Tiga Tingkatan Keimanan Kaum Mukminin
Keimanan seseorang itu bertingkat-tingkat. Dari tingkatan tersebut, kadang bisa naik dan kadang bisa turun.
Di antara dalil-dalil yang menunjukkkan bahwa keimanan seseorang bertambah atau berkurang, Allah Ta’ala membagi kaum mukminin menjadi tiga tingkatan. Maka dari itu, mari berjuang untuk mendapatkan tingkatan yang tertinggi.
Allah berfirman,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kami wariskan al-Qur’an kepada orang-orang yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba Kami. Sebagian mereka berbuat zalim kepada dirinya, sebagian yang lain kurang (dalam bertakwa) dan sebagian yang lain bersegera dalam kebaikan dengan izin Allah, itulah keutamaan yang besar.” (QS. Fatir: 32)
Dari ayat ini, dijelaskan oleh para ulama bahwa keimanan kaum mukminin itu ada tiga tingkatan. Tiga tingkatan iman kaum mukminin tersebut adalah:
1. Orang-orang yang bersegera dalam kebaikan adalah orang-orang yang menunaikan kewajiban, sunah-sunnah dan meninggalkan hal yang haram, makruh (dibenci). Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah, sebagaimana perkataan-Nya,
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11)
“Orang-orang yang bersegera dalam kebaikan, itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Al-Waqi’ah: 10-11)
2. Orang-orang yang kurang dalam takwa adalah orang-orang yang mengerjakan kewajiban dan menjauhi perkara haram. Namun mereka sering meninggalkan perkara-perkara sunnah atau melakukan perkara makruh (dibenci). Mereka ini kurang sempurna dalam ketakwaannya.
3. Orang-orang yang dhalim terhadap dirinya adalah orang-orang yang melakukan sebagian yang diharamkan dan tidak memenuhi dengan baik dari sebagian kewajiban. Bersamaan dengan hal itu, mereka masih memiliki pokok keimanan.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kami dan para pembaca menjadi orang-orang yang bersegera dalam menjalankan kebaikan. Menggolangkan kita bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati di medan jihad, dan orang-orang shalih. Sesungguhnya mereka sebaik-baik teman.
Sumber bacaan:
1. Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah
2. Syarh Aqidah Wasitiyah milik Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah