Kondisi hati dan ilmu syar’i

 

Oleh Kholid bin Ali Ambon Takhasus 2B

 

Ilmu agama merupakan pedoman hidup setiap hamba. Dengan ilmu seorang mampu mengenal Rabbnya. Dengan ilmu pula, hati seorang menjadi hidup. Kemudian hidupnya hati akan membuahkan kebaikan amalan bagi seuruh anggota badan.

 

Hidupnya hati

Mengapa hati itu hidup dengan ilmu? Karena ilmu ibarat air hujan, adapun hati sebagai bumi yang akan menampung hujan tersebut. Sebagaimana yang diperumpamakan oleh Nabi shallallahu `alaihi wa salam,

 

إن مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ

 

“Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa, ibarat hujan lebat yang membasahi bumi. Di antara bumi ada yang subur, ia menyerap hujan, maka tumbuhlah rerumputan dan pepohonan yang lebat. Di antaranya pula ada yang kering, ia menampung air, maka Allah memberikan manfaat kepada manusia darinya. Manusia minum, mengairi, dan bercocok tanam dengan air hujan tersebut. Hujan tersebut juga menyirami lembah, ia tidak mampu menampung air, tidak juga menumbuhkan rerumputan. Itulah ibarat seorang yang fakih dalam agama Allah yang ia manfaatkan ilmu tersebut, ia mempelajari dan mengajarkannya. Dan ibarat seorang yang enggan karena sombong untuk menerima ilmu dan petunjuk yang aku bawa.” (HR. Al-Bukhari no.79 dan Muslim no. 2282)

 

Penjelasan hadits

 

Rasulullah shallallahu `alaihi wa salam mengibaratkan ilmu dan petunjuk yang beliau bawa dengan air hujan. Karena apa yang akan dihasilkan oleh ilmu atau air hujan adalah kehidupan, manfaat, makanan, obat, dan seluruh kebaikan untuk hamba.

Kemudian beliau memperumpamakan hati dengan tanah yang dituruni hujan, karena tanah merupakan tempat yang mampu menampung air, sehingga tumbuh padanya berbagai macam tetumbuhan yang bermanfaat.

 

Sebagaimana halnya hati, ia bagaikan bejana yang akan menampung ilmu. Dengan ilmu, hati tersebut menjadi subur dan berbuah, kemudian akan nampak barakah dan hasilnya.

 

Pembagian manusia dalam menerima ilmu

 

Pada hadits di atas Nabi shallallahu `alaihi wa salam membagi manusia menjadi tiga kelompok, sesuai dengan penerimaan dan kesiapan mereka dalam menghafal ilmu, memahami, dan menyimpulkan hukum darinya, serta mengeluarkan hikmah dan faedah yang terkandung di dalamnya.

 

  1. Orang yang diberi pemahaman.

 

Mereka adalah orang-orang yang mampu menghafal ilmu, mengamalkannya, memahami makna-maknanya, menyimpulkan hukum dan hikmah, serta faedah yang terkandung di dalamnya. Kelompok ini ibarat tanah yang mampu menerima air dan menumbuhkan tetumbuhan.

 

  1. Para penghafal ilmu saja.

 

Mereka adalah manusia yang dikaruniai hafalan dan kekokohan ilmu. Namun mereka tidak dikaruniai kemampuan untuk memahami makna-maknanya, menyimpulkan hukum, dan menyingkap hikmah serta faedah yang terkandung di dalamnya.

 

  1. Orang yang enggan menerima ilmu.

 

Mereka adalah kaum yang tidak dikaruniai sesuatu apapun dari hafalan maupun pemahaman. Bahkan kondisi mereka seperti lembah, tidak menumbuhkan dan tidak juga menampung air. Mereka ini adalah kelompok yang sengsara –na’udzubillah-.

 

Buah ilmu yang dipetik dari hadits

  1. Perumpamaan ilmu dan penerimanya seperti air hujan yang turun ke bumi.
  2. Pada hadits di atas terdapat pelajaran penting tentang kemuliaan ilmu dan mengajarkannya serta tingginya kedudukan keduanya.
  3. Pada hadits ini mengabarkan tentang kesengsaraan yang akan dialami orang yang tidak mau menerima ilmu dan petunjuk dari Allah ta’ala.
  4. Tiga pembagian manusia ditinjau dari kebahagiaan dan kesengsaraan yang akan mereka alami disebabkan ilmu.
  5. Pada hadits ini menunjukkan bahwa kebutuhan seorang hamba terhadap ilmu seperti kebutuhannya terhadap air hujan bahkan lebih. Karena jika mereka kosong dari ilmu, mereka seperti tanah yang gersang.

 

Penutup

Demikianlah wahai saudara-saudaraku, mari kita berdoa kepada Allah agar hati kita termasuk hati-hati yang bisa menerima ilmu dan membuahkan hasil. Sebagaimana tanah yang subur karena air hujan, kemudian menumbuhkan pepohonan yang akan menghasilkan buah-buahan dan bermanfaat bagi manusia. Sekian yang bisa kami tuangkan pada kesempatan kali ini. Semoga bisa menjadi bahan renungan yang memberikan manfaat. Wallahu ‘alam

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.