MENGAPA HARUS BERMANHAJ SALAF ? (2)
Adapun hadits-hadits Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan agar kita harus bermanhaj salaf adalah sebagai berikut:
1. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مَنْكُمْ بَعْدي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا ، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari shahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455).
Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rosulullah ? dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Sholih). Bahkan Rosulullah ? memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya.
Al Imam Asy Syathibi berkata: “Rosulullah ? –sebagaimana yang engkau saksikan– telah merangkai “sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin” dengan “sunnah” beliau, dan bahwasanya diantara konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti Sunnah Nabi mereka ? atau mengikuti apa yang mereka pahami dari sunnah beliau ?, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.” (Al I’tishom, 1/118).
2. Rosulullah ? bersabda:
لاَتَزَالُ طَائَفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَ هُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok kecil dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudhorotkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari shahabat Tsauban, hadits no. 1920).
Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, berkata (tentang tafsir hadits diatas): “Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” (Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al Khotib Al Baghdadi, hal. 36).
Al Imam Ibnul Mubarok rahimahullah, Al Imam Al Bukhari rahimahullah, Al Imam Ahmad bin Sinan Al Muhaddits rahimahumullah, semua berkata tentang tafsir hadits ini: “Mereka adalah Ahlul Hadits.” (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26,37).
Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rosulullah ?), didalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil diatas kebenaran, dan setiap masa dari jaman ini tidak akan lengang dari mereka. Beliau ? mendoakan mereka dan doa itupun terkabul. Maka Allah ? menjadikan pada tiap masa dan jaman, sekelompok dari umat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil diatasnya dan menerangkannya kepada umat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan. Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan sejumlah ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun dimasa kini.” (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131)
Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti manhaj salaf. Atas dasar itulah, siapa saja yang ingin menjadi bagian dari “kelompok kecil” yang disebut oleh Rasulullah ? dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti manhaj salaf.
3. Rosulullah ? bersabda:
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثَةٍ وَ سَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً ، قِيْلَ : مَنْ هِيَ يَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : مَاأَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“…Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk kedalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya: ‘Siapa dia wahai Rosulullah?’. Beliau menjawab: ‘(golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para shahabatku berada.” (Hasan, HR. At Tirmidzi dalam ‘Sunan’-nya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari shahabat Abdullah bin’Amr bin Al’Ash).
Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini sebagai nash (dalil –red) bagi apa yang diperselisihkan, karena ia dengan tegas menjelaskan tentang tiga perkara:
– Pertama, bahwa umat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk dalam neraka,dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb semesta alam.
– Kedua, kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah ? dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan.
– Ketiga, Rosulullah ? telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rosulullah ? sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir.” (Tarikh Ahlil Hadits, hal 78-79).
Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rosulullah ? itu adalah yang mengikuti manhaj salaf, karena mereka didalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rosulullah dan para sahabatnya berada diatasnya.
Berdasarkan beberapa ayat dan hadits diatas, dapatlah diambil suatu kesimpulan, bahwa manhaj salaf merupakan satu-satunya manhaj yang harus diikuti didalam memahami dienul Islam ini,karena:
1. Manhaj salaf adalah manhaj yang benar dan berada diatas jalan yang lurus.
2. Mengikuti selain manhaj salaf berarti menentang Rosulullah ? yang berakibat akan diberi keleluasaan bergelimang dalam kesesatan dan tempat kembalinya adalah Jahannam.
3. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf dengan sebaik-baiknya, pasti mendapat ridho dari Allah dan tempat kembalinya adalah jannah yang penuh dengan kenikmatan, kekal abadi di dalamnya.
4. Manhaj salaf adalah manhaj yang harus dipegang erat-erat, tatkala bermunculan pemahaman-pemahaman dan pendapat-pendapat di dalam memahami dienul Islam, sebagaimana yang diwasiatkan Rosulullah ?.
5. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah sekelompok dari umat ini yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah ?.
6. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah golongan yang selamat dikarenakan mereka berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rosulullah ? dan para shahabatnya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika:
1. Al Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al ‘Auza’i rahimahullah berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun orang-orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” (Asy Syari’ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63)
2. Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit rahimahullah berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid’ah.” (Shaunul Mantiq, karya As Suyuthi, hal. 322, dinukil dari kitab al mirqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54)
3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam’ani rahimahullah berkata: “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” (Al Intishaar li ahlil hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul, hal. 88)
4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani rahimahullah berkata: “Barangsiapa menyelisihi shahabat dan tabi’in (salaf), maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” (Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, dinukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)
5. Al Imam Asy Syathibi rahimahullah berkata: “Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan.” (Al Muwafaqaat, 3/284, dinukil dari kitab al mirqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57)
6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” (Majmu’ Fatawa, 4/149)
Beliau rahimahullah juga berkata: “Bahkan, syi’ar Ahlul Bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” (Majmu’ Fatawa, 4/155).
Semoga Allah ? senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Wallahu a’lam bishshowaab.