Menengok biografi Umar al-Faruq
Oleh Ishlah Lahamido Palu Takhasus 4A
Pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala. Alhamdulillah kita berjumpa kembali dirubrik biografi para sahabat. InsyaAllah pada kali ini kita akan menukil biografi salah seorang sahabat yang mulia, Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Nama, nasab, dan julukan Umar bin al-Khaththab
Nama lengkapnya adalah Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafsh dan digelari dengan al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah.
Sebab Umar bin al-Khaththab dijuluki al-Faruq[1]
Beliau dahulu masuk Islam pada tahun ke enam dari masa kenabian. Ada pula yang mengatakan pada tahun kelima. Berkata Hilal bin Yasaf, “Umar masuk Islam setelah 40 orang dari kalangan pria dan 11 orang dari kalangan wanita.” Dikisahkan pula beliau adalah orang yang menggenapkan bilangan menjadi 40 orang di antara kaum yang masuk ke dalam agama Islam.
Saat itulah Malaikat Jibril berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Muhammad, sungguh para penduduk langit sangat bergembira dengan sebab keislaman Umar bin al-Khaththab.”
Kemudian yang lebih dari itu, pada hari Umar bin al-Khaththab masuk Islam, beliau langsung menampakkan keislamannya ke seluruh masyarakat Arab di hari itu juga. Oleh karena itulah Rasulullah menjulukinya dengan al-Faruq (Pembeda). Baca selengkapnya pada uraian berikut ini.
Awal keislaman Umar bin al-Khaththab
Umar masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih sekitar 40 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Imam at-Tirmidzi, Imam at-Thabrani, dan al-Hakim telah meriwayatkan dengan riwayat yang sama bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdo’a, “Ya Allah, muliakanlah agama Islam dengan orang yang paling Engkau cintai di antara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”
Berkenaan dengan masuknya Umar bin al-Khaththab ke dalam Islam yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang ditulis oleh Imam Suyuthi dalam kitab “Tarikh al-Khulafa ar-Rasyidin” sebagai berikut:
Anas bin Malik berkata, “Pada suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu salah seorang dari Bani Zuhrah bertanya, “Wahai Umar, hendak ke mana engkau?” Maka Umar menjawab, “Aku hendak membunuh Muhammad.” Selanjutnya orang tadi bertanya, “Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad?!”.
Lalu orang tadi masih melanjutkan, “Apakah belum sampai berita kepadamu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”. Mendengar ini Umar langsung bergegas pergi menuju ke rumah adiknya.
Umar melihat adik dan iparnya sedang membaca lembaran al-Quran, lalu Umar berkata, “Barangkali keduanya benar-benar telah berpindah agama!” Setelah Umar mengetahui ternyata berita itu adalah benar kenyataannya. Maka Umar pun menampar adiknya (Fathimah binti al-Khaththab) dengan keras sehingga mengeluarkan darah. Adapun iparnya sedang bersembunyi dan menyaksikan peristiwa itu.
Kemudian Umar berkata, “Berikan lembaran (al-Quran) itu kepadaku, aku ingin membacanya.”, maka adiknya menjawab, “Kamu itu dalam keadaan najis, tidak boleh menyentuhnya kecuali kamu dalam keadaan suci. Kalau engkau ingin tahu, maka mandilah (berwudhulah/bersuci)!”
Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci), kemudian membaca lembaran (al-Quran) tersebut yaitu surat Toha sampai ayat, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku. Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
بسم الله الرحمن الرحيم
طه (1) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (3) تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى (4) الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (6) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (7) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى (8) وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (9) إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى (10) فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَامُوسَى (11) إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (12) وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (13) إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Toha. Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Akan tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang beristiwa di atas ‘Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, yang di bumi, yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
Dia mempunyai asmaaul husna (nama-nama yang baik). Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya, ‘Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.’
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, ‘Wahai Musa, sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang benar) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Qs.Thaha 1-14)
Setelah itu Umar berkata,” Bawalah aku menemui Muhammad.”
Mendengar perkataan Umar tersebut langsung Khabbab (iparnya) keluar dari persembunyianya seraya berkata,”Wahai Umar, aku merasa bahagia. Aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi menjadi kenyataan, Ia (Nabi) berdo’a “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai di antara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”
Lalu Umar berangkat menuju tempat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa ssalam. Hamzah, Thalhah, dan sahabat lainnya sudah siap berdiri di depan pintu. Lalu Hamzah berkata, “Jika Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada tujuan lain kita akan membunuhnya.” Namun ternyata Umar menyatakan masuk Islam di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan masuk Islamnya Umar bin al-Khaththab bertambahlah kejayaan Islam dan kaum muslimin, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Kejayaan kami bertambah sejak masuknya Umar.”
Rasulullah memberikan gelar al-Faruq kepadanya, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya dia berkata,”Aku telah bertanya kepada Aisyah, “Siapakah yang memanggil Umar dengan nama al-Faruq?”, maka Aisyah menjawab “Rasulullah.”
Hadist Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya ‘Umarlah orangnya.” Hadist ini dishahihkan oleh Imam al-Hakim. Demikian juga Imam at-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin al-Khaththab orangnya.”
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu Umar dia berkata,”Nabi telah bersabda,’Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar.” Anaknya Umar (Abdullah) berkata, “Apa yang pernah dikatakan oleh ayahku (Umar) tentang sesuatu, maka kejadiannya seperti apa yang diperkirakan oleh ayahku.”
Keberanian Umar bin al-Khaththab
Umar turut serta dalam peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah, dan tetap bertahan dalam perang Uhud bersama Rasulullah sebagaimana dijelaskan oleh Imam as-Suyuthi dalam “Tarikh al-Khulafa ar-Rasyidin”.
Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku tidak mengetahui seorangpun yang hijrah melainkan dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar bin al-Khaththab ia berhijrah terang-terangan.”
Suatu hari Umar menyandang pedang dan busur serta anak panahnya di pundak lalu dia mendatangi Ka’bah, thawaf sebanyak 7 kali dan mengerjakan shalat 2 rakaat di maqam Ibrahim padahal kaum musyrikin Quraisy sedang berada di halaman Ka’bah.
Kemudian ia mendatangi perkumpulan Quraisy satu persatu dan berkata,”Barangsiapa yang ibunya merelakan kematiannya, anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang lembah itu.” Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Wafat Umar bin al-Khaththab
Maka masa kehilafahan Umar selama 10 tahun ditambah 6 bulan dan 4 hari. Dan beliau wafat pada hari rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H, ia ditikam ketika sedang mengimami shalat shubuh. Beliau ditikam oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah budak milik al-Mughirah bin Syu’bah, diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar dimakamkan di samping kedua sahabatnya, Nabi dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau wafat dalam usia 63 tahun.[2]
[1] Lihat kitab Thabaaqat al-Fuqaha karya Ibnu Ishaq rahimahullah.
[2] Sumber : Biografi Umar bin al-Khaththab dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad, Tarikh al-Khulafa ar-Rasyidin milik Imam as-Suyuthi.
Waallahi ana mencintai antum karna Allah,, Teruslah menulis akhy untuk lanjunya Daawah ini
أحبك الذي أحببتني له
Ahabbakalladzi ahbabtani lahu
Mohon doa dan masukannya
Syukran katisra