Murah hati sifat mukmin sejati

 

Oleh Ahmad Hidayat Sukoharjo 4B Takhasus

 

Sifat memaafkan adalah sifat yang sangat terpuji. Memaafkan kesalahan dan kealpaan saudaranya. Baik yang sengaja ataupun yang tidak, baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Tatkala dia bisa memaafkan kesalahan  saudaranya maka hal itu bukanlah suatu celaan. Justru ini merupakan sebuah keutamaan dan kelebihan yang ada pada diri seorang hamba.

 

Sifat pemaaf menebar rahmat

Karenanya Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun memerintahkan para hamba-Nya untuk memaafkan berbagai kesalahan dan kealpaan saudaranya, Allah berkata:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ

“Jadilah engkau orang yang mudah  memaafkan dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (kebajikan), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)

 

Apa kata ulama ahli tafsir tentang ayat ini?

Bahkan ayat ini mencakup perintah kepada Rasul shalallhu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang disebutkan al-Imam Ibnu Kastir didalam tafsirnya beliau membawakan sebuah riwayat:

 

“Tatkala Allah Ta’ala  menurunkan kepada Nabi-Nya ayat ini maka Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasallam bertanya kepada malaikat Jibril: apa maksud ayat tersebut? Malaikat Jibril berkata: sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk memaafkan orang yang mendzalimimu, bersedekah kepada orang yang tidak pernah kamu beri dan menyambung tali persaudaraan kepada orang yang memutus tali persaudaraan.” (Tafsir ibnu kastir 3/531)[1]

 

Imam al-Qurtuby rahimahullah di dalam tafsirnya membawakan sebuah perkataan imam Ja’far as-Shadiq rahimahullah, beliau berkata:

 

“Di dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk berhias dengan akhlaq yang mulia. Tidak ada didalam al-qur’an satu ayatpun yang lebih mencakup tentang akhlaq mulia melainkan ayat ini. Dan nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (Tafsir al-Qurtubiy 345/7)[2]

 

Imam al-Qurtuby juga menjelaskan ayat diatas sebagaimana yang terdapat didalam tafsirnya (7/344) beliau berkata:

“Ayat ini terdapat tiga kalimat yang mengandung  kaidah syariat dalam seputar permasalahan perintah dan larangan:

 

(خُذِ الْعَفْوَ)  Masuk di dalam ayat ini: menyambung tali persaudaraan yang telah terputus, dan memaafkan orang yang berbuat salah, berlemah lembut dengan orang-orang yang beriman dan selainnya dari akhlaqnya orang-orang yang taat kepada Allah.

 

(وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ)  Masuk di dalam ayat ini: Menyambung tali persaudaraan, bertaqwa kepada Allah dalam perkara halal dan haram, menundukkan pandangan, mempersiapkan diri untuk menghadapi negri akherat.

 

(وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ) Masuk di dalam ayat ini: terdapat dorongan untuk terus bergantung dengan ilmu, berpaling dari orang-orang dhalim, menjauhi perdebatan, dan yang lainnya dari akhlaq-akhlaq terpuji dan perbuatan yang bagus.” (Tafsir al-Qurtubiy 7/344)[3]

 

Penutup

Demikainlah perintah dari Allah Ta’ala kepada para hambanya bahkan kepada Rasul sekalipun, maka hendaknya kita sebagai hamba Allah melaksanakan apa yang diperintah olehNya, salah satu dari perkara yang Allah perintahkan adalah memaafkan kesalahan orang lain, semoga dengan ini kita termasuk hamba Allah yang ‘afiina ‘ani annas (yang mudah memberi maaf kepada manusia). Amin.

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.