Kalau bukan karena Allah, kita tidak bisa beramal saleh

 

Oleh Maulana Syifa’ Lampung 1A Takhasus

 

Sungguh tidaklah datang suatu zaman melainkan zaman setelahnya lebih jelek dibandingkan zaman sebelumnnya. Semua orang mengaku benar, sampaipun orang bodoh mengku berilmu dan orang jujur dianggap berdusta dan pendusta diakui pendapatnya. Acara bid’ah dianggap ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran Nabi dianggap suatu yang nyeleneh. Begitulah keadaan akhir zaman.

 

Asingnya sunnah

Sungguh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kian lama kian asing, samapi seperti awal muncul Islam di muka bumi. Dengan sebab itulah, umat Islam dilecehkan seakan tidak ada harga dirinya, meskipun mayoritas. Namun mereka seakan nasi di nampan yang siap di santap atau bagaikan buih di lautan yang luas.

Jika kaum muslimin kembali ke agama Islam yang murni, pasti kemuliaan dan kehormatan akan diraih. Sungguh beruntung orang-orang yang dianughrahi untuk mempelajari manhaj dan ajaran yang benar, begitu pula mengetahui amalan yang menyelisihi sunnah.

 

Keberuntungan yang besar

Hidayah untuk belajar agama sangatlah mahal, jangan engkau taruhkan dengan suatu yang hina lagi sementara. Allah ta’ala memberikan keberuntungan besar ini kepada yang dikehendaki-Nya:

يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Dan Allah mengkhususkan rahmat-Nya kepada siapa yang dia kehendaki dan Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Ali-Imran: 74)

Allah memberikan karunia dan keutamaan bagi orang-orang yang Dia kehendaki, Dia pula yang menunjukkan jalan dan memberikan taufiq serta penjagaan kepada mereka dari penyimpangan dan kesesatan.

 

Salaf menyadari hidayah ilahi

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum menunturkan, “Demi Allah, kalau bukan karna-Nya, kita tidak akan mendapatkan hidayah untuk shalat dan bersedekah.”

Yakni mereka mengakui bahwa hidayah berasal dari Allah semata. Anugerah, keutamaan, serta rahmat-Nya diberikan kepada orang yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.

 

Penutup

Jika kita telah mendapatkan permata mahal ini, berupa hidayah dari Allah. Maka jagalah dan berdo’a kepada-Nya:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Wahai Rabb Kami, janganlah Engkau palingkan hati-hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan hidayah kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi.” (QS. Ali Imron: 8)

Hendaknya kita khawatir dari dicabutnya nimat hidayah dari Allah, karena hati seorang hamba itu di antara dua jari jemari ar-Rahman. Mudah-mudahan bermanfaat. Barakallahu fiikum.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.