Kisah PKL-SPN 2019 Unit Lombok

Goresan Pena Santri Ma’had Minhajul Atsar Jember

Sungguh dakwah ahlus sunnah tidak akan lepas dari belajar, saling tolong menolong, dan peduli terhadap sesama. Terkhusus tatkala ada orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, ketika telah berlalu satu tahun gempa bumi di Lombok. Namun, sebagian masyarakat masih hidup seadaanya dan belum mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Alhamdulillah, pemerintah sudah bekerja keras untuk membantu masyarakatnya, mudah-mudahan Allah Ta’ala membalas kebaikan untuk pemerintah kita. Namun tanggung jawab ini bukan hanya dipikul oleh pemerintah, segenap elemen masyarakat hendaknya saling bahu-membahu membantu saudaranya yang mengalami kesusahan dan musibah.

Atas dasar ini, Ma’had Minhajul Atsar Jember melalui program PKL-SPN (Praktek Kerja Lapangan-Santri Peduli Negeri) bekerja sama dengan Tim Peduli Bencana,  mengirim para santrinya berjumlah delapan belas orang ke lombok. Tepatnya pada tanggal 28 November 2019, mereka menjalani kegiatan sosial kurang lebih selama tiga pekan.

Tujuan PKL SPN

Di antara tujuan diadakannya PKL SPN, adalah :

  1. Santri belajar mengamalkan ilmu yang selama ini telah dipelajari di pondok.
  2. Melatih kedewasaan, bersosialisasi, dan kekompakkan tim.
  3. Bersyukur dengan kenikmatan yang ada dan bersabar tatkala terimpa musibah.

Persiapan Keberangkatan PKL SPN

Berbagai persiapan di lakukan untuk kelancaran kegiatan ini, di mulai dari pengarahan-pengarahan yang disampaikan oleh asatidzah, persiapan pribadi, dan persiapan tim.

Persiapan dilakukan sebelum ujian semester pondok, namun di tengah berjalannya ujian, santri masih antusias mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan PKL.

Ini merupakan ujian tersendiri bagi para santri, karena mereka dituntut membagi waktu dengan baik.

Sekilas Tentang Betumping

Betumping adalah salah satu dusun yang berada di desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Dusun ini berjumlah kurang lebih 165 KK, penghasilan utamanya adalah hasil kebun coklat, kelapa, dll. Dusun ini tatkala gempa mengalami hampir sembilan puluh persen kerusakan.

Begitu pula, dusun tetangga yang bernama dusun Onggong Lauk. Dua dusun ini adalah tempat tujuan PKL-SPN, meski pusat utamanya adalah dusun Betumping. Masyarakat secara umum sangat ramah dan memiliki hati yang lapang untuk menerima tamu, dalam keadaan mereka sendiri sangat membutuhkan bantuan karena tertimpa musibah.

Program Kerja PKL SPN

Alhamdulillah ketika waktu PKL SPN tiba, santri-santri sangat antusias dan semangat memulai kegiatan yang mulia ini. Mereka melewati luasnya lautan yang memisahkan antara pulau jawa ke pulau bali dan pulau bali ke pulau lombok.

Sampainya di tempat tujuan, alhamdulillah santri PKL-SPN dibuatkan beruga’ atau gazebo oleh warga. Pembuatannya satu hari sebelum kedatangan santri.

Beruga tersebut terletak di depan posko. Alhamdulillah degan adanya beruga, memudahkan kami untuk menjamu tamu, musyawarah, dan melepas lelah setelah bekerja. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan warga Betumping, dengan pelayanannya menerima tamu.

Kumpulan Kisah Selama PKL-SPN

Pemberian nama 

Pak Husni merupakan salah satu warga yang dekat dengan santri PKL. Karena kedekatannya dengan santri, beliau meminta saran atau masukan terkait nama anak perempuannya yang baru lahir.

Teman-teman PKL saling mengusulkan nama, maka Pak Husni memilih salah satu nama untuk buah hatinya tercinta, yaitu Haisya. Mudah-mudahan menjadi anak yang shalihah dan berbakti kepada orang tuanya.

Mengubah nama asing, sunnah yang kian hilang

Mahesa adalah seorang pemuda berumur dua puluh tahun, dia dipanggil Mahesa karena ada seorang tokoh bintang film di zaman dia kecil bernama Mahesa. Akhirnya orang-orang memanggilnya Mahesa, dia sendiri tidak tahu nama aslinya. Hal ini dimaklumi, karena dia memiliki keterbatasan kemampuan.

Pada umurnya dua puluh tahun, dia masih duduk di kelas tiga SMP. Dia sering berkunjung ke posko, kemudian ada dari santri PKL SPN yang menyarankan namanya diganti dengan Musa . Alhamdulillah dia menerimanya dan senang dengan nama tersebut.

Namun teman-teman lamanya adalah para pemain musik, ketika ada panggilan untuk hajatan walimahan atau yang lainnya. Dia masih bergabung dengan teman-teman lamanya, maka dari itu terkadang teman-teman PKL SPN bergurau dengan mengatakan, Musa kembali menjadi Mahesa kembali.

Nasehat-nasehat senantiasa diberikan, mudah-mudahan Allah menjaga Musa agar istiqamah di jalan yang lurus dan diberikan teman-teman yang mengajak kepada kebenaran.

Masih ada yang lebih membutuhkan dibandingkan kita

Bapak Mujmal adalah salah satu warga dusun Betumping. Beliau salah satu korban bencana gempa bumi, rumah beliau hancur. Ketika santri berkunjung ke rumahnya, beliau hidup apa adanya yang membuat tersentuh hati-hati santri. Hal ini, karena beliau menjalani hari-harinya ditemani dengan seorang anak laki-lakinya yang duduk di kelas 6 SD.

Sebenarnya beliau memiliki tiga anak, anak pertamanya tinggal bersama kerabatnya di kota, karena dekat dengan sekolahnya di SMA. Kemudian anak terakhir telah meninggal karena tertimpa reruntuhan ketika gempa. Hal ini sangat menyedihkan beliau, karena anaknya sudah mulai pandai berbicara dan selalu teringat-ingat di benak beliau.

Beliau masih memiliki istri, namun istrinya sudah tiga tahun merantau ke luar negeri menjadi TKI. Beliau sendiri tidak memiliki handphone, beliau mendapatkan informasi melalui anaknya yang pertama.

Dalam keadaan beliau seperti ini, beliau tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya. Sudah berbulan-bulan beliau mengalamai sakit pada kakinya, padahal pekerjaan utamanya adalah pemanjat pohon kelapa.

Kegiatan sehari-hari beliau adalah sebagai pemimpin rumah tangga sekaligus menggantikan ibu rumah tangga bagi anaknya. Beliau memasak, membersihkan rumah, dan terkadang diminta kerja oleh warga sesuai dengan kemampuan beliau.

Kebun beliau digadaikan untuk menutupi kebutuhan pokoknya, mudah-mudahan Allah memberikan kesabaran kepada keluarga Bpk. Jamaludin dan memberikan jalan keluar dari kesusahannnya.

Ingin rasanya shalat shubuh

Itulah keinginan anak-anak masyarakat tempat PKL-SPN, karena kebiasaan mereka adalah tidak shalat shubuh. Wajar saja, karena jauhnya dari agama dan kurangnya kepedulian dari orang tua terhadap agama anaknya.

Alhamdulillah kedatangan santri PKL-SPN menumbuhkan semangat beribadah pada hati-hati mereka. Sebagian mereka ingin tidur di musholla yang dijadikan tempat istirahat santri PKL-SPN. Namun karena tempat yang terbatas, mereka tidak diizinkan tidur di musholla.

Mereka tidak putus asa ketika tidak diperbolehkan tidur di musholla, dalam usianya masih duduk di bangku sekolah dasar, mereka berkumpul di satu rumah milik temannya agar bisa shalat shubuh. Alhamdulillah usaha mereka dengan cara berkumpul pada satu rumah berhasil, namun kejadian ini hanya dilakukan ketika libur sekolah.

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada para orang tua agar peduli terhadap nasib pendidikan agama anak mereka.

Kebiasaan yang mencocoki sunnah

Di antara kebiasaan warga Betumping adalah mudah menerima tamu dan lapang dada ketika ada tamu yang ingin silaturahmi. Kebiasaan ini sulit rasanya di dapati di kota-kota. Ketika santri melewati rumah-rumah warga, mereka sering diajak mampir dengan ucapan khas mereka, “Sila banjur” yang artinya silahkan mampir.

Alhamdulillah para santri dijamu sesuai dengan kemampuan masing-masing warga. Terkadang ditemani satu gelas kopi atau teh, adapun warga yang memiliki kelebihan, mereka mengeluarkan jamuan yang mereka punya.

Di saat mereka tertimpa musibah dan kesusahan, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan ini. Mudah-mudahan kita di berikan dada yang lapang untuk menjamu tamu dan memuliakannya.

Di sisi lain, warga juga suka memberi dengan apa yang mereka miliki. Dari hasil kebun, masakan, sampai hewan peliharaan mereka. Selama tim PKL-SPN berada di tengah-tengah warga, banyak sekali hadiah atau pemberian dari warga.

Sampai-sampai kebiasaan ini menurun ke anak-anak mereka, sebagai contoh anak-anak umuran TK ingin memberikan hadiah kepada tim PKL-SPN. Walau yang mereka miliki buah rabutan yang masih mentah.

Benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan kita saling memberi hadiah akan timbul rasa cinta. Itulah yang kami rasakan kepada warga Betumping dan sekitarnya.

Kisah para pemain musik

Sebelum kedatangan santri PKL-SPN, warga terkhusus tokoh masyarakat dan agama sering dibuat risau oleh para pemain musik. Hal ini karena suara musik yang keras dan menimbulkan kegaduhan, apalagi akibat negatif yang ditimbulkan adanya konser musik terhadap moral dan akhlak para penerus bangsa.

Warga sering mengeluh dengan adanya konser musik. Alhamdulillah, setelah kemudahan dari Allah Ta’ala semata. Tim PKL dimudahkan untuk dekat dengan sebagian dedengkot yang berperan pada acara konser musik.

Terkhusus ketuanya, qadarallahu dia adalah cucu dari penghulu dusun (yang dikedepankan dalam urusan agama). Bapak Penghulu sendiri sudah menyerah menghadapi cucunya yang keras kepala.

Allah Ta’ala mudahkan kami untuk bercengkrama dengan dia dan kami sering memberi hadiah berupa pakaian, makanan, dan minuman. Alhamdulillah dengan muamalah dan interaksi yang baik, meski tidak bisa merubah total, setidaknya mengurangi kejelekannya.

Awalnya tempat salon besar dan perlengkapan alat musik di tempatkan dekat posko PKL-SPN, alhamdulillah tidak lama kemudian tempatnya di pindah jauh dari posko kami. Hidayah hanya di tangan Allah semata dan betapa nikmat yang besar apabila memiliki keturunan yang shalih dan shalihah. Mudah-mudahan Allah memberi hidayah kepada kami dan mereka ke jalan yang benar.

Pentingnya zuhud terhadap dunia dan nikmatnya istri shalihah

Di tengah kami menjalani PKL-SPN, tepatnya di sore hari, qadarallah terjadi tragedi perkelahian antar warga. Bermula dari harta warisan, satu keluarga berkelahi dan bahu hantam.

Kejadian ini terjadi di rumah Pak Kadus, jalan musyawarah tidak diterima oleh kedua belah pihak, akhirnya mereka berkelahi. Posko kami bertetangga dengan rumah Pak Kadus, sehingga beliau meminta bantuan kami untuk melerai perkelahian.

Sekuat tenaga kami kerahkan untuk merelai perkelahian, sebagian kami ada yang terluka karena menahan pukulan. Kemudian Pak Kadus mengumpulkan masyarakat melalui speaker mushola. Namun sangat di sayangkan, salah seorang istri pelaku memprovokasi kedua belah pihak sehingga suasana memanas.

Pelajaran yang berharga bagi kami adalah pentingnya zuhud terhadap dunia, karena rakus terhadap dunia akan membutakkan mata hati. Begitu pula pentingnya wanita shalihah yang akan membantu sang suami dalam ketaatan kepada Allah, bukan menjerumuskan dalam dosa dan maksiat.

Pembagian Pakaian

Di antara kegiatan santri PKL-SPN adalah pembagian hadiah berupa pakaian. Pakaian ini dikumpulkan dari pemberian muhsinin. Kemudian pakaian dicuci, disetrika, dan dipacking, sehingga pakaian seperti baru kembali.

Di antara pakaian yang dibagikan adalah baju koko, dari usia anak-anak sampai dewasa. Alhamdulillah warga memakainya tatkala shalat dan pada acara-acara penting.

Begitu pula pembagian sirwal kepada anak-anak, sehingga anak-anak memakai sirwal yang di atas mata kaki dalam kesehariannnya. Alhamdulillah secara tidak langsung, mereka mengamalkan sunnah.

Menjelang Kepulangan

Hari terakhir santri di tempat PKL, kegiatannya fokus untuk kebersihan posko dan merapikan barang-barang pribadi. Menjelang shalat duhur, alhamdulillah kegiatan telah selesai, tas ataupun koper-koper sudah tertata rapi di depan posko.

Tatkala anak-anak warga pulang sekolah, mereka langsung menuju ke posko. Hal ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari mereka, namun hari ini sedikit berbeda karena mereka melihat tas dan koper sudah penuh dengan barang-barang menandakan sebentar lagi santri PKL akan pulang.

Beberapa anak-anak tidak sanggup menahan rasa sedihnya, sehingga sebagian mereka menangis secara terang-terangan, dan sebagian yang lain wajahnya ditutupi dengan tangan-tangan mereka. Melihat kesedihan anak-anak yang masih polos, sebagian santri PKL juga ikut merasakan kesedihan mereka.

Menjelang kepulangan santri PKL-SPN, sebagian warga dan anak-anak berkumpul di posko. Sambil menunggu mobil yang menjemput santri, sebagian warga ataupun anak-anak tertidur di posko. Mereka tidak mau pulang sampai semua santri dijemput oleh mobil. Mudah-mudahan Allah memperjumpakan kami kembali dengan keadaan yang lebih baik.

Setelah Kepulangan

Setelah santri PKL kembali ke pondok, alhamdulillah mereka masih menyambung silaturahmi dengan warga Lombok melalui hand phone. Banyak kesan dan pesan yang tak terlupakan bagi santri, begitu pula yang dialami oleh warga.

Di antaranya yang di alami oleh Fahmi umur delapan tahun, salah satu anak warga sekaligus salah satu anak Pak Kadus. Rumahnya paling dekat dengan posko, sehingga kesehariannya bersama santri PKL. Saking dekatnya dengan santri PKL, sampai-sampai Pak Kadus mengatakan, bahwa anaknya seakan-akan tidak kenal dengan orang tuanya.

Setelah kepulangan santri PKL, kami mendapat informasi dari Pak Kadus bahwa anaknya mengigau di dalam mimpinya dengan memanggil-manggil santri PKL. Ketika Fahmi mendengar bahwa keadaannya diceritakan oleh Bapaknya, Fahmipun malu dan membalas keadaan bapaknya ketika di tinggal santri PKL. Fahmi mengadukan kepada santri PKL bahwa Pak Kadus menangis ketika santri PKL sudah pergi.

Ada pula anak warga yang bernama Hizam, dia duduk di kelas tiga SD. Ketika santri PKL menelfonnya, dia menangis dan tidak mampu melanjutkan obrolan. Akhirnya neneknya yang meneruskan obrolan dengan santri PKL, beliau juga tersedu-sedu dalam obrolannya karena sedih di tinggal santri PKL.

Neneknya Hizam menceritakan keadaan Hizam, bahwa cucunya mendapat juara satu di kelas dan tidak mau mendapat hadiah kecuali dari santri PKL. Namun kami, santri PKL belum bisa memberikannya karena kami sudah kembali ke pondok. Mudah-mudahan di lain kesempatan, kami bisa memberikan hadiah kepadanya.

Adapun hadiah yang sekarang bisa kami berikan, yaitu doa. Mudah-mudahan Hizam dan anak-anak warga bisa meneruskan belajarnya di pondok ahlus sunnah dan menjadi anak yang shalih yang membela agama Allah Ta’ala.

Program Peduli Bencana

Ketika santri PKL-SPN sampai di tempat tujuan, Peduli Bencana mengirim beras sebanyak 3.000 kg, spandek dan kalsiboard 1.430 lembar, dan paku 220 kg. Santri membantu pemerintah setempat membagikan bantuan-bantuan dari Peduli Bencana. Begitu pula mengadakan Bakti Sosial Kesehatan yang diikuti sekitar 60 warga.

Di tengah menjalani PKL-SPN, alhamdulillah relawan ikhwan Bali berjumlah delapan orang datang bersinergi dengan santri membangun hunian sementara. Kedatangan relawan Bali termasuk program dari Peduli Bencana.

Mudah-mudahan donasi yang di salurkan oleh para donatur bermanfaat dan diberikan balasan yang baik di sisi Allah Ta’ala. Tak lupa pula, mudah-mudah Allah senantiasa menjaga asatidzah, pengurus Ma’had, dan saudara-saudara kami sekalian.

Kemudian, kami bersyukur kepada Allah Ta’ala diberikan taufik untuk berta’awun di Lombok selama tiga pekan. Kemudahan demi kemudahan kami dapatkan selama menjalani PKL-SPN, tiada daya dan upaya kecuali dari Allah Ta’ala.

Keberhasilan kegiatan bukanlah dari kecerdasan kami, kemampuan kami, atau kekompakkan kelompok kami. Kami juga tidak merasa puas dengan apa yang kami lakukan, kami senantiasa mengoreksi dan berusaha memperbaiki agar menjadi lebih baik lagi. Semoga Allah Ta’ala menerima amalan kami, menjadikannya sebagai pemberat timbangan pada hari kiamat.  Amin

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.