Merasakan lezatnya keimanan
Oleh Hamid Anugerah Palu Takhasus
Iman memiliki cita rasa dan kelezatan yang bisa dinikmati oleh hati. Sebagaimana lezatnya makanan dan minuman bisa dirasakan dengan lidah. Begitu pula tubuh, tidak bisa merasakan lezatnya makanan dan minuman kecuali dalam kondisi sehat. Demikian pula halnya dengan hati, tidak akan merasakan manisnya iman kecuali selamat dari penyakit-penyakit hawa nafsu dan syahwat yang membinasakan.
Kiat-kiat merasakan lezatnya iman
Dari sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَالرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ لَا يُحِبُّهُمْ إِلَّا فِي اللَّهِ وَالرَّجُلُ إِنْ قُذِفَ فِي النَّارِ
”Ada tiga perangai yang apabila ada pada seorang hamba, dia akan merasakan manisnya iman: dia menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, dia mencintai seorang hanyalah karena Allah, dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Makna manisnya iman tatkala seorang merasakan kelezatan ketika melakukan berbagai amalan ketaatan, rela memikul beban kesulitan dalam mencari keridhoan Allah dan rasul-Nya. Lebih mendahulukan perkara tersebut daripada harta benda dunia. (Syarh Shahih Muslim lin Nawawi jilid 2 hal. 13)
Penjelasan 3 perangai mulia dalam hadits
- Lebih mendahulukan kecintaan Allah dan rasul-Nya
Cara menumbuhkan cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui mengenal nama-nama-Nya yang indah, sifat-sifat-Nya yang sempurna dan perbuatan-perbuatan-Nya yang agung. Begitu pula dengan merenungi ciptaan-Nya yang sempurna, mengandung hikmah dan penuh keajaiban. Demikian itu menunjukkan akan kesempurnaan hikmah ilmu dan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Seorang yang cinta kepada Allah, maka dia akan taat kepada-Nya, karena kecintaan kepada sesuatu mengharuskan ketaatan kepadanya. Sebagimana kata sebagian salaf, ”Barangsiapa yang mengenal Allah, maka ia akan mencintai-Nya. Siapa yang mencintai Allah, maka dia akan menaatinya.”
- Mencintai seorang karena Allah
Cinta karena Allah merupakan salah satu dasar keimanan, termasuk tali keimanan yang paling kuat. Siapa yang mendahulukan kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya, maka akan membuahkan kecintaan pada orang lain semata-mata karena Allah. Bukan karena urusan pribadi tertentu dan hawa nafsu, maka janganlah mencintai seorang karena hartanya, ketampanan dan kecantikan, kedudukan, dan lainnya dari perkara dunia.
Sehingga tidak sempurna kecintaan seorang hamba kepada Allah dan rasul-Nya sampai ia mencintai dan membela wali-wali Allah. Begitu pula membenci dan memusuhi musuh Allah. Seorang dikatakan cinta saudaranya karena Allah manakala saudaranya taat kepada Allah, seperti menjaga shalat, berbakti kepada orang tua, bersungguh-sungguh dalam tholabul ‘ilmi, dll.
- Benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia benci untuk dicampakkan ke dalam neraka
Ketika iman sudah menghujam kokoh dalam hati seorang hamba, sudah merasakan kelezatannya, maka hamba tersebut akan mencintai keimanan dan mencitai bertambahnya dalam hati. Dia tidak suka, seandainya iman tersebut berpisah dengannya.
Kecintaan seorang mukmin akan keimanannya jauh lebih besar daripada kcintaannya kepada air dingin disaat cuaca panas dalam kondisi kehausan. Kebencian seorang mukmin apabila iman lepas darinya, jauh lebih tinggi daripada dia harus dibakar oleh api.
Misalkan saja Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, beliau rela dilemparkan ke api demi mempertahankan iman yang tertancap kuat dalam hati. Begitu juga kisah ashabul ukhdud yang diceritakan dalam al-Qur’an surat al-Buruj ayat 1-8, mereka dipaksa untuk menceburkan diri ke dalam parit api yang menyala-nyala.
Penutup
Demikianlah, para salaf berkorban dan menanggung resiko besar demi mempertahankan manisnya iman yang mereka rasakan dalam hati. Semoga Allah memberikan kita taufik untuk dijauhkan dari penyimpangan dan hawa nafsu, agar kita dapat merasakan lezatnya keimanan. Semoga Allah membimbing kita untuk tetap istiqomah dalam mempertahankan manisnya iman. Amin