Biografi Syaikh Utsaimin

 

Oleh Hanif Buthon 1A Takhasus

 

Sungguh, kenikmatan belajar agama sesuai pemahaman salaf yang hakikatnya adalah mengumpulkan warisan para anbiya’ (para nabi) merupakan kenikmatan yang sangat agung, dan menuntut kita untuk senantisa mensyukurinya.

Apalagi di zaman sekarang, dimana kebanyakan manusia berlomba untuk meraih gemerlapnya dunia, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menerjang batas-batasan syariat, karena jahil (bodoh) atau sengaja, na’audzubillahimindzalik.

 

Memang benarlah sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa salam:

ما من عام إلا والذي بعده شر منه حتى تلقوا ربكم .

“Tidaklah ada suatu tahun kecuali yang setelahnya lebih buruk darinya sampai kalian berjumpa dengan Rabb kalian (hari kiamat)”. (HR. Ahmad, dishahihkan (disetujui) oleh imam al-Albani rahimahullah dalam kitab shahihul jami’, hal: 1375)

 

Yah, kita sekarang hidup di zaman yang sangat jauh dari al-qurun al-mufadholah (zaman-zaman terbaik), kita hidup di zaman yang kebodohan telah merata di mana-mana -kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah Ta’ala-.

Manusia saat ini hampir-hampir tidak bisa membedakan mana yang halal dan yang haram.-kita memohon keselamatan kepada Allah ta’ala-.

 

Akan selalu ada mereka yang tegar di atas kebenaran

Namun, Allah ta’ala dengan kemuliaan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya senantiasa memunculkan orang-orang pilihan di setiap zaman untuk memerangi kejahilan, menyeru kepada tauhid dan memerangi kebid’ahan, sehingga agama ini senantiasa terjaga.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya”. (QS. al-Hijr: 9)

 

Di antara ulama yang Allah Ta’ala pilih untuk menyebarkan warisan anbiya’ (para nabi) pada zaman ini adalah seorang yang ilmunya telah diakui oleh kaum muslimin di zaman ini, beliau dikenal dengan julukan Faaqihul’ashr (seorang yang paling dalam ilmunya di zaman ini).

Beliau memiliki karya tulis yang sangat banyak, baik berupa tulisan tangan beliau sendiri maupun transkip dari ta’lim (pelajaran) beliau, mulai dari kutaib (risalah-risalah kecil) hingga kitab yang berjilid-jilid.

Beliau adalah seorang yang memiliki keutamaan dan berilmu, seorang muhaqqiq (seorang pentahkik atau orang yang mampu menetapkan hukum), ahli dalam bidang fikih, juga seorang yang mumpuni dalam ilmu tafsir, di kenal lagi waro’ (sikap hati-hati) lagi zuhud.

 

Beliau adalah Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh bin Muhammad bin Sulaim bin Sulaiman bin Abdurrohman dari keluarga al-Utsaimin dari Wahbah (nama kota atau suku) dari bani Tamim. Beliau sering disebut dengan syaikh al-Utsaimin.

 

Kelahiran beliau

Beliau lahir pada 27 Romadhon 1347 H, di kota Unaizah negara al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su’udiyah (Arab Saudi)

Sejak kecil beliau telah dididik dalam lingkungan yang ilmiyah, sang ayah membawa syaikh al-Utsaimin kecil kepada kakeknya (dari jalur ibu) yaitu, Abdurrahman bin Sulaiman ad-Damigh rahimahullah untuk belajar al-Quran.

 

Menghafal al-Quran sebelum usia baligh

Setelah itu beliau belajar di madrasah seorang alim; Ali bin Abdillah as-Syihyataani rahimahullah, dan berhasil menghafal al-Quran dengan mutqin (dengan hafalan yang kuat) sebelum beliau berumur 14 tahun.

 

 

Selanjutnya sang ayah mengarahkan beliau untuk belajar ilmu syar’i, beliau dibawa kepada asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

Waktu itu asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah mengajarkan pelajaran-pelajaran syar’iah (agama) dan bahasa arab di universitas al-Jami’ al-Kabir di Unaizah (tempat kelahiran syaikh al-Utsaimin).

 

Mulanya syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin kecil belajar di halaqoh salah satu murid senior syaikh as-Sa’di rahimahullah karena waktu itu beliau masih pemula, selang beberapa waktu kemudian, beliau bisa duduk langsung di halakah (majelis taklim) asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah. Dan belajar darinya ilmu tafsir, ilmu hadits, tauhid, fiqih dan lainnya.

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah dianggap sebagai guru pertama syaikh al-Utsaimin, karena syaikh as-Sa’di merupakan guru pertama yang paling banyak mengajari beliau, dan syaikh al-Utsaimin banyak meniru beliau dalam metode dan cara penyampaiannya.

 

Bergabung di pondok

Ketika ma’had al-Ilmi di kota Riyadh dibuka, beliau masuk dan belajar di sana, tentunya setelah mendapat izin dari dari guru beliau (as-Syaikh Sa’di).

Beliau belajar di sana selama dua tahun (tahun 1372-1373 H), dalam kurun waktu dua tahun ini beliau telah belajar kepada para ulama’ yang mengajar di sana. Diantaranya adalah:

  1. al-‘Allamah al-Mufassir asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqiti
  2. asy-Syaikh al-Faqih ‘Abdul Aziz bin Nashir bin Rasyid, dan
  3. asy-Syaikh al-Muhaddits ‘Abdurrahman Al-Ifriqi

 

Bertemu dengan syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah

Di tengah-tengah studinya di ma’had al-Ilmi, beliau bertemu dengan seorang alim yang masyhur (terkenal) di kalangan kita, yaitu: asy-Syaikh al-Allamah Abdul ‘aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah (ketua al-Lajnah ad-Daimah lil buhuts wal ifta’ negara Arab Saudi), dan membacakan (belajar dengan metode membaca) kepada beliau beberapa cabang ilmu. Asy-Syaikh bin Baz dianggap sebagai guru kedua yang banyak memberi pengaruh kepada beliau.

 

Awal kali mengajar

Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah sudah mulai mengajarkan ilmu sejak masa belajarnya, bahkan saat beliau masih bergabung dengan majelis asy-Syaikh as-Sa’di.

Setelah lulus dari ma’had al-Ilmi di Riyadh, Beliau dipilih sebagai salah seorang mudarris (pengajar) ma’had al-Ilmi di Unaizah. Dan ketika guru besar Beliau asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah wafat pada tahun 1376 H, beliau mengemban amanah, menggantikan gurunya sebagai pengampu universitas “Jami’ al-Akabir”, juga menjadi imam 2 hari raya (‘Idul fitri dan ‘Idul adha). Disana beliau terus menjadi imam, khotib, dan pengajar hingga beliau wafat.

 

Berhias dengan akhlak mulia

Beliau senantiasa berhias dengan sifat-sifat ulama yang mulia, akhlak yang terpuji, serta bergabung pada diri beliau ilmu dan amal. Dengan sebab itulah manusia sangat mencintai beliau, dan memuliakannya.

Allah ta’ala memberi karunia kepada beliau berupa penerimaan manusia terhadap ilmu yang beliau sampaikan, manusia merasa tenang dan yakin dengan pendapat beliau dalam permasalahan fikih, mereka mengambil banyak faedah dari wejangan dan nasihat beliau. Rahimahullah rahmatan wasi’ah (semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang melimpah).

 

Meninggalnya beliau

Beliau wafat pada hari rabu sebelum maghrib pada tanggal 15 Syawwal 1421 H di kota Jeddah, kemudian disolatkan dimasjidil haram pada hari kamis setelah shalat ashar, dan diantar oleh ribuan manusia untuk dimakamkan di kota Makkah al-Mukarramah

Semoga Allah ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau, mengampuni serta meridhoinya dan membalas perjuangannya untuk islam dan kaum muslimin dengan surgaNya. Amin…

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.