Menggali Potensi Melalui Divisi Takmili

 

Oleh Tim Jurnalistik Takmili

 

Kilas Balik

Pada penghujung tahun 1443 H kemarin, Lembaga Takmili telah usai melaksanakan Penerimaaan Santri Baru (PSB). Kurang lebih ada sekitar 40 santri baru yang diterima dari alumni Lembaga Tahfizh, dan 30 calon santri alumni ma’had-ma’had luar kota. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit.

Dari sekitar 70 santri tersebut, mereka akan dibagi rata dalam tiga kelas. Lebih dari itu, mereka akan dipisahkan pula tempat belajar mereka di lokasi Ma’had yang berbeda, Ma’had 1 dan Ma’had 2, mengingat keterbatasan ruang yang ada.

Dan kini, tulisan ini akan menjadi sebuah awal dari cerita para pemuda usia satu lusin lebih 4 tahun di ma’had Minhajul Atsar Jember

Alhamdulillah….

Penghujung Sya’ban, Dibuka Penerimaan Santri Baru (PSB) Takmili Dan Takhassus

Saat PSB kemarin suasana riuh, gembira, dan penuh kesenangan. Panitia dibentuk, beranggotakan Santri Takmili yang telah senior, tempat calon santri baru dipersiapkan, alat-alat belajar diadakan. Semua dipersiapkan dan dikondisikan dengan matang untuk menyambut para calon santri yang akan datang.

Bagi calon santri, mereka juga benar-benar penuh persiapan. Tekad, mereka tempa dan kokohkan. Niat mereka luruskan. Kitab mereka beli jauh-jauh hari. Materi ujian pendaftaran, mau tidak mau harus mereka persiapkan.

Alhamdulillah, pada akhirnya semua berjalan dengan rapi dan lancar. Dan tak terasa, sekarang KBM telah berjalan, bahkan Ujian Akhir Semester sudah di depan mata. Cepat dan tak terasa.

Kini telah berlalu hampir satu semester. Hanya kurang dari 3 minggu lagi waktu pelaksanaan Ujian Akhir Semester. Para santri terlihat antusias dan semangat untuk mempersiapkan diri menghadapi UAS.

 

Divisi Takmili

Untuk santri Takmili yang tinggal di Ma’had 1, mereka ada tambahan kegiatan ekstra. Berawal sejak usainya ujian hafalan al-Quran, mereka langsung disambut kegiatan pertemuan bersama. Sebuah pertemuan yang bertujuan sebagai pembukaan dan sosialisasi Divisi Takmili.

Pengadaan Divisi Takmili muncul dari gagasan saat rapat pekanan rutin lembaga. Para mudarris Takmili sepakat untuk menghidupkan program yang sebenarnya sudah lama terencana ini.

Program Divisi Takmili ini bertujuan untuk melatih dan membentuk karakter santri. Walaupun bukan program paling utama, namun harapannya program tersebut bisa membantu membentuk pribadi mereka yang lebih dewasa selama proses belajar di Ma’had.


Baca Juga: Divisi Santri, Dambaan Para Santri


Bukan Yang Pertama

Sebenarnya Program Divisi Santri bukanlah hal yang baru di ma’had ini. Lembaga Takhasus sudah menjalankannya sejak kurang lebih 10 tahun silam. Hingga akhirnya kini program tersebut diterapkan pula pada Lembaga Pra Takhasus, yaitu Lembaga Takmili.

Di antara Divisi yang telah berjalan di lembaga Takhasus adalah sebagai berikut:

  1. Divisi Tamu. Para santri yang tergabung dalam divisi ini bertugas membantu para asatidzah untuk menerima dan melayani tamu. Termasuk menyiapkan rapat dan musyawarah.
  2. Divisi Kesehatan. Sebagaimana namanya, para santri yang ikut serta dalam divisi kesehatan bertugas menjalankan tugas keperawatan di klinik, menemani jika ada pasien yang sakit, hingga menjadi asisten dokter.
  3. Divisi Sarana Penunjang (Sarpen). Tugas Divisi Sarpen adalah merawat, memperbaiki, dan mengadakan sarana belajar di ma’had. Simbol mereka ada pada alat-alat kerjanya; gerinda, bor, palu, paku, meteran dan spidol yang terselip di telinga kanan.
  4. Divisi Kebersihan. Bertugas membantu mengondisikan kebersihan area dan lingkungan ma’had.
  5. Divisi Olahraga. Menjaga kesehatan dan kebugaran santri melalui olahraga.
  6. Divisi Luqhatah. Bertanggung jawab atas barang-barang hilang atau temuan.
  7. Dan divisi-divisi lainnya.

Ada pula Divisi Ilmiah, yang bertanggung jawab dalam penulisan artikel ilmiah, mading, desain poster, dan lain sebagainya.

Di Takmili pun hampir sama, mereka mengikuti salafnya dari lembaga Takhasus. Hanya saja, tidak semua divisi di atas bisa diterapkan di lembaga Takmili.

Sosialisasi Dan Pembukaan Divisi Takmili

Tepat setelah usainya sesi terakhir ujian Hafalan Al-Qur’an Takmili, sosialisasi dan pembukaan Divisi Takmili pun diselenggarakan. Banyak kesan dan pesan yang disampaikan oleh pemateri malam itu, Ust. Fauzi Latuconsina. Pukul 20.10 WIB, mulailah kegiatan sosialisasi dan pembukaan Divisi Takmili itu.

Waktu bergulir, semakin malam semakin sunyi, akhirnya selesailah pertemuan malam itu pada pukul 21.30 WIB

“Cukup lama, namun tak terasa bosan. Asyik dan seru.” Kesan dari sebagian mereka.

Sebuah Penutup

Santri Takmili adalah santri usia belasan. Kami sebagai salah satu pengurus merasakan, bahwa mereka butuh dengan hal-hal baru yang penuh tantangan. Bagi seusia mereka, kalau tidak menantang bukanlah hal yang seru.

Mereka ingin terus mencoba, mencoba dan terus mencoba. Banyak potensi dari mereka yang butuh kita gali dan cari tahu. Di usia-usia seperti ini, antara dua hal yang akan mereka dapatkan;

Pertama: Mereka bisa menyerap dan mendapatkan banyak ilmu serta pengalaman.

Kedua: Atau justru sebaliknya, mereka kurang bisa berkembang dan mengambil pelajaran dari lingkungan sekitar,

Tergantung siapa yang mereka jadikan contoh, figur, dan teladan. Karena seseorang akan melihat dan mencontoh hal yang paling dekat dengannya. Mereka juga butuh bimbingan, baik secara ilmu teori maupun ilmu terapan.

Dengan semua alasan di atas, Program Divisi Takmili harapannya dapat berperan menjadi jembatan sekaligus loket agar para santri bisa berlatih. Adapun hasilnya, semua itu kembali pada taufik Allah kemudian kemauan dan keseriusan dari masing-masing personnya.

Renungan Bersama

Duhai kiranya masa mudaku seperti mereka… Masih muda, banyak ilmu, hidup dalam lingkungan tarbiah, dapat banyak pengalaman pula.

Kami yakin, Jika memang tujuan mereka datang kemari untuk belajar, pasti langkah ke dalam pertemuan malam itu dan goresan pena di atas lembar catatan yang mereka tulis takkan berhenti sampai situ. Pasti mereka berusaha untuk merealisasikannya, dengan tujuan untuk menyelami lautan pengalaman nan luas bak samudra.

Titik bukanlah akhir dari tulisan mereka. Walau mungkin nanti selama pelaksanaannya bosan datang, malas menyapa, suka duka datang silih berganti. Tapi itu tak akan menyurutkan semangat mereka. Sabar dan terus sabar.

Karena jika tidak bersabar merasakan getirnya mencari pengetahuan, niscaya kelak ia akan menanggung pahitnya rasa bodoh yang tak bertepi.

 

Benar adanya, belajar bukan semata-mata di ma’had, di majelis ilmu, masjid atau tempat-tempat lainnya. Namun belajar lebih dari sekadar itu. Jika kita telah berilmu -dan bukan hal yang mudah untuk mendapat predikat berilmu- maka sejatinya masih ada fase berikutnya. Yakni 3 pokok penting lainnya.

Yaitu beramal dan mengamalkan ilmu dari yang telah dipelajari, tertanam dan terpatri dalam sanubari.

Kemudian berdakwah, baik secara lisan maupun tulisan. Agar dirinya dapat mengambil manfaat darinya. Atau lebih dari itu, dapat memberi manfaat bagi orang lain.

Lalu bersabar saat berdakwah dan mengamalkannya.

 

Empat Perkara

4 perkara penting di atas, adalah fondasi pokok yang wajib diketahui setiap muslim. Sebagaimana tertuang dalam wasiat Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah di awal risalah Tsalatatul Ushul:

اعلم رحمك الله أنه يجب علينا تعلم أربع مسائل:

الأولي: العلم.

وهو معرفة الله، ومعرفة نبيه، ومعرفة دين الإسلام بالأدلة..

الثانية: العمل به.

الثالثة: الدعوة إليه.

الرابعة: الصبر على الأذى فيه.

Saat ini kita perlu merenungkan, barada di fase manakah kita? Dan jika memang benar telah mencapai salah satu fase tersebut, apakah telah benar? Apakah telah sesuai? Masing-masing kita yang akan menjawab pertanyaan tersebut.


Artikel Kami: Meraih Kemuliaan Hakiki dengan Ilmu Syar’i, Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal


Penulis: Rasyid Ridha, Musyrif Takmili

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.