai dengan gambaran yang layak dengan kemuliaan-Nya.

Dan tidak melakukan “takyif” (mengumpamakan atau bertanya bagaimana), “tamtsil” (menyamakan dengan makhluk), demikian pula “tahrif” (menyelewengkan makna), dan juga “ta’thil” (menolak).

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS. asy-Syura: 11)

 

Akidah yang benar tentang keberadaan Allah Ta’ala

Di antara keyakinan yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah serta yang telah disepakati oleh salaful ummah (para pendahulu umat yang salih)[1]  adalah, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu berada di atas seluruh makhlukNya, terpisah dari mereka, beristiwa’ (tinggi dan menetap)[2] di atas ‘arsyNya dengan istiwa’ yang layak dengan kemuliaanNya, serta tidak menyerupai seluruh makhluk-Nya dalam hal istiwa’ (tinggi dan menetapNya).

Maksud Allah Ta’ala bersama makhluk di manapun mereka berada

Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersama mereka pada ilmuNya, tidak ada bagiNya satu pun perkara mereka yang samar.

Inilah keyakinan yang dijelaskan di dalam al-Qur’an dengan sebaik-baik dan sejelas-jelas penjelasan. Begitupula inilah keyakinan yang ditunjukkan di dalam sunnah pada hadits-hadits sahih (benar) yang jelas maknanya.

Ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan tentang tingginya Allah Ta’ala

Di antara dalil dari al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala berada di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya, dan beristiwa’ di atas ‘arsyNya adalah:

  1. Perkataan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

Hanya kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang saleh dinaikkan oleh-Nya.”(QS. Fathir: 10)

  1. Juga firman Allah Ta’ala:

إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku.” (QS. Ali Imran: 55)

  1. Dan firman Allah Ta’ala:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah.” (QS. al-Ma’arij: 4)

  1. Begitu pula dengan firman Allah Ta’ala:

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ

Kemudian Dia beristiwa di atas Arsy’,  (Dialah) Yang Maha Pemurah.” (QS. al-Furqan: 59)

  1. Firman Allah Ta’ala:

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ

Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kalian.” (QS. al-Mulk: 16)

  1. Perkataan Allah Ta’ala:

أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا

Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu.” (QS. al-Mulk: 17),

  1. Demikian pula perkataanNya:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang beristiwa’ di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5),

  1. Begitu pula perkataanNya,

يَاهَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ ﴿٣٦﴾ أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا﴿٣٧﴾

Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” (QS. Ghafir: 36-37)

 

Hadits-hadits Nabi shallallhu’alaihi wa sallam yang menunjukkan hal ini

Adapun dalil-dalil dari as-Sunnah, sungguh telah diriwayatkan di dalam hadits-hadits yang shahih (yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya) maupun hasan (yang baik, di bawah derajat sahih) yang tidak mampu untuk dihitung kecuali dengan usaha yang memberatkan.

Seperti kisah Mi’raj (naiknya) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Rabbnya. Demikian pula hadits rukyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan selainnya, dengan lafaz:

رَبَّنَا اللهُ الَّذِي فِي السَّمَاءِ تَقَدَّسَ اسْمُكَ أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Ya Rabb kami, Allah, yang berada di atas langit, Mahasuci nama-Mu. Urusan-Mu di langit dan di bumi…” (HR. Abu Dawud rahimahullah di dalam Sunannya no. 3892).[3]

Begitu pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits al-Au’al[4],

وَالْعَرْشُ فَوْقَ ذَلِكَ[5] وَ اللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ وَهُوَ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ

“‘Arsy berada di atas seluruh makhluk tersebut. Dan Allah berada di atas ‘arsy. Dia Mahatahu apa yang ada pada kalian.” (HR. Ahmad. al-Musnadnya No. 1770. Dan  Abu Dawud, dan selain keduanya).

Dan sabda beliau kepada budak wanita di dalam sebuah hadits yang sahih,

«أَيْنَ اللهُ؟» قَالَتْ: فِي السَّمَاءِ، قَالَ: «مَنْ أَنَا؟» قَالَتْ: أَنْتَ رَسُولُ اللهِ، قَالَ: «أَعْتِقْهَا، فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ»

“Di manakah Allah?” Dia menjawab: “Di atas langit.” Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah saya?” Dia menjawab: “Engkau adalah Rasulullah.” Rasulullah bersabda: “Bebaskanlah ia, karena dia adalah wanita yang beriman.”[6]

Dan hadits-hadits lain yang semakna dan dipastikan keabsahannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan secara pasti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala berada di atas ‘arsyNya dan ‘arsyNya berada di atas langit.

Dan keyakinan ini telah difitrahkan kepada seluruh umat baik orang arab maupun non arab, baik pada masa jahiliyah (masa sebelum datangnya Islam), maupun pada masa Islam, kecuali orang-orang yang disesatkan oleh setan dari fitrahnya yang lurus.

Kemudian ucapan-ucapan salaf yang seandainya dikumpulkan akan mencapai ratusan bahkan ribuan. Bersambung…

 

[1] Pendahulu yang shalih dari umat ini. Mereka adalah para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in yang merupakan tiga generasi terbaik umat ini.

[2] Makna istiwa’ adalah: naik, tinggi, dan menetap sebagaimana yang dijelaskan oleh salaful ummah. Lihat penjelasannya di dalam kitab al-Kafiyah asy-Syafiyah karya Imam Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin al-Qayyim rahimahullah, hlm. 87.

[3] Kelengkapan hadits secara lengkap dapat dirujuk di: Sunan Abu Dawud rahimahullah di dalam Sunannya no. 3892. Didhaifkan oleh Imam al-Albani rahimahullah di dalam kitab Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud dengan nomor yang sama, dan di dalam Misykat al-Mashabih no. [33]- 155 beliau berkata, “Hadits ini munkar (diingkari/lemah).”

[4] Yakni para malaikat dalam wujud kambing hutan. Lihat an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar Karya Ibnul Atsir rahimahullah (w. 606H) jilid 5 halaman 207. Wallahu a’lam.

[5] Teks yang mirip dengan ini terdapat di dalam kitab Khalqu Af’ali al-‘Ibad. hlm: 43 karya Imam al-Bukhari rahimahullah dari Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tatkala menafsirkan surat al-A’raf: 54, beliau berkata,

الْعَرْشُ عَلَى الْمَاءِ، وَاللَّهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، وَهُوَ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ

“‘Arsy berada di atas air. Dan Allah berada di atas ‘arsy. Dia Mahatahu apa yang ada pada kalian.”

Adapun di dalam Sunan Abi Dawud no. 4723, kutipan hadits al-Au’al sebagai berikut,

ثُمَّ فَوْقَ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ أَظْلَافِهِمْ وَرُكَبِهِمْ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ عَلَى ظُهُورِهِمُ الْعَرْشُ مَا بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ

Kemudian di atas langit ketujuh terdapat laut, jarak antara dasar hingga permukaannya sejauh jarak antara langit dengan langit (yakni antara 71, 72, atau 73 tahun). Kemudian di atas itu terdapat delapan al-Au’al, antara kuku dengan lututnya sejauh jarak antara langit dan bumi. Kemudian di atas punggung mereka ‘arsy, jarak antara bagian bawah dengan bagian atas ‘arsy sejauh jarak antara langit dengan langit. Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala di atas itu.” Hadits ini disebutkan pula oleh at-Tirmidzi di dalam Sunannya no. 3320 dan juga ulama lainnya dari Sahabat al-Abbas bin Abdil Muthalib radhiyallahu ‘anhu. Namun didhaifkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah no. 1247.

Hadits yang dinyatakan sahih (lihat: Mukhtashar al-‘Uluw lil ‘Aliyyil ‘Adzim hlm. 103 karya Syaikh al-Albani dari Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu):

الْعَرْشُ فَوْقَ الْمَاءِ وَاللَّهُ فَوْقَ الْعَرْشِ لا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِكُمْ

’Arsy berada di atas air. Allah berada di atas ‘arsy. Tidak ada bagi-Nya satupun yang tersembunyi dari perbuatan kalian.

 

[6] HR. Muslim rahimahullah di dalam Sahihnya no. 33-[57] dari Sahabat Mu’awiyah bin al-Hakam radhiyallahu ‘anhu.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.